Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Pukul, ya pukul saja. Apa lagi yang bisa kukatakan? Lagi pula, hari itu saat berada di vila nomor sembilan Kompleks Vila Cempaka, kamu juga sudah pernah dipukul.""Ah! Dasar sialan! Aku benar-benar ingin membunuhmu!"Begitu mendengar ucapan Ardika, Rina benar-benar kesal setengah mati.Jiko berkata dengan marah, "Ardika, berani-beraninya kamu bersikap arogan di hadapan kami! Apa kamu benar-benar berpikir kamu sudah sangat hebat?! Hari itu, begitu keluar dari Kompleks Vila Cempaka, kami langsung pergi menemui tiga keluarga besar. Kepala keluarga tiga keluarga besar sendiri mengatakan kamu adalah pecundang!"Ternyata itu adalah alasan ibu dan anak itu berani bersikap arogan di hadapan Ardika."Plak!"Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah Jiko dan berkata, "Tadi istriku sudah mengatakan jangan memanggilku pecundang lagi! Apa kalian nggak mengerti ucapan manusia?!""Jiko, minta Elsy untuk memanggil petugas keamanan ke sini! Ardika, hari ini kam
Awalnya, Grup Perfe didirikan di ibu kota provinsi.Setelah mengambil alih perusahaan itu, Luna berencana untuk menyewa gedung perkantoran, lalu mulai menjalankan bisnis-bisnisnya.'Penyewaan gedung perkantoran bukanlah sesuatu yang sulit, bisa ada masalah apa?'Ardika berencana untuk keluar dan melihat apa yang terjadi.Sambil berjalan ke luar, Ardika menelepon Jesika dan memintanya untuk menyelidiki sebenarnya apa yang telah terjadi.Gedung Ansa adalah sebuah gedung perkantoran yang belakangan ini baru selesai dibangun di Kota Banyuli. Hingga saat ini, belum ada perusahaan yang menempati gedung tersebut.Setelah mengadakan rapat dengan para petinggi perusahaan, Luna bersiap untuk menyewa keseluruhan gedung perkantoran ini, termasuk tempat parkirnya sebagai lokasi bekerja Grup Perfe.Dalam waktu dua hari, Grup Perfe sudah mencapai kesepakatan dengan perusahaan properti yang bertanggung jawab atas Gedung Ansa mengenai penyewaan gedung.Biaya sewa gedung per tahun sebesar 40 miliar, Gru
"Bu Luna, apa maksudmu?"Charlie menyipitkan matanya dan berkata, "Kontrak ini disusun oleh tim hukum dari perusahaan kedua belah pihak, sama sekali nggak ada masalah. Sekarang kamu malah memberitahuku kamu nggak bisa menandatanganinya, bukankah sama saja dengan membuang-buang waktuku saja?"Nada bicara pria itu terdengar agak tajam.Ekspresi arogan yang terpampang jelas di wajahnya membuatnya sama sekali tidak terlihat seperti manajer umum sebuah perusahaan, lebih mirip dengan preman."Brak!"Luna langsung melemparkan kontrak itu di atas meja dan berkata dengan dingin, "Aku bukan ingin membuang-buang waktu Pak Charlie, tapi Pak Charlie sama sekali nggak menunjukkan ketulusan untuk bekerja sama. Jelas-jelas kita sudah sepakat biaya sewa per tahunnya adalah 40 miliar, kenapa di kontrak malah tertera 400 miliar per tahun?!"Empat ratus miliar!Dalam sekejap, biaya sewa langsung naik sepuluh kali lipat!Dengan harga pasar Kota Banyuli, hanya dengan 400 miliar lagi saja, sudah bisa mengamb
Semena-mena.Pria itu benar-benar bertindak semena-mena!Luna tidak menyangka di bawah tatapan banyak orang, Charlie langsung merobek bukti transfer yang telah dicap dengan cap perusahaan itu begitu saja!"Charlie, jangan bilang kamu pikir hanya dengan merobek bukti transfer saja kamu sudah bisa menghancurkan bukti!"Saking kesalnya, dada Luna sampai terlihat naik turun dan bibir merahnya terkatup rapat."Klak!"Charlie mengeluarkan mancis, lalu membakar bukti transfer tersebut sambil berkata, "Bu Luna, jangan marah. Hanya dengan melihat sekilas saja, aku mendapati cap perusahaan di atas bukti transfer itu palsu. Mungkin ada orang yang berpura-pura mengaku dia adalah karyawan perusahaan kami, lalu menipu 4 miliar kalian.""Kalau kalian mau menagih 4 miliar kalian, silakan saja cari orang itu, nggak ada hubungannya dengan perusahaan kami.Begitu dia selesai berbicara, bukti transfer itu juga sudah berubah menjadi butiran debu.Dari ucapan Charlie, dia bahkan tidak berniat untuk mengemba
'Apa mungkin Kakek sebaik ini?'Sambil menggenggam ponselnya, mulut Luna tampak sedikit terbuka, dia merasa agak terkejut.Dia benar-benar tidak berani memercayai bahwa ada saatnya kakeknya memikirkannya."Kakek, kalau Kakek meminjamkan gedung perkantoran Grup Agung Makmur untukku, bagaimana dengan Grup Agung Makmur?" tanyanya dengan sedikit curiga."Nggak lama lagi Grup Agung Makmur hanya sisa kerangka saja, apa gunanya gedung perkantoran sebesar itu, lebih baik kamu gunakan untuk mengembangkan bisnismu.""Sekarang kamu cepat pulang ke kediaman Keluarga Basagita, aku akan meminta pamanmu dan yang lainnya untuk mendiskusikan hal ini denganmu."Setelah tertegun sejenak dengan menggenggam ponselnya, Luna memutuskan untuk pergi ke kediaman lama Keluarga Basagita.Dia bisa merasakan ketulusan dari ucapan Tuan Besar Basagita."Aku harus pulang sebentar, kalian kembali dulu ke perusahaan, nanti baru kita bicarakan lagi."Setelah mengucapkan beberapa patah kata itu kepada para karyawannya, Lu
"Tutup mulutmu!"Sambil mengenakan kembali tali pinggangnya, Charlie menoleh dan membentak Vania, sampai-sampai wanita itu gemetaran dan wajahnya pucat pasi.Dia baru teringat Ardika datang seorang diri.Bagaimana mungkin dia bisa melawan Charlie dan yang lainnya seorang diri? Mereka semua bertubuh kekar.Jangankan menyelamatkannya, mungkin Ardika sendiri juga akan ditahan di sini."Ardika, cepat kabur! Cepat lapor polisi, cari Bu Luna dan yang lainnya!"Mengingat Ardika baru keluar dari rumah sakit jiwa, dia takut Ardika tidak bisa menangani hal ini dengan baik, jadi dia segera memberikan arahan kepada pria itu."Dasar wanita jalang! Apa kamu sudah tuli?! Sudah kubilang tutup mulutmu!"Charlie menoleh ke arah Vania dengan ekspresi ganas, lalu mengangkat lengannya dan hendak menampar wanita itu.Ardika mengerutkan keningnya, lalu mengulurkan kakinya untuk mengait sebuah kursi.Hanya dengan sedikit menggerakkan jari-jari kakinya, kursi itu langsung terbang dan menghantam bahu Charlie de
Api cerutu itu seolah-olah memanggang lidahnya, asap cerutu mengepul keluar dari celah-celah mulutnya!"Hhmmmphh ... hhmmmphh!"Charlie menggelengkan kepalanya dengan keras.Karena mulutnya sedang ditekan oleh Ardika, dia hanya bisa mengeluarkan suara menyedihkan.Saking kesakitannya, wajah Charlie terlihat pucat pasi.Pupil matanya tampak mengecil berukuran seperti jarum, matanya tampak memerah, dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan dan dengan sorot mata seolah-olah sedang memohon pengampunan Ardika.Namun, Ardika tetap tidak peduli.Selain Geri dan lima orang lainnya, orang-orang lainnya di dalam ruangan ini menyaksikan pemandangan ini dengan tatapan terkejut.Mereka takut setengah mati, aura dingin menjalar di seluruh tubuh mereka.Bahkan Vania juga ketakutan melihat kekejaman Ardika saat ini!Hingga api cerutu itu sudah mati dimatikan di dalam mulut Charlie, Ardika baru melepaskan pria itu.Charlie langsung terjatuh lemas ke lantai. Dia memegang lehernya dan bernapas dengan s
Ternyata masih ada pemikiran seperti itu dalam benak Charlie."Apa kamu pikir kamu layak?"Satu kalimat acuh tak acuh Ardika membuat raut wajah Charlie berubah menjadi pucat pasi dan sepenuhnya putus asa."Begini saja, aku akan merekomendasikan satu tempat untukmu. Adapun mengenai kamu tetap bisa bertahan hidup atau nggak, tergantung pada kemampuan tiga keluarga besar."Selesai berbicara, Ardika menghubungi Sigit.Tak lama kemudian, terdengar suara sirene mobil polisi dari lantai bawah.Rekaman video yang Ardika ambil tadi sudah dia kirimkan kepada pihak berwajib. Dengan adanya bukti konkret atas tindakan kejahatan yang dilakukan oleh Charlie dan beberapa orang anak buahnya itu, maka mereka langsung dibawa pergi oleh pihak kepolisian."Awasi mereka baik-baik. Kalau tiga keluarga besar berani mengirimkan orang ke kantor polisi, itu artinya tindak kejahatan mereka bertambah satu lagi."Itulah pesan singkat Ardika pada Sigit.Tentu saja Sigit menanggapi ucapan Ardika dengan penuh hormat.
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika