"Aku nggak percaya."Saat ini, aura yang menakutkan sudah terpancar keluar dari tubuh Edrik. Mungkin merasakan aura menakutkan seperti itu, orang biasa pasti sudah merasa agak ketakutan. Namun, Ardika sama sekali tidak merasakan apa pun."Memohon bantuanku, tapi sikapmu malah seperti ini! Apa kamu pikir aku nggak berani menghajarmu?!"Sorot mata Edrik langsung berubah menjadi dingin dan berencana untuk memberi pelajaran pada Ardika yang berani berkata-kata tidak sopan di hadapannya."Siapa yang memohon bantuanmu?"Ardika hanya melirik pria itu dengan tatapan acuh tak acuh.Tina sendiri berlagak pandai, wanita itu yang bersikeras menariknya ke sini untuk meminta maaf kepada Kresna.Karena wanita itu adalah sahabat Luna, Ardika tidak bisa mengabaikan Tina begitu saja.Namun, menghadapi orang yang menganggap diri sendiri sangat hebat seperti Edrik, Ardika sama sekali tidak sungkan lagi.Hanya dengan satu pandangan saja, tangan Edrik sudah terangkat langsung berhenti di udara.Walaupun sor
"Ardika, siapa suruh kamu mematahkan kaki orang lain, lalu memasukkan banyak alkohol ke dalam tubuh orang lain sampai-sampai menyebabkannya masuk ke ICU dan hampir kehilangan nyawa.""Kalau bukan karena Grup Lautan Berlian maju sebagai menengah, Kresna dan yang lainnya pasti akan membunuhmu dan menghancurkan keluargamu! Kalau nggak, mereka pasti nggak akan berhenti membalas dendam!"Seolah-olah melakukan semua hal ini demi kebaikan Ardika sendiri, Tina mengucapkan beberapa patah kata untuk membuka pikirannya.Maksud wanita itu adalah agar Ardika jangan terlalu memedulikan harga dirinya dan menyelesaikan masalah ini.Namun, sikap meremehkan wanita itu benar-benar membuat Ardika kesal.Apa wanita itu berpikir bisa sesuka hati memintanya berlutut pada siapa pun?Tepat pada saat ini, pintu lift terbuka. Mereka sudah sampai di lantai enam."Sudah kubilang belum tentu siapa yang akan berlutut pada siapa!"Ardika sama sekali tidak melirik Tina.Setelah melontarkan satu kalimat itu dengan ding
Dengan iringan teriakan menyedihkan, Kresna dan yang lainnya dibawa pergi oleh pihak berwenang.Selama menduduki jabatan sebagai petinggi Bank Banyuli, mereka sudah melakukan banyak tindakan pelanggaran hukum. Mungkin mereka harus mendekam di balik jeruji besi selama sisa hidup mereka."Ardika, kenapa saat Kresna dan yang lainnya ditangkap mereka memohon padamu?"Saat menuruni lift, Tina benar-benar tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi dan bertanya pada Ardika.Hingga saat ini, dia masih tidak berani memercayai apa yang telah terjadi.Namun, adegan Kresna dan yang lainnya terus menerus bersujud di hadapan Ardika dan memohon pada pria itu sebelum dibawa pergi terpampang jelas di hadapannya."Karena aku yang meminta Jesika untuk menyelidiki dan mencari bukti-bukti pelanggaran hukum mereka, lalu menangkap mereka. Nasib mereka ada di tanganku, tentu saja mereka harus memohon padaku."Ardika memang bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya kepada Tina. Jadi, dia langsung memberi tahu wa
Beberapa hari sejak Luna memegang kekuasaan atas perusahaan, anggota Keluarga Basagita lainnya merasa hari-hari mereka sulit dilalui. Mereka semua berharap Luna terus mendekam di balik jeruji besi dan tidak pernah kembali lagi."Sebenarnya, nggak masalah lagi Luna kembali atau nggak. Lagi pula, dia sudah dicopot dari jabatannya. Selain itu, para petinggi perusahaan yang menjilatnya juga sudah dipecat. Dia nggak akan bisa melakukan apa-apa lagi. Kelak, keluarga Kak Yanto yang memegang kekuasaan atas perusahaan. Akhirnya hari-hari bahagia kita kembali lagi!"Ada pula anggota Keluarga Basagita yang berpikiran sangat terbuka.Yanto dan Wisnu adalah orang-orang yang tidak berguna.Demi memegang kekuasaan atas Grup Agung Makmur dan agar mereka tidak mengatakan hal-hal buruk di hadapan Tuan Besar Basagita, Yanto sekeluarga sudah memberikan banyak keuntungan kepada anggota Keluarga Basagita ini."Sebenarnya bagus juga masalah Luna terselesaikan. Besok adalah jadwal pemasaran Kompleks Prime Mel
Tuan Besar Basagita tidak menyangka David akan mengakui hal itu secara langsung.Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah menjadi sedikit muram.Dia tidak memedulikan apakah Luna dijebak atau tidak.Dia hanya mengkhawatirkan motif di balik tindakan Keluarga Buana ini, apakah mereka merencanakan sesuatu yang membahayakan Keluarga Basagita.Wulan khawatir tunangannya dimarahi oleh kakeknya, dia buru-buru berkata, "Kakek, kalau Kakek ingin menyalahkan, salahkan kami saja. Kami nggak ingin Luna memegang kekuasaan atas perusahaan. Karena itulah, kami meminta bantuan Keluarga Buana untuk menyingkirkan Luna!""Ya, benar. Ayah juga sudah lihat sendiri, 'kan? Begitu Luna memegang kekuasaan atas perusahaan, dia bahkan nggak menghargai Ayah. Kami hanya bisa menggunakan cara seperti ini untuk menyingkirkannya."Dalam situasi seperti ini, mau tidak mau Yanto sendiri juga harus maju untuk memberi penjelasan kepada ayahnya.Dia khawatir Tuan Besar Basagita emosi dan berubah pikiran.Melihat pemand
Orang yang meneleponnya bernama Gion Tandio.Tuan Besar Basagita mengenal pria itu saat memancing, boleh dibilang orang yang satu hobi dengannya. Pria itu sendiri adalah penanggung jawab sebuah lembaga notaris.Begitu mendengar ucapan Gion, Tuan Besar Basagita langsung tercengang. Lalu, dia bertanya, "Gion, apa maksudmu? Kami nggak menjual Kompleks Prime Melati.""Tuan Besar Basagita, di saat seperti ini, kamu sudah nggak bisa menyembunyikan hal ini lagi."Gion berkata, "Baru saja, seluruh aset perusahaan properti di bawah Grup Agung Makmur sudah dijual ke sebuah perusahaan di ibu kota provinsi. Kami yang mengurus surat-suratnya."Terkejut bukan main, Tuan Besar Basagita langsung bangkit dari tempat tidurnya.Kemudian, dia langsung keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa dan memanggil Yanto. "Yanto, cepat tanyakan apakah perusahaan properti di bawah Grup Agung Makmur sudah dijual!"Mendengar keributan itu, anggota Keluarga Basagita lainnya juga bergegas menghampiri mereka dan menanyak
Tuan Besar Basagita berteriak dengan ekspresi ganas.Mulai dari menyerahkan Kompleks Prime Melati untuk dikelola oleh Keluarga Buana, hingga mentransfer dana sebesar lebih dari empat triliun itu ke rekening perusahaan properti.Sejak awal hingga akhir, Yanto sekeluarga yang membujuknya untuk melakukan hal-hal itu.Tuan Besar Basagita menatap putra sulungnya dengan tatapan seolah-olah akan melahap orang hidup-hidup. Dia benar-benar ingin mencabik-cabik Yanto saat ini juga.Yanto tahu dia sudah tertimpa masalah besar.Dia langsung merangkak bangkit dan berlutut di lantai, lalu berkata dengan sekujur tubuh gemetaran, "Ayah, Keluarga Buana sudah memesan Hotel Blazar untuk acara pertunangan David dan Wulan, bahkan mereka sudah menyebar undangan kepada tokoh-tokoh terkemuka di kota ini. Mereka nggak akan bisa melarikan diri.""Besok kita pergi ke Hotel Blazar untuk menemui mereka, lalu meminta mereka untuk mengembalikan Kompleks Prime Melati dan uang kepada kita. Kalau mereka menolak untuk m
Melihat senyum dingin yang mengembang di wajah David, jantung anggota Keluarga Basagita langsung berdebar kencang."Wah, yang berulang tahun sudah datang!"Tepat pada saat anggota Keluarga Basagita saling melempar pandangan dan tidak memahami apa yang dimaksud oleh David, tiba-tiba terdengar suara sorakan yang menggema di seluruh aula.Kemudian, dengan ditemani oleh banyak orang, Brian, Kepala Keluarga Buana berjalan memasuki aula dengan ekspresi bahagia."Semuanya, aku tahu aku usiaku sudah menginjak kepala tujuh, tapi dengan meminjam kemegahan Hotel Blazar ini, dengan segala hormat aku menyelenggarakan pesta ulang tahunku. Terima kasih atas kehadiran semua tamu undangan ...."Apa?!Acara ulang tahun Brian, Kepala Keluarga Buana?!Semua anggota Keluarga Basagita tercengang.Wisnu langsung menarik kerah baju David, lalu berteriak dengan marah, "David, katakan dengan jelas! Jelas-jelas ini adalah acara pertunanganmu dengan adikku, kenapa malah berubah menjadi acara ulang tahun?!"Keribu
