Hariyo tidak menyukai Ardika sama sekali.Setiap ada kesempatan, dia selalu melontarkan ejekan-ejekan dan sindiran-sindiran terhadap Ardika.Ardika hanya mendengar tanpa menganggap serius ucapan Hariyo.Tadi kalau bukan karena dia memilih untuk berperan sebagai penonton saja tanpa menunjukkan maksud yang jelas, Ujang dan yang lainnya baru tidak berani bertindak sembarangan.Kalau tidak, Ujang dan yang lainnya pasti tidak akan membiarkan Hugo bertindak semena-mena dan menginjak-injak harga diri mereka seperti itu.Jangan lupa, mereka adalah preman-preman yang sudah terkenal ganas dan berpengalaman. Dalam situasi genting, mereka bahkan berani untuk melakukan apa saja.Walaupun kemampuan bela diri Hugo lumayan bagus, tetapi begitu Ujang dan yang lainnya memainkan senjata api, dia juga akan berakhir dengan berlumuran darah.Hugo yang masih muda dan arogan itu belum memahami suatu hal.Bertindak keterlaluan seperti itu, hanya akan membahayakan diri sendiri. Dia tidak menyadari tadi dia hamp
"Untung saja Kak Hugo turun tangan tepat waktu, nggak membiarkan rencana jahat pecundang itu berhasil.""Seharusnya dia berterima kasih pada Kak Hugo. Kalau nggak, karena dia memprovokasi Kak Ujang tadi, hari ini dia pasti akan berakhir dicabik-cabik oleh sekelompok preman itu!"Satu per satu dari mereka melontarkan kata-kata untuk menjatuhkan Ardika.Tidak hanya itu saja, orang-orang itu bahkan beranggapan bahwa tindakan Ardika menghentikan Ujang dan yang lainnya tadi, yang jelas-jelas merupakan tindakan menyelamatkan mereka sebagai bentuk pembalasan dendam. Mereka mencap Ardika sebagai orang jahat."Kak Ardika, lihatlah orang-orang itu! Benar-benar membuatku kesal setengah mati saja!"Mendengar kata-kata tajam yang keluar dari mulut sekelompok orang itu, sekujur tubuh Futari sampai bergetar kencang saking kesalnya. Gadis baik itu bahkan sampai berlinang air mata.Ardika menepuk-nepuk pundaknya dan menghiburnya, "Futari, nggak ada gunanya merasa kesal pada sekelompok sampah itu.""Ora
Begitu mendengar ucapan Ardika, secara naluriah Firza mengangkat lengannya untuk menyentuh wajahnya.Saat dia menyadari dirinya sudah menunjukkan ketakutannya di hadapan Ardika, ekspresinya langsung berubah menjadi muram.Sebelumnya, saat berada di Vila Bistani, dia dihajar oleh Ardika dua kali dalam satu malam. Hingga saat ini, kejadian itu masih seperti mimpi buruk yang membayanginya.Sekarang Ardika berani mengungkit kejadian itu tepat di hadapannya, sangat jelas bahwa pria itu sedang mempermalukannya!Hugo melirik Firza dengan sorot mata mempermainkan, dia tertawa dalam hati.Dia juga baru tahu ternyata Firza pernah kalah dari menantu benalu seperti Ardika.Pantas saja sebelumnya saat dia menanyakan pada Firza sebenarnya pria itu ada dendam apa dengan Ardika, pria itu tidak bersedia memberi tahu detailnya, melainkan hanya memintanya untuk memberi pelajaran kepada Ardika.Walaupun tertawa dalam hati, tetapi Hugo tetap tahu jelas bahwa di saat seperti ini, dia harus angkat bicara unt
"Hahaha ...."Firza langsung tertawa liar.Sejak Amir, ayahnya mengungkapkan padanya pemikiran ingin membebaskan keluarga mereka dari kendali Keluarga Mahasura, dia sudah tidak terlalu menghormati Keluarga Mahasura lagi.Mempermalukan seseorang yang dulunya adalah Tuan Muda Keluarga Mahasura sesuka hatinya, benar-benar membuatnya sangat senang dan puas."Hahaha ...."Orang-orang lainnya juga ikut tertawa terbahak-bahak.Jaiden melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Seperti ibarat pepatah, seseorang yang sudah jatuh, maka bukan apa-apa lagi. Tanpa identitas sebagai Tuan Muda Keluarga Mahasura, dia sudah bukan apa-apa lagi!""Pantas saja dia menjadi menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan wanita ...."Orang-orang melontarkan ejekan-ejekan terhadap Ardika, sorot mata meremehkan tampak jelas di mata mereka.Setelah mempermalukan Ardika, Firza sudah merasa cukup puas. Akhirnya, dia teringat akan tugas yang diberikan oleh ayahnya padanya.Dia menuangkan segelas anggur
"Minum-minum di lantai bawah? Oke."Setelah menjawab panggilan telepon itu dan mengucapkan beberapa patah kata, Firza berkata pada Hugo, "Ada beberapa orang temanku sedang menungguku di lantai bawah. Aku turun dulu.""Sobat, tolong bantuannya, ya. Aku janji kamu nggak akan rugi."Selesai berbicara, dia mengulurkan lengannya, menunjuk Ardika, lalu berbalik dan menuruni tangga.Dia sudah pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kemampuan Hugo. Pria itu memang layak disebut sebagai putra Wakanda, Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda. Menghajar beberapa orang preman sangatlah mudah baginya.Tentu saja memberi pelajaran pada Ardika juga bukanlah hal yang sulit baginya."Kak Hugo, langsung serang saja! Hajar menantu benalu itu sampai dia berlutut di lantai!""Ya, benar. Kami benar-benar nggak menyukai pecundang itu!"Begitu Firza pergi, Jaiden, Lilis dan yang lainnya mulai bersorak dengan penuh semangat. Mereka sudah tidak sabar melihat Hugo menyiksa Ardika."Hehe, nggak perlu terburu-buru."
