"Minggir sana!""Dasar sekelompok orang ceroboh! Aku sendiri saja yang menggeledahnya!"Mitha segera melangkah maju, menarik seorang pria kekar menjauh, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku sebelah kanan mantel Ardika.Namun, setelah melakukan pencarian cukup lama, pada akhirnya dia tetap tidak menemukan apa pun.Ekspresi Werdi berubah menjadi makin muram. "Berlian belum tentu ada di tubuhnya, juga ada kemungkinan dia menyembunyikannya di tempat lain! Cepat geledah! Geledah ruangan ini secara menyeluruh!""Satu hal lagi! Adik iparnya, Futari! Mungkin saja wanita itu sudah bersekongkol dengannya!"Saking kesalnya, Futari langsung berkata dengan penuh amarah, "Werdi, dasar sialan! Aku nggak mungkin mencuri barang! Juga nggak mungkin bersekongkol dengan kakak iparku untuk melakukan hal seperti itu!"Werdi hanya memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Demi membalas Ardika, dia sudah tidak memedulikan apa pun lagi.Saat ini, jangankan Futari, bahkan kalau ayah da
"Berlian!""Berliannya ada di dalam gelas Ardika!"Ada orang yang langsung menunjuk gelas anggur Ardika sambil berteriak dengan keras.Sedari tadi gelas anggur ini tidak pernah terlepas dari genggaman Ardika.Sebelumnya, semua orang mengira bocah ini belum pernah menikmati kehidupan kalangan kelas atas, jadi sengaja berlagak hebat di sana.Siapa sangka, ternyata berlian itu ada di dalam gelas anggur Ardika.Werdi dan yang lainnya membuka mulut mereka lebar-lebar, seolah-olah bisa dimasukkan sebutir telur ayam.Gila!Bagaimana bisa hal ini tidak terpikirkan oleh mereka?!Bahkan mulut kecil Rosa yang tampak seksi itu juga sedikit terbuka. Sangat jelas dia sangat terkejut.Dia juga sama sekali tidak menyangka Ardika akan menyembunyikan berlian di dalam gelas anggur, bahkan gelas anggur tersebut terpampang jelas di hadapan semua orang."Ardika, kamu masih bilang kamu nggak mencuri berlian.""Cepat serahkan berlian itu!"Seperti orang yang telah memenangkan pertempuran, Raina kembali bersik
"Baiklah, Ardika, aku akui aku sudah meremehkanmu. Hari ini kamu berhasil lolos.""Tapi lain kali, kamu nggak akan seberuntung ini lagi.""Kita lihat saja nanti!"Selesai berbicara, Werdi langsung berbalik, hendak meninggalkan tempat tersebut.Dia sudah malu setengah mati, tidak ingin berlama-lama di tempat itu lagi.Melihat pemandangan itu, Kalris dan Raina juga ingin ikut pergi."Eh, tunggu dulu, apa aku sudah mengizinkan kalian pergi?"Tiba-tiba, Ardika melontarkan kalimat itu dengan acuh tak acuh.Gagal memfitnahnya, mereka ingin pergi begitu saja?Oh, tidak bisa.Lihat nanti? Kenapa harus menunggu nanti?Malam ini dia akan menangani beberapa orang itu."Eh, Ardika, apa maksudmu? Kami ingin pergi, membutuhkan persetujuan darimu?""Memangnya kamu pikir kamu siapa?!"Werdi dan yang lainnya berbalik, menatap Ardika dengan tatapan dingin, tampak diliputi amarah.Malam ini mereka benar-benar malu setengah mati.Ardika tidak memedulikan mereka. Dia melirik Mitha sekilas, lalu berkata, "B
Rosa mengerutkan keningnya.Walaupun dia juga tidak setuju dengan tindakan Mitha, Werdi dan yang lainnya, tetapi bisa-bisanya Ardika ingin menantang Hainiken. Pria ini sudah sedikit tidak tahu diri.Mitha menyunggingkan seulas senyum palsu dan berkata, "Tuan Ardika, bicara itu nggak boleh sembarangan.""Aku hanya menjalankan tugas sesuai aturan. Sejak awal kamu memang nggak berhak untuk muncul di acara kalangan kelas atas seperti ini.""Aku hanya akan mengatakan satu kalimat lagi. Kamu pergi sendiri, atau orang-orangku yang membantumu.""Apa pilihanmu?"Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak memilih keduanya.""Bagus, bagus, aku sudah memberimu pilihan, tapi kamu tetap saja keras kepala!"Mitha langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Serang!""Bocah ini cukup pandai bertarung, serang saja secara bersamaan!"Begitu dia selesai berbicara, belasan orang pria kekar dengan ekspresi ganas langsung menerjang ke arah Ardika."Kak Ardika, kamu ...."Saking ketakutannya, Fut
