Melihat Ardika tidak berencana membiarkan Wakanda pergi, Alden mengerutkan keningnya.Seorang pengawal yang berdiri di belakang sang raja preman berkata dengan dingin, "Pak Raka, Wakanda bersedia pergi karena mempertimbangkan Tuan Alden, sebaiknya kamu jangan keterlaluan!"Di mata pengawal itu, Alden sudah memerintahkan Wakanda untuk pergi dari sini.Dengan mempertimbangkan Alden, Wakanda sendiri juga sudah menyetujui untuk segera pergi dari sini.Kalau begitu, seharusnya masalah ini berhenti sampai di sini saja.Namun, Ardika malah tidak membiarkan Wakanda pergi, seolah-olah belum puas.Tindakan Ardika sama saja dengan mempermalukan Alden.Di Kota Banyuli, baik wali kota maupun kepala preman, baik anggota instansi pemerintahan maupun para pelaku kriminal, siapa yang berani tidak menghormati Alden?"Ibarat pepatah, kalau nggak tahu penderitaan yang dilalui oleh orang lain, sebaiknya jangan membujuk orang lain untuk bersikap baik. Tuan Alden, seharusnya anak buahmu mengerti hal ini, buk
"Raka, aku punya dua ratus orang murid. Kalau kamu ingin memanfaatkanku untuk menunjukkan wibawamu, paling sedikit kamu harus mencari enam ratus orang tentara!"Wakanda tidak menganggap serius sekelompok tentara itu.Walaupun postur berdiri mereka sempurna, mereka belum tentu bisa berkelahi.'Hah, hanya punya seratus orang saja sudah ingin memanfaatkanku untuk menunjukkan wibawanya, benar-benar bermimpi!'Lagi pula, apa Ardika bisa mencari tentara sebanyak enam ratus orang?Wakanda beranggapan hal seperti itu mustahil terjadi.Kecuali Ardika bisa menggerakkan anggota pasukan khusus secara langsung.Hal ini juga mustahil terjadi.Ardika tidak memedulikannya, dia bertanya tanpa menoleh, "Membereskan murid-murid sekolah bela diri ini butuh berapa banyak orang?""Lapor, tiga puluh orang saja sudah cukup!"Di antara lima puluh orang yang berbaris di sebelah kiri, seorang tentara yang berdiri di barisan paling depan segera menjawab pertanyaan Ardika.Pria itu bernama Janus Sulastio. Sebelum
Tidak peduli seberapa keras Wakanda berteriak, hasil pertarungan tetap tidak berubah.Tiga puluh tentara langsung menerjang ke arah kerumunan murid sekolah bela diri yang berjumlah seratus tujuh puluh orang itu.Mereka tampak seperti sekelompok serigala kelaparan yang masuk dalam kerumunan domba.Saat bergabung dengan Pasukan Khusus Serigala, mereka sudah mempelajari teknik bertarung dan berlatih dengan baik.Bagaimana mungkin sekelompok murid sekolah bela diri yang hanya bertarung karena emosi sesaat bisa menandingi sekelompok "serigala" ganas ini?Wakanda melihat dengan mata kepalanya sendiri satu per satu murid yang dibanggakannya tergeletak tak berdaya di lantai.Wajahnya berubah menjadi sangat muram!"Bam!"Pada akhirnya, belasan orang murid sekolah bela diri yang masih berdiri terjatuh ke lantai pada saat bersamaan.Pertarungan dengan perbedaan jumlah orang yang sangat besar, yaitu tiga puluh orang melawan dua ratus orang berakhir hanya dalam waktu seratus detik.Saat ini, dua ra
"Eh, apa itu?""Manusia! Seorang manusia dilempar keluar!"Di bawah teriakan terkejut semua orang, tubuh orang itu terjatuh mendarat tepat di panggung di mana Elsy berada dalam posisi berlutut.Saking dahsyatnya guncangan itu, panggung sampai bergetar sejenak.Elsy terkejut setengah mati, dia dan beberapa orang petinggi lainnya melangkah mundur sejauh mungkin."Pak Wakanda!"Setelah mereka melihat dengan jelas siapa orang itu, mereka kembali terkejut setengah mati."Ternyata orang itu adalah Wakanda! Kenapa dia bisa begitu menyedihkan sampai-sampai dilempar keluar? Di mana murid-muridnya? Apa mereka melihat kepala sekolah mereka dilempar keluar begitu saja tanpa melakukan apa-apa?"Di bawah panggung, terdengar sorakan terkejut.Tepat pada saat semua orang kebingungan sebenarnya apa yang telah terjadi dan kenapa Wakanda bisa berakhir seperti ini, satu per satu dari tentara yang sudah mengenakan seragam satpam muncul di depan pintu masuk gedung Grup Bintang Darma.Masing-masing dari mere