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b
Panggilan telepon baru saja berakhir, Ardika sudah menerima sebuah notifikasi menerima transfer dana.Sutandi mentransfer 20 juta untuknya, memintanya untuk membeli setelan pakaian formal yang cocok dengannya saat dalam perjalanan menuju Grup Goldis.Ardika hanya bisa menerima niat baik Sutandi itu dengan tidak berdaya.Kalau dia tidak terima, gurunya itu pasti akan meneleponnya dan mengguruinya lagi.Adapun mengenai setelah formal, Ardika tidak membelinya, juga tidak berencana untuk memakainya.Bagaimana mungkin seorang bos perlu berpenampilan sama seperti karyawan saat pergi ke perusahaan sendiri?Setelah memberi tahu Futari untuk bersenang-senang sendiri di rumah, Ardika mengendarai mobil yang diberikan oleh Jace padanya itu menuju ke area pusat bisnis paling mewah di ibu kota provinsi.Gedung Goldis tetap terlihat sangat mencolok. Saat mendongak dan melihatnya, gedung tersebut tetap memberikan gejolak emosi yang besar bagi orang yang melihatnya.Pria dan wanita yang keluar masuk ge
"Nggak perlu bekerja?"Sutandi berkata dengan marah, "Ardika, ada apa dengan sikapmu ini?""Aku baru saja bilang padamu untuk bangkit kembali dari tempatmu terjatuh, kamu menganggap ucapanku seperti angin lalu, ya?!""Kamu nggak ingin bekerja, apa yang ingin kamu lakukan?""Menjalani hari-harimu tanpa melakukan apa-apa? Atau mengandalkan bualan-bualan yang nggak ada artinya itu untuk memuaskan martabat sendiri, membuat diri sendiri mati rasa?""Tahukah kamu demi mendapatkan pekerjaan untukmu Jeslin telah berupaya sekeras apa dan telah menggunakan semua relasi yang bisa digunakannya?!""Ardika, kamu nggak bisa mengecewakan Jeslin, juga nggak bisa mengecewakanku!"Sutandi mengucapkan kata-kata itu dengan diliputi perasaan sakit hati.Mengingat kemarin demi memuaskan martabat sendiri Ardika telah membual dengan mengatakan dirinya adalah pemilik vila nomor satu Gunung Halfi, hatinya telah diliputi kekecewaan terhadap muridnya itu."Ardika, kata-kataku kemarin memang kurang enak didengar, t
Keluarga Septio adalah keluarga kaya lama, relasi mereka sangatlah luas. Jadi, seharusnya mereka bisa menemukan orang-orang yang memenuhi kualifikasinya.Tentu saja, kalau pada akhirnya orang yang dicarikan oleh Levin tidak bisa membuat Ardika puas, Ardika juga tidak keberatan untuk menggerakkan relasinya dan sumber dayanya sendiri.Hanya saja, meminta orang-orang itu datang ke ibu kota provinsi, dia merasa itu sudah agak berlebihan.Levin langsung setuju. "Kak Ardika, aku mengenal beberapa orang yang pasti andal dalam hal melindungi orang. Tapi, harga yang mereka minta nggak rendah."Ardika berkata dengan santai, "Uang bukan masalah selama kemampuan mereka setara dengan harga itu."Malam hening itu berlalu dengan cepat.Pagi keesokan harinya.Saat Ardika terbangun dari tidurnya, Levin sudah membawakan sarapan secara pribadi.Saat Ardika sedang sarapan bersama Futari, dia menerima pesan dari Vita. Wanita itu mengatakan pagi-pagi sekali Jeslin sudah bergegas pergi ke Grup Goldis untuk m
Futari mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan tatapan kasihan. Perhatiannya terhadap Ardika diutarakannya dengan jelas dalam ucapannya.Walaupun dulu dia juga sudah pernah menghadapi beberapa masalah bersama Ardika, tetapi itu hanyalah konflik-konflik kecil.Menggunakan botol anggur untuk menghantam kepala orang lain sudah merupakan tindakan yang ekstrem.Akan tetapi, bukan hanya itu saja yang terjadi malam ini. Malam ini terjadi pemotongan jari, bahkan ada orang Negara Jepara yang hampir meregang nyawa. Ini benar-benar membuatnya ketakutan.Reaksi pertamanya adalah dia bukannya merasa senang memiliki seorang kakak ipar dengan kemampuan bela diri yang luar biasa, melainkan mengkhawatirkan keselamatan Ardika.Bagaimanapun juga, malam ini orang-orang yang terlibat dalam konflik dengan kakak iparnya memiliki latar belakang yang luar biasa.Ardika mengangkat lengannya dan menepuk dahi Futari. "Dari mana kamu mempelajari kata-kata seperti itu? Apa maksudmu dengan kakak sepupumu menjadi