Kediaman Keluarga Basagita.Dua patung penjaga rumah yang berada di luar pintu dijatuhkan sampai hancur.Gerbang kuning berpernis merah yang baru dipasang diinjak-injak oleh orang banyak.Rumah mereka sedang dihancurkan!Ini adalah rumah Keluarga Basagita yang merupakan keluarga teratas, tapi tidak disangka rumah mereka dihancurkan!"Siapa yang suruh kalian buat masalah di sini, cepat pergi!"Anggota Keluarga BasagitaSikap seperti ini membuat para penagih utang merasa kesal."Kami adalah pekerja dari Pabrik Kertas Banyuli, pabrik telah menunda gaji kami dari tahun lalu sampai sekarang.""Kami terus mempertahankan hak-hak kami, tapi dihalangi oleh kekuatan jahat tiga keluarga besar.""Ada orang yang kasih tahu kami kalau Keluarga Basagita akan menyelesaikan gaji kami setelah pabrik diambil alih oleh kalian, kami kira akhirnya kami punya jalan keluar.""Hanya saja, kalian sama sekali tidak mengutus orang ke pabrik untuk menyelesaikan masalah ini, jadi kami hanya bisa datang ke sini!""S
Seluruh anggota Keluarga Basagita membatu.Jadi maksudnya adalah ketiga insiden ini hanyalah sebuah pembuka?"Kalian benar-benar adalah orang yang baik, jelas-jelas tahu tiga keluarga besar punya begitu banyak bisnis buruk, tapi kalian malah mengakuisisinya untuk membantu mereka."Orang ini menghela napas lalu pergi.Dia sama sekali tidak tahu kalau ucapan ini menusuk hati anggota Keluarga Basagita.Hampir saja mereka muntah darah!Plak!Yanto menoleh dan menampar wajah Wisnu dengan keras.Dia dengan marah berteriak, "Dasar orang nggak berguna, sampah apa yang kamu bawa pulang untukku!"Triliunan uang dihabiskan tanpa menghasilkan apa pun.Selain itu mereka juga berutang ratusan miliar.Saat berpikir akan ada banyak orang yang tiada hentinya menagih utang pada mereka.Kepala Yanto mati rasa.Sama sekali sudah tidak ada uang di dalam rekening Grup Agung Makmur!"Semua ini karena Ardika si bajingan itu, dialah yang mencelakai kita, ah .... Aku sangat ingin membunuhnya dan minum darahnya!
Saat Tuan Besar Basagita menelepon.Di dalam Vila Cakrawala.Luna juga sedang memperhatikan insiden penagihan utang berskala besar dan masalah yang akan dihadapi oleh Keluarga Basagita serta Keluarga Mahasura."Aku tahu bahwa kedua keluarga itu pasti akan mengalami masalah karena membeli barang di pelelangan dengan membabi buta, hanya saja nggak disangka masalah ini akan sebesar ini.""Selain itu semuanya meledak hari ini, hal ini sangat nggak normal dan pasti ada orang di balik masalah ini!"Luna juga merasa tidak berdaya.Keluarga Mahasura dan Keluarga Basagita menghabiskan uang triliunan.Hanya untuk membeli kekacauan ini?"Orang di balik masalah yang kamu katakan adalah aku."Ardika duduk di samping dan berkata sambil tersenyum, "Aku sedang melampiaskan amarah untukmu.""Membual saja kamu!"Luna memutar bola matanya pada Ardika.Luna sudah sangat terkejut saat melihat Ardika bisa menghadapi Wulan.Sama sekali tidak percaya kalau ini adalah tindakannya."Mungkinkah selain Keluarga M
"Keluarga Basagita mengalami bencana dan semua ini karena Ardika, si bajingan itu!"Tuan Besar Basagita berkata dengan marah di ujung panggilan lain.Luna menjauhkan ponselnya dan terdapat amarah di wajahnya."Kakek, situasi Keluarga Basagita sepenuhnya karena keserakahan kalian untuk dapat lebih banyak, aku sudah pernah memperingati Wisnu, tapi dia nggak mau dengar.""Jangan terus menyalahkan Ardika!"Tuan Besar Basagita sama sekali tidak menyangka kalau Luna akan begitu melindungi Ardika dan dengan kesal menggertakkan giginya."Kenapa bisa nggak ada hubungan? Dia sebarin rumor di Internet dan menimbulkan masalah, kalau nggak, bagaimana mungkin ada banyak hal yang bisa meledak bersamaan?"Luna terkejut.Orang di balik masalah ini benar-benar Ardika?"Luna, Wulan sudah ditangkap dan Keluarga Basagita sudah ditertawai oleh orang banyak, kamu masih mau apa lagi?""Tindakan pamanmu memang kelewatan, tapi aku sudah memberi pelajaran pada mereka, apakah kamu baru senang kalau mereka sampai