Begitu Lilis selesai berbicara, wajah Futari langsung memerah saking marahnya.Dia tidak menyangka Hugo bermaksud seperti itu.Pria itu tidak hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menindas kakak iparnya, juga ingin memaksanya menjadi teman tidur, melakukan hal-hal yang hanya dilakukan oleh wanita-wanita rendahan itu."Cih! Menjijikkan!"Futari memelototi Lilis dan berkata dengan marah, "Aku bukan wanita sembarangan sepertimu! Aku nggak akan tidur dengan siapa pun hanya untuk mencapai tujuan sendiri!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Lilis langsung berubah menjadi muram.Wajahnya yang dipenuhi dengan riasan wajah yang tebal itu pun langsung berkedut."Dalam situasi seperti ini, kamu masih ingin mempertahankan citra sucimu? Kalau begitu, kakak iparmu hanya bisa berakhir dengan patah lengan dan patah kaki."Lilis tertawa dingin dan berkata, "Kelihatannya saja kamu memikirkan kakak iparmu, tapi setelah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah kamu tetap saja bersikap egois?
"Memangnya aku salah? Jelas-jelas Ardika yang membuat masalah. Kak, kamu sudah terseret dalam masalah karena dia, tapi kenapa kamu masih saja membelanya?!"Hariyo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Coba kamu lihat, pecundang itu nggak mengucapkan sepatah kata pun, 'kan? Dia hanya tahu menghindar tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.""Dia nggak pantas kamu lindungi seperti itu ...."Melihat kakak beradik itu bertengkar, Jaiden dan yang lainnya tertawa liar."Haha, benar-benar pertunjukan yang menarik, yang satu menjual kakak iparnya, sedangkan yang satu lagi membela kakak iparnya.""Sementara itu, kakak ipar yang bersangkutan sama sekali nggak bereaksi. Benar-benar pengecut.""Hehe, pecundang itu pasti sudah ketakutan setengah mati ...."Sekelompok orang itu sekali lagi menghina Ardika."Sudah cukup! Diam kalian semua!"Hugo menghentikan mereka dengan tidak sabar, lalu menatap Futari dengan ekspresi mempermainkan dan berkata, "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Seperti itul
"Wah .... Kak Ardika sangat keren!"Melihat Ardika yang menatap Hugo secara langsung dan mengatakan secara terang-terangan akan melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hugo, sorot mata Futari tampak berbinar.Saat ini, dia merasa sangat aman dan nyaman."Eh, pecun ... Ardika, apa aku nggak salah lihat?"Hariyo yang terduduk di lantai menggosok-gosok matanya, seolah-olah tidak berani memercayai pemandangan di hadapannya ini.Tidak hanya dia seorang, Jaiden, Lilis dan yang lainnya juga sepemikiran.Sekelompok orang itu membelalak, seakan-akan mereka sama sekali tidak mengenal Ardika.Sosok Ardika sekarang berbeda dengan sosok Ardika yang ada dalam benak mereka.Di mata mereka, Ardika hanyalah menantu benalu yang hanya bisa beromong kosong, tetapi kenyataannya adalah pengecut.Karena itulah, tadi mereka baru mengejek Ardika pengecut sesuka hati mereka, mengatai Ardika sama sekali tidak bereaksi ketika adik iparnya ditindas.Namun, tak lama kemudian, Ardika menanggapi ejekan mereka dengan