"Para murid ingin merebut pekerjaan para tentara yang sudah pensiun, tentu saja para tentara nggak ingin mengalah begitu saja. Mengingat para murid masih berusia remaja, para tentara baru memberi mereka pelajaran yang boleh terbilang masih ringan."Setelah mendengar laporan dari kepala pelayan Keluarga Lukito sepulang dari kantor polisi, Oliver langsung memecahkan teko teh saking kesalnya.Biasanya, hal-hal yang menyangkut tim tempur sangat sensitif, instansi terkait Kota Banyuli pasti tidak bersedia ikut campur.Boleh dibilang, murid-murid Sekolah Bela Diri Wakanda itu harus terima dihajar begitu saja.Kepala keluarga tiga keluarga besar juga tidak berdaya."Apa si Raka ini bisa menebak masa depan? Bagaimana dia bisa tahu kita akan mengirim murid-murid sekolah bela diri ke sana? Dia nggak hanya sudah melakukan persiapan terlebih dahulu, dia bahkan membuat kita nggak berdaya."Mereka sangat kesal."Bagaimana kalau kita menerbangkan pesawat nirawak ke sana untuk mengambil foto Raka? Aku
Acara penggantian nama perusahaan berakhir dengan sempurna.Pada saat bersamaan, informasi tentang pendeklarasian perang Grup Bintang Darma terhadap tiga keluarga besar juga sudah tersebar luas.Sebelumnya, dirumorkan bahwa Aliansi Maju Bersama yang dibentuk oleh Grup Sentosa Jaya, kediaman wali kota dan Grup Lautan Berlian juga sudah mulai menyerang tiga keluarga besar.Orang-orang menyadari satu hal yang sangat mengejutkan, yaitu tiga keluarga besar sudah menjadi target penyerangan banyak pihak!Sepertinya penguasa Kota Banyuli benar-benar akan berubah.Setelah memperoleh informasi itu, tiga keluarga besar hanya diam tanpa melakukan pergerakan apa pun.Bagi kepala keluarga tiga keluarga besar, hal seperti ini sudah mereka prediksi akan terjadi.Tentu saja mereka merasakan tekanan yang besar. Namun, selain menaruh harapan pada acara peresmian jabatan Kapten Thomas tim tempur Provinsi Denpapan, mereka tidak punya cara lain yang lebih baik lagi.Di depan pintu gedung Grup Bintang Darma.
"Luna, coba kamu pikirkan, kalau Ardika adalah Raka, kenapa dua hari sebelumnya, Filbert dan yang lainnya berani melemparinya kue?"Tina menatap Ardika dengan tatapan meremehkan.Dia sama sekali tidak percaya Ardika dan Raka adalah orang yang sama.Raka sangat mendominasi dan mampu mengambil keputusan dengan tepat.Merebut perusahaan milik tiga keluarga besar, lalu membiarkan Wakanda berlutut menghadiri acara penggantian nama perusahaan dan mempermalukan tiga keluarga besar di depan umum.Menyaksikan pemandangan itu membuat darahnya seolah bergejolak, bahkan diam-diam dia sangat takjub pada pria misterius itu.Bagaimana dengan Ardika?Saat dilempari kue oleh Filbert dan yang lainnya saja, pria itu tidak berani melakukan pembalasan.Saat menonton rekaman video yang dikirim oleh Filbert padanya, dia benar-benar kesal setengah mati dan mewakil Luna memaki suami sahabatnya itu sebagai pengecut.Perbedaan antara kedua pria ini, bagaikan langit dan bumi."Tina, Filbert dan yang lainnya sama
Hari ini Grup Bintang Darma bahkan berani mempermalukan tiga keluarga besar dengan terang-terangan.Sebagai suami Elsy yang merupakan manajer umum perusahaan ini, sekarang Jiko sangat percaya diri, dia sama sekali tidak menganggap serius siapa pun.Tanpa melirik Jiko sama sekali, Luna menatap Rina yang tampak galak itu dengan tatapan dingin dan berkata, "Ardika adalah suamiku. Kamu memaki suamiku pecundang sesuka hatimu, kamu memang pantas dipukul. Karena dia adalah seorang pria, dia nggak bisa memukulmu. Sebagai seorang istri, aku bisa membantunya untuk memberimu pelajaran!"Selesai berbicara, Luna langsung berbalik dan pergi."Sayang ...."Ardika yang sangat terharu segera mengejar langkah Luna dan meraih tangan istrinya."Jangan sentuh aku. Ardika, lain kali kamu jangan membohongiku lagi. Aku nggak pernah memandang rendah kamu. Kamu nggak perlu menggunakan cara seperti ini untuk menyenangkan hatiku!"Setelah melontarkan beberapa patah kata itu dengan marah, Luna langsung pergi bersa
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika