"Apa?! Satu tiket dua triliun?! Kenapa mereka nggak sekalian merampok saja?!"Begitu mendengar nominal yang disebut oleh Dion, Jesper langsung marah besar.Biarpun Thomas adalah kapten tim tempur Provinsi Denpapan, harga sebesar dua triliun per satu tiket ini juga terlalu mahal.Dion berkata, "Menurut informasi yang kuperoleh, Thomas dilatih secara khusus Dewa Perang. Dewa Perang secara khusus mengeluarkan dokumen pengangkatan untuknya. Jadi, kali ini Dewa Perang pasti akan hadir.""Benarkah?"Jesper berkata dengan curiga, "Biarpun Dewa Perang hadir di lokasi, harga dua triliun per satu tiket juga benar-benar di luar nalar. Apa mungkin karena melihat kita adalah tiga keluarga besar, mereka ingin memeras uang kita ....""Biarpun diperas, aku juga terima!"Tiba-tiba, Oliver menyelanya, "Apa pun yang terjadi, Keluarga Lukito akan menghadiri acara pengangkatan kali ini. Terlepas dari dua triliun ini untuk Dewa Perang atau untuk Thomas, selama mereka menginginkan uang, aku akan memberi mere
Harga sebuah tiket dinaikkan hingga mencapai angka dua triliun adalah maksud Ardika.Kemarin, saat berada di vila nomor sembilan, dia sudah mendengar pembicaraan Melia dan Daniel dengan sangat jelas.Dia baru tahu tiga keluarga besar berencana menghadiri acara peresmian jabatan Thomas, lalu menjalin relasi dengan Thomas untuk menghadapinya.Bukankah rencana itu sangat konyol?Karena itulah, Ardika berencana memenuhi keinginan tiga keluarga besar dan membiarkan mereka mengalami kerugian yang besar.Lagi pula, tiga keluarga besar memperoleh aset mereka dengan cara merebut milik orang lain.Dengan kata lain, uang yang mereka miliki adalah uang kotor.Ardika dan Draco sedang mengobrol dengan santai.Sementara itu, di Grup Agung Makmur, Luna sedang mengadakan rapat sesuai jadwal dan mendengarkan laporan pekerjaan para petinggi perusahaan."Fokus utama perusahaan masih tertuju pada proyek Kompleks Prime Melati. Persiapan pemasaran awal sudah matang, pemasaran akan resmi dijalankan pada lusa.
Sejak memegang kekuasaan atas perusahaan, Luna menjadi makin percaya diri.Saat berbicara, nada bicaranya sangat mengintimidasi.Jantung Wisnu berdebar kencang, dia benar-benar terkejut mendengar suara wanita itu.Saat ini, Wulan juga melenggang masuk ke dalam ruang pertemuan sambil menggandeng lengan David. "Luna, oh Luna. Di saat seperti ini, kamu masih nggak tahu diri. Aku beri tahu kamu, kamu sudah melanggar hukum. Kali ini nggak ada seorang pun yang pun yang bisa menyelamatkanmu!""Kalau begitu, coba kamu katakan hukum apa yang telah aku langgar."Ekspresi Luna sedikit berubah.Dia sudah sangat mengenal Wisnu dan Wulan.Kalau bukan karena sudah memegang kartu as, mereka tidak akan berani bersikap arogan seperti ini."Luna, nggak lama lagi kamu juga akan tahu sendiri."David tertawa dingin.Saat mereka berbicara, terdengar suara langkah kaki dari koridor luar ruang pertemuan.Tak lama kemudian, sekelompok orang berpakaian polisi memasuki ruang pertemuan.Pemimpin kelompok itu adala
"Kakek, aku nggak menyuap Rita!"Luna menatap kakeknya dengan tatapan sedih.Wulan berkata dengan seolah tidak ingin memberi kesempatan bagi Luna untuk membela diri, "Kalau kamu nggak melakukannya, kenapa Rita menunjukmu? Kenapa dia nggak menunjuk kami?!""Dia sedang berbicara omong kosong!"Luna berkata dengan marah sambil menunjuk Rita, "Katakan dengan jelas! Kapan aku memberimu uang sebesar dua miliar? Apa kamu punya bukti?!""Kamu mau bukti, ya? Kalau begitu, aku tunjukkan bukti kepadamu!"David tertawa dingin. Tanpa persiapan yang matang, bagaimana mungkin Keluarga Buana berani menuduh Luna?Dia langsung melemparkan beberapa lembar dokumen.Di antara dokumen-dokumen itu, ada bukti transaksi rekening bank Rita. Bukti transaksi rekening itu menunjukkan dengan sangat jelas bahwa sehari sebelum wanita itu menghilang ada uang sebesar dua miliar yang masuk ke rekeningnya.Sumber dari uang dua miliar itu adalah departemen keuangan Grup Agung Makmur.Dalam dokumen-dokumen ini, juga ada bu
