Awalnya, Grup Perfe didirikan di ibu kota provinsi.Setelah mengambil alih perusahaan itu, Luna berencana untuk menyewa gedung perkantoran, lalu mulai menjalankan bisnis-bisnisnya.'Penyewaan gedung perkantoran bukanlah sesuatu yang sulit, bisa ada masalah apa?'Ardika berencana untuk keluar dan melihat apa yang terjadi.Sambil berjalan ke luar, Ardika menelepon Jesika dan memintanya untuk menyelidiki sebenarnya apa yang telah terjadi.Gedung Ansa adalah sebuah gedung perkantoran yang belakangan ini baru selesai dibangun di Kota Banyuli. Hingga saat ini, belum ada perusahaan yang menempati gedung tersebut.Setelah mengadakan rapat dengan para petinggi perusahaan, Luna bersiap untuk menyewa keseluruhan gedung perkantoran ini, termasuk tempat parkirnya sebagai lokasi bekerja Grup Perfe.Dalam waktu dua hari, Grup Perfe sudah mencapai kesepakatan dengan perusahaan properti yang bertanggung jawab atas Gedung Ansa mengenai penyewaan gedung.Biaya sewa gedung per tahun sebesar 40 miliar, Gru
"Bu Luna, apa maksudmu?"Charlie menyipitkan matanya dan berkata, "Kontrak ini disusun oleh tim hukum dari perusahaan kedua belah pihak, sama sekali nggak ada masalah. Sekarang kamu malah memberitahuku kamu nggak bisa menandatanganinya, bukankah sama saja dengan membuang-buang waktuku saja?"Nada bicara pria itu terdengar agak tajam.Ekspresi arogan yang terpampang jelas di wajahnya membuatnya sama sekali tidak terlihat seperti manajer umum sebuah perusahaan, lebih mirip dengan preman."Brak!"Luna langsung melemparkan kontrak itu di atas meja dan berkata dengan dingin, "Aku bukan ingin membuang-buang waktu Pak Charlie, tapi Pak Charlie sama sekali nggak menunjukkan ketulusan untuk bekerja sama. Jelas-jelas kita sudah sepakat biaya sewa per tahunnya adalah 40 miliar, kenapa di kontrak malah tertera 400 miliar per tahun?!"Empat ratus miliar!Dalam sekejap, biaya sewa langsung naik sepuluh kali lipat!Dengan harga pasar Kota Banyuli, hanya dengan 400 miliar lagi saja, sudah bisa mengamb
Semena-mena.Pria itu benar-benar bertindak semena-mena!Luna tidak menyangka di bawah tatapan banyak orang, Charlie langsung merobek bukti transfer yang telah dicap dengan cap perusahaan itu begitu saja!"Charlie, jangan bilang kamu pikir hanya dengan merobek bukti transfer saja kamu sudah bisa menghancurkan bukti!"Saking kesalnya, dada Luna sampai terlihat naik turun dan bibir merahnya terkatup rapat."Klak!"Charlie mengeluarkan mancis, lalu membakar bukti transfer tersebut sambil berkata, "Bu Luna, jangan marah. Hanya dengan melihat sekilas saja, aku mendapati cap perusahaan di atas bukti transfer itu palsu. Mungkin ada orang yang berpura-pura mengaku dia adalah karyawan perusahaan kami, lalu menipu 4 miliar kalian.""Kalau kalian mau menagih 4 miliar kalian, silakan saja cari orang itu, nggak ada hubungannya dengan perusahaan kami.Begitu dia selesai berbicara, bukti transfer itu juga sudah berubah menjadi butiran debu.Dari ucapan Charlie, dia bahkan tidak berniat untuk mengemba
'Apa mungkin Kakek sebaik ini?'Sambil menggenggam ponselnya, mulut Luna tampak sedikit terbuka, dia merasa agak terkejut.Dia benar-benar tidak berani memercayai bahwa ada saatnya kakeknya memikirkannya."Kakek, kalau Kakek meminjamkan gedung perkantoran Grup Agung Makmur untukku, bagaimana dengan Grup Agung Makmur?" tanyanya dengan sedikit curiga."Nggak lama lagi Grup Agung Makmur hanya sisa kerangka saja, apa gunanya gedung perkantoran sebesar itu, lebih baik kamu gunakan untuk mengembangkan bisnismu.""Sekarang kamu cepat pulang ke kediaman Keluarga Basagita, aku akan meminta pamanmu dan yang lainnya untuk mendiskusikan hal ini denganmu."Setelah tertegun sejenak dengan menggenggam ponselnya, Luna memutuskan untuk pergi ke kediaman lama Keluarga Basagita.Dia bisa merasakan ketulusan dari ucapan Tuan Besar Basagita."Aku harus pulang sebentar, kalian kembali dulu ke perusahaan, nanti baru kita bicarakan lagi."Setelah mengucapkan beberapa patah kata itu kepada para karyawannya, Lu