"Sayang, lain kali jangan jawab panggilan penipuan seperti ini."Ardika mengembalikan ponsel pada Luna dan berkata, "Para penipu seperti ini bersembunyi di tempat seperti Negara Milon dan Kota Asta, menipu uang orang tapi nggak ditangkap, lebih baik mereka semua mati di luar!""Ardika, itu adalah kakekku!"Luna memelototi Ardika dengan marah.Ardika menjelaskan dengan datar, "Aku nggak mau kamu menyetujuinya, dia tiba-tiba menarik kembali peryataan dan akan sekali lagi mengusirmu keluar dari Keluarga Basagita setelah kamu menerima utang mereka.""Lagi pula, aku sudah bilang padamu kalau aku akan membantumu membuat keluarga konglomerat sendiri dan hal ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan mereka.""Bukan ini yang kumaksud!"Luna dengan kesal mencubit Ardika dan memelototinya. "Kamu bilang kamu adalah ayah dari kakekku, apa yang mau kamu lakukan!"Sebenarnya Luna sudah tersadar saat Ardika merebut ponselnya.Dia tahu bahwa Tuan Besar Basagita sedang menjebaknya.Lalu, dia akan dit
Pintu masuk Grup Hatari.Tuan Besar Basagita memimpin di depan dan terdapat anggota keluarga yang lain di belakang.Mereka berteriak ingin bertemu dengan Luna begitu sampai di depan pintu.Penjaga keamanan dari Pasukan Khusus Serigala segera menghentikan mereka."Aku adalah kakek dari presdir kalian, Luna. Aku mau menemuinya, beraninya kalian menghalangiku, apakah sudah nggak mau bekerja di sini lagi!"Tuan Besar Basagita menatap mereka dengan arogan."Cepat minggir, ada masalah besar yang mau kami katakan pada Luna, apakah kalian bisa menanggung konsekuensinya kalau menunda waktu kami!""Minggir ke samping, beraninya penjaga keamanan rendahan menghalangi jalan kami!"Anggota Keluarga Basagita lainnya juga mulai berteriak.Mereka sama sekali meremehkan para penjaga keamanan ini.Para penjaga keamanan veteran dari Pasukan Khusus Serigala adalah orang-orang yang pernah terluka sampai berdarah di medan pertempuran sebelum pensiun.Ada banyak di antara mereka yang menerima jasa-jasa yang b
"Tendang!"Pemimpin veteran berteriak.Sebaris penjaga keamanan veteran mengangkat kaki dan melangkah maju di saat yang bersamaan.Adegan yang sangat mengejutkan.Sebaris kaki yang panjang.Menendang secara bersamaan.Wush!Kuat dan bertenaga, memotong udara dan mengeluarkan suara angin.Belasan master yang melompat tinggi segera ditendang pada saat yang bersamaan!"Ah ...!"Terdengar teriakan yang mengenaskan.Master Keluarga Basagita terbang keluar dan terjatuh di tangga.Pada saat yang sama.Terdengar suara patah tulang yang keras!"Shh ...!"Banyak anggota Keluarga Basagita yang merasa terkejut.Semua orang menatap para penjaga keamanan veteran dengan tatapan terkejut."Dari mana Luna menemukan para master ini? Uang yang dihabiskan pasti sangat banyak!"Hanya mengangkat kakinya dengan sederhana.Semua master yang mereka pekerjakan kembali dari tiga keluarga besar semuanya sudah dilumpuhkan!Kejutan yang begitu besar membuat mereka tidak memiliki waktu untuk menyayangi jatuhnya mast
"Benar, Ardika. Biarkan kami masuk untuk temui Luna, kami ingin meminta maaf padanya!"Tuan Besar Basagita mau tidak mau menundukkan kepalanya."Minta maaf? Apakah ada orang yang minta maaf dengan bawa master untuk menyerang perusahaan istriku?"Ardika mencibiri dan terdapat nada mengejek dalam ucapannya.Tuan Besar Basagita menggertakkan giginya, "Ini semua karena Wisnu nggak bijaksana dan sudah terbiasa meremehkan orang lain, aku sudah beri pelajaran pada mereka."Dia menyerahkan tanggung jawab pada Wisnu dan yang lain.Ardika tidak mempermasalahkan hal ini dan berkata dengan datar, "Baguslah, tunjukkan ketulusan kalian kalau kalian mau minta maaf.""Apa yang kamu inginkan?"Tuan Besar Basagita bertanya pada Ardika."Sangat mudah, seluruh anggota Keluarga Basagita berlutut di depan pintu."Suara Ardika terdengar dengan jelas dari ponsel itu.Semua anggota Keluarga Basagita langsung marah!Ardika, si bajingan ini.Tidak disangka dia ingin mereka berlutut di depan pintu Grup Hatari di
Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani
"Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak
Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai
Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah
Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan
"Ahhh ...."Cahdani kembali mengeluarkan suara teriakan menyedihkan.Rasa sakit yang tak tertahankan itu membuatnya menggelengkan kepalanya. Tubuhnya berkedut, terlihat sangat tersiksa.Tidak ada yang menyangka Ardika masih berani menyerang Cahdani dalam situasi seperti ini.Ditambah lagi, begitu dia menyerang, penyerangannya sangatlah kejam.Sumpit tersebut menembus telapak tangan Cahdani.Hanya dengan melihatnya saja, mereka bisa turut merasakan sakit yang dirasakan oleh Cahdani saat ini."Tuan Muda Cahdani, menurutmu, untuk apa kamu menyiksa diri sendiri seperti ini?""Yah, awalnya dengan menyetujui persyaratan-persyaratanku itu, kamu sudah bisa pergi dengan mudah, tapi kamu malah memaksaku untuk menyerangmu."Ardika mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk wajah Cahdani dan berkata sambil tersenyum tipis, "Sia-sia saja kamu mengalami penderitaan ini ....""Aku ... aku ...."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan.Saat ini, sikap arogan dan sem
"Aku akan menghabisimu!"Pria kekar itu berteriak dengan ganas.Namun, sebelum dia sempat menarik pelatuknya, Levin tiba-tiba menerjang ke dalam pelukan pria kekar itu, lalu membanting pria kekar itu ke lantai.Saat pria kekar itu berteriak kaget akibat terjatuh, senjata api dalam genggamannya juga sudah direbut oleh Levin dan jatuh ke dalam genggaman Levin."Lumayan, latihan selama ini nggak sia-sia."Ardika tetap duduk dengan tenang di tempat duduknya, seulas senyum tipis mengembang di wajahnya.Sebelumnya, Levin hanya preman kecil-kecilan yang nggak berkemampuan sama sekali. Saat berkelahi, caranya tidak tepat. Apalagi kondisi tubuhnya, sangatlah lemah.Karena Tuan Muda Keluarga Septio itu bekerja untuknya, bahaya tidak akan bisa dihindari.Ardika tidak berharap Levin memiliki kekuatan yang luar biasa, dia hanya mengharapkan paling tidak pria itu bisa melindungi diri sendiri.Jadi, belakangan ini Levin terus berlatih dengan keras, mengundang guru untuk melatihnya dengan "kejam".Nam
Melihat pemandangan itu, Levin yang peka segera mengambilkan dua lembar tisu untuk Ardika.Ardika menerima tisu yang disodorkan oleh Levin padanya. Sambil menyeka mulutnya dengan santai, dia berkata dengan nada bicara acuh tak acuh, "Cahdani, 'kan?""Aku beri kamu satu kesempatan terakhir, tinggalkan Vita di sini dan keluarkan 20 miliar.""Setelah bersujud mengakui kesalahan, sudah bisa pergi.""Kalau nggak, aku akan menepati janjiku. Hari ini kalian nggak akan bisa keluar dari restoran ini lagi."Selesai berbicara, Ardika secara khusus menekankan. "Perhatikan baik-baik, orang yang kusuruh bersujud mengakui kesalahan adalah kamu.""Oh, astaga ...."Begitu Ardika selesai berbicara, para pria dan wanita yang mengikuti Cahdani kemari langsung tertawa.Mereka semua menatap Ardika dengan sorot mata mengejek.Kalau sebelumnya saat Cahdani belum datang kemari, mereka masih bisa mengerti kalau Ardika mengucapkan beberapa patah kata yang menganggap remeh Cahdani dan membual di sana.Namun sekar
Cahdani selalu memperlakukan orang-orangnya sesuka hatinya.Tepat di hadapan para anak buahnya, dia melayangkan beberapa tamparan ke wajah Jepi. "Satu hal lagi, memukul orang jangan memukul wajahnya! Apa kamu nggak tahu hal ini? Kamu memukuli wajah wanita itu hingga babak belur, bagaimana aku bisa menikmatinya lagi?""Dasar bodoh! Aku benar-benar ingin menampar mati kamu!"Selesai berbicara, Cahdani kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Jepi.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Jepi sampai melangkah mundur lagi dan lagi. Dia merasa malu sekaligus marah.Akan tetapi, identitas Cahdani terpampang nyata di sana, membuatnya tidak berani melawan sama sekali.Dia mengeluarkan tisu, menyerahkannya pada Cahdani, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan Muda Cahdani, aku salah, aku nggak melakukan tugasku dengan baik, memang pantas dihukum!""Tapi terjadi kejadian yang nggak terduga. Dua orang dari luar kota itu ingin memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Nggak ha