"Biarkan Yanto yang menjadi manajer umum. Sebelumnya aku sudah salah paham padanya."Begitu mendengar ucapan Tuan Besar Basagita, Yanto sekeluarga senang bukan main.Namun, para petinggi perusahaan tidak menyetujui keputusan itu begitu saja. "Pak Presdir, kasus Bu Luna masih belum selesai diselidiki, mungkin saja Bu Luna benar-benar dijebak oleh orang lain. Biarpun Bapak ingin mengangkat manajer umum yang baru, paling nggak harus menunggu penyelidikan selesai terlebih dahulu!""Benar, kami melihat sendiri kemampuan Bu Luna dalam mengelola perusahaan. Kami nggak percaya Bu Luna adalah orang seperti itu!"Para petinggi perusahaan mulai menyuarakan pandangan mereka.Walaupun Luna belum lama memegang kekuasaan atas perusahaan, tetapi mereka melihat sendiri upaya keras Luna untuk mengembangkan perusahaan.Mereka tidak ingin situasi perusahaan kembali pada masa-masa kekuasaan atas perusahaan dipegang oleh Yanto dan Wisnu.Kedua orang itu tidak lebih dari orang-orang pecundang."Siapa yang ba
Menyerahkan pemasaran Kompleks Prime Melati adalah kesepakatan bersama antara Yanto dengan Keluarga Buana.Keluarga Buana setuju untuk membantu mereka menyingkirkan Luna, sedangkan mereka bersedia untuk menyerahkan pemasaran Kompleks Prime Melati kepada Keluarga Buana.Tentu saja Yanto sangat menyetujui rencana ini.Tidak lama lagi, David akan menjadi menantunya. Kebetulan dia bisa memanfaatkan bisnis ini untuk menjalin hubungan yang lebih dalam lagi dengan Keluarga Buana.Kelak, dengan adanya dukungan dari keluarga kaya kelas satu seperti Keluarga Buana, kelak kedudukan mereka sekeluarga di Keluarga Basagita akan menjadi makin kokoh.Saat itu tiba, Tuan Besar Basagita juga harus berpikir berkali-kali sebelum mencopot jabatannya."Nggak bisa. Kalau Kompleks Prime Melati benar-benar nggak bisa dipasarkan sekarang, kita tunggu saja setelah situasi menjadi tenang baru kita jadwalkan lagi pemasarannya."Namun, Tuan Besar Basagita tidak menyetujui saran putranya begitu saja.Walaupun dia sa
Walaupun mengetahui hal ini tidak ada hubungannya dengan Ardika, Desi tetap melampiaskan emosinya pada Ardika.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sebenarnya, begitu mendengar berita istrinya ditangkap, dia sudah menelepon dan menanyakan situasi.Saat ini, Tina bergegas datang dengan tergesa-gesa."Melindungi istri sendiri saja nggak bisa! Apa gunanya kamu?!"Begitu melihat Ardika, dia langsung melontarkan kata-kata itu. Kemudian, tanpa banyak bicara lagi, dia langsung menelepon seseorang."Pak Ridwan, aku adalah Tina, putri angkat Alden. Ada satu hal yang ingin kutanyakan. Apa kasus yang menimpa Luna, temanku sangat berat? Apa kalian ada cara untuk mengeluarkannya? Lagi pula, dua miliar juga bukan nominal yang besar."Terlepas dari sahabatnya dijebak oleh orang lain atau tidak, dia hanya ingin menggerakkan relasinya untuk mengeluarkan Luna.Ridwan berkata, "Nona Tina, begitu mengetahui masalah yang menimpa Nona Luna, aku langsung mencari tahu dan menanyakan situasinya pada Sigi
"Hmm, nggak masalah."Marko menunjukkan ekspresi seolah sedang serius menjalankan tugasnya. Dia melambaikan tangannya kepada bawahannya yang berdiri di belakangnya dan berkata, "Bawa dia masuk."Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah pria berkacamata hitam di samping Ardika dan berkata, "Bagaimana denganmu? Kamu datang menyerahkan diri karena kasus apa?""Oh, aku kurang kerjaan dan kebosanan, jadi aku datang menyerahkan diri untuk merasakan secara pribadi bagaimana kalian menginterogasi pelaku tindak kriminal," kata Draco sambil terkekeh dan melepaskan kacamata hitamnya."Dasar lancang! Tim khusus bertugas untuk menangani kasus dan menegakkan hukum, bukan bertugas untuk melayani orang kurang kerjaan sepertimu!"Begitu mendengar ucapan Draco, Marko langsung marah besar.Dia melambaikan tangannya kepada anggota kepolisian di belakangnya dan berkata, "Usir pembuat onar ini dari sini!"Namun, dua anggota kepolisian hanya berdiri mematung di tempat, seolah-olah sudah tersihir."Apa