"Tutup mulutmu!"Sambil mengenakan kembali tali pinggangnya, Charlie menoleh dan membentak Vania, sampai-sampai wanita itu gemetaran dan wajahnya pucat pasi.Dia baru teringat Ardika datang seorang diri.Bagaimana mungkin dia bisa melawan Charlie dan yang lainnya seorang diri? Mereka semua bertubuh kekar.Jangankan menyelamatkannya, mungkin Ardika sendiri juga akan ditahan di sini."Ardika, cepat kabur! Cepat lapor polisi, cari Bu Luna dan yang lainnya!"Mengingat Ardika baru keluar dari rumah sakit jiwa, dia takut Ardika tidak bisa menangani hal ini dengan baik, jadi dia segera memberikan arahan kepada pria itu."Dasar wanita jalang! Apa kamu sudah tuli?! Sudah kubilang tutup mulutmu!"Charlie menoleh ke arah Vania dengan ekspresi ganas, lalu mengangkat lengannya dan hendak menampar wanita itu.Ardika mengerutkan keningnya, lalu mengulurkan kakinya untuk mengait sebuah kursi.Hanya dengan sedikit menggerakkan jari-jari kakinya, kursi itu langsung terbang dan menghantam bahu Charlie de
Api cerutu itu seolah-olah memanggang lidahnya, asap cerutu mengepul keluar dari celah-celah mulutnya!"Hhmmmphh ... hhmmmphh!"Charlie menggelengkan kepalanya dengan keras.Karena mulutnya sedang ditekan oleh Ardika, dia hanya bisa mengeluarkan suara menyedihkan.Saking kesakitannya, wajah Charlie terlihat pucat pasi.Pupil matanya tampak mengecil berukuran seperti jarum, matanya tampak memerah, dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan dan dengan sorot mata seolah-olah sedang memohon pengampunan Ardika.Namun, Ardika tetap tidak peduli.Selain Geri dan lima orang lainnya, orang-orang lainnya di dalam ruangan ini menyaksikan pemandangan ini dengan tatapan terkejut.Mereka takut setengah mati, aura dingin menjalar di seluruh tubuh mereka.Bahkan Vania juga ketakutan melihat kekejaman Ardika saat ini!Hingga api cerutu itu sudah mati dimatikan di dalam mulut Charlie, Ardika baru melepaskan pria itu.Charlie langsung terjatuh lemas ke lantai. Dia memegang lehernya dan bernapas dengan s
Ternyata masih ada pemikiran seperti itu dalam benak Charlie."Apa kamu pikir kamu layak?"Satu kalimat acuh tak acuh Ardika membuat raut wajah Charlie berubah menjadi pucat pasi dan sepenuhnya putus asa."Begini saja, aku akan merekomendasikan satu tempat untukmu. Adapun mengenai kamu tetap bisa bertahan hidup atau nggak, tergantung pada kemampuan tiga keluarga besar."Selesai berbicara, Ardika menghubungi Sigit.Tak lama kemudian, terdengar suara sirene mobil polisi dari lantai bawah.Rekaman video yang Ardika ambil tadi sudah dia kirimkan kepada pihak berwajib. Dengan adanya bukti konkret atas tindakan kejahatan yang dilakukan oleh Charlie dan beberapa orang anak buahnya itu, maka mereka langsung dibawa pergi oleh pihak kepolisian."Awasi mereka baik-baik. Kalau tiga keluarga besar berani mengirimkan orang ke kantor polisi, itu artinya tindak kejahatan mereka bertambah satu lagi."Itulah pesan singkat Ardika pada Sigit.Tentu saja Sigit menanggapi ucapan Ardika dengan penuh hormat.
"Silakan katakan, Kakek."Luna masih hanyut dalam kegembiraan karena Keluarga Basagita menawarkan bantuan kepadanya di saat seperti ini, jadi dia tidak berpikir banyak.Tuan Besar Basagita menghela napas dan berkata, "Luna, di saat kamu mengalami situasi yang paling sulit, Keluarga Basagita menawarkan bantuan kepadamu, semua ini karena kita adalah keluarga, karena ada darah Keluarga Basagita yang mengalir dalam tubuhmu, 'kan?""Baguslah kalau Kakek berpikir seperti itu."Luna sangat senang.Dia mengira setelah dijebak oleh Keluarga Buana sebelumnya, akhirnya Tuan Besar Basagita dan yang lainnya sudah sadar bahwa hubungan keluarga yang paling berharga.Selama anggota Keluarga Basagita sudah menyadari dan menyesali kesalahan mereka, serta mengubah sikap mereka dalam memperlakukan keluarganya, Luna bersedia memaafkan mereka.Bagaimanapun juga, mereka adalah satu keluarga.Begitu mendengar ucapan cucunya, kegembiraan menyelimuti hati Tuan Besar Basagita, dia berkata, "Luna, kini kamu mendi