"Bam ....""Kamu adalah dalang di balik pemfitnahanku, 'kan? Kamu masih berani maju dengan percaya diri?""Bam ....""Keluarga Gunardi bahkan masih belum masuk dalam kategori keluarga kaya, siapa yang memberimu nyali bersikap begitu arogan?""Bam ....""Masih ingin memintaku untuk berlutut dan bersujud atau nggak?""Bam ...."Kali ini, Ardika bahkan sudah malas untuk melayangkan tamparan. Dia langsung memainkan tendangan.Akibat tendangan Ardika, Werdi terpental ke sana kemari di permukaan lantai ruangan tersebut sambil mengeluarkan teriakan menyedihkan tanpa henti.Sepanjang proses ini berlangsung, bahkan sudah ada kursi, meja dan yang lainnya yang hancur. Namun, Ardika sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.Melihat sosok Tuan Muda Keluarga Gunardi saat ini ditendang ke sana kemari oleh Ardika seperti bola, raut wajah para nona itu pun mulai memucat. Mereka mulai diliputi perasaan takut.Bibir Kalris juga gemetaran, raut wajahnya mulai memucat.Awalnya dia juga ingin
Ardika mencibir dan berkata, "Kalau berlian itu benar-benar ditemukan di tubuhku, kamu pasti sudah mengambil pisau dan memotong jariku secara pribadi, 'kan?""Tuan Ardika, kamu ini hanya cari ribut saja!"Mitha tetap bersikeras mempertahankan opininya. "Sudah kubilang, hal ini perlu diselidiki dengan saksama. Bahkan kalau pihak yang berwenang menyelidiki sebuah kasus, juga butuh waktu, apalagi Hainiken.""Sepertinya bukan ini yang kamu katakan tadi."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Bukankah tadi kamu bilang aturan Hainiken adalah hukum?""Sebelumnya saat kamu baru masuk dengan membawa anak buahmu dan memintaku untuk menyerahkan berliannya, apa kamu ada bilang butuh waktu untuk menyelidikinya?""Kamu langsung meyakini aku yang telah mencuri berlian itu. Bagi orang yang nggak tahu, mungkin akan mengira orang-orang Hainiken adalah detektif andal.""Sekarang di saat diri sendiri yang berada di posisi yang nggak menguntungkan, kamu mulai berbicara tentang hukum denganku? Menuntut adan
Ardika tahu jelas.Hainiken bisa berdiri kokoh selama bertahun-tahun, kekuatan pengamanan internal tempat ini pasti bukan hanya sekadar puluhan orang petugas keamanan pecundang ini.Dalam kondisi linglung, Mitha mengeluarkan walkie-talkie, lalu berteriak dengan suara melengking, "Lisman, cepat kemari sekarang juga! Ada orang luar kota yang menghantam kepalaku dengan botol anggur! Dia bahkan mengatakan ingin merobohkan Hainiken!""Kamu bawa orang-orangmu kemari sekarang juga.""Habisi dia! Kamu harus habisi dia!"Setelah meneriakkan beberapa patah kata itu, Mitha juga tidak bisa bertahan lagi. Dia langsung terjatuh ke lantai dan jatuh pingsan.Dua menit kemudian.Pintu ruangan ditendang hingga terbuka dari luar.Belasan orang pria bersetelan jas langsung menerjang masuk.Penampilan fisik orang-orang ini tidak terlihat terlalu meyakinkan. Kalau dibandingkan dengan puluhan orang pria kekar sebelumnya, orang-orang ini adalah tipe orang yang akan terabaikan.Namun, hanya dengan melihat peli
"Dengar-dengar, dia pernah terlibat dalam kasus pembantaian keluarga yang mengenaskan. Dalam satu malam, dia menghabisi musuhnya keluarga yang berjumlah 36 orang, lalu kabur ke luar negeri, bahkan masuk dalam daftar orang yang dicari pihak pemerintahan Negara Nusantara.""Siapa sangka ternyata dia bersembunyi di Hainiken, menjalani hidup dengan tenang tepat di bawah pengawasan pihak kepolisian!"Saat ini, bahkan orang-orang yang masih asing mendengar nama Lisman, begitu mendengar ini, ekspresi mereka saat menatap Lisman langsung berubah.Kasus pembantaian keluarga dengan mengenaskan yang terjadi beberapa tahun yang lalu, sangatlah terkenal di ibu kota provinsi.Sejak kejadian itu pula, nama Lisman ini mengguncang seluruh ibu kota provinsi. Bahkan sampai orang-orang kalangan atas membicarakannya pun, ekspresi mereka akan berubah.Selama ini, sosok yang luar biasa ganas ini tidak melarikan diri ke luar negeri, melainkan bersembunyi di Hainiken. Hal ini benar-benar di luar bayangan semua
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b
Panggilan telepon baru saja berakhir, Ardika sudah menerima sebuah notifikasi menerima transfer dana.Sutandi mentransfer 20 juta untuknya, memintanya untuk membeli setelan pakaian formal yang cocok dengannya saat dalam perjalanan menuju Grup Goldis.Ardika hanya bisa menerima niat baik Sutandi itu dengan tidak berdaya.Kalau dia tidak terima, gurunya itu pasti akan meneleponnya dan mengguruinya lagi.Adapun mengenai setelah formal, Ardika tidak membelinya, juga tidak berencana untuk memakainya.Bagaimana mungkin seorang bos perlu berpenampilan sama seperti karyawan saat pergi ke perusahaan sendiri?Setelah memberi tahu Futari untuk bersenang-senang sendiri di rumah, Ardika mengendarai mobil yang diberikan oleh Jace padanya itu menuju ke area pusat bisnis paling mewah di ibu kota provinsi.Gedung Goldis tetap terlihat sangat mencolok. Saat mendongak dan melihatnya, gedung tersebut tetap memberikan gejolak emosi yang besar bagi orang yang melihatnya.Pria dan wanita yang keluar masuk ge
"Nggak perlu bekerja?"Sutandi berkata dengan marah, "Ardika, ada apa dengan sikapmu ini?""Aku baru saja bilang padamu untuk bangkit kembali dari tempatmu terjatuh, kamu menganggap ucapanku seperti angin lalu, ya?!""Kamu nggak ingin bekerja, apa yang ingin kamu lakukan?""Menjalani hari-harimu tanpa melakukan apa-apa? Atau mengandalkan bualan-bualan yang nggak ada artinya itu untuk memuaskan martabat sendiri, membuat diri sendiri mati rasa?""Tahukah kamu demi mendapatkan pekerjaan untukmu Jeslin telah berupaya sekeras apa dan telah menggunakan semua relasi yang bisa digunakannya?!""Ardika, kamu nggak bisa mengecewakan Jeslin, juga nggak bisa mengecewakanku!"Sutandi mengucapkan kata-kata itu dengan diliputi perasaan sakit hati.Mengingat kemarin demi memuaskan martabat sendiri Ardika telah membual dengan mengatakan dirinya adalah pemilik vila nomor satu Gunung Halfi, hatinya telah diliputi kekecewaan terhadap muridnya itu."Ardika, kata-kataku kemarin memang kurang enak didengar, t
Keluarga Septio adalah keluarga kaya lama, relasi mereka sangatlah luas. Jadi, seharusnya mereka bisa menemukan orang-orang yang memenuhi kualifikasinya.Tentu saja, kalau pada akhirnya orang yang dicarikan oleh Levin tidak bisa membuat Ardika puas, Ardika juga tidak keberatan untuk menggerakkan relasinya dan sumber dayanya sendiri.Hanya saja, meminta orang-orang itu datang ke ibu kota provinsi, dia merasa itu sudah agak berlebihan.Levin langsung setuju. "Kak Ardika, aku mengenal beberapa orang yang pasti andal dalam hal melindungi orang. Tapi, harga yang mereka minta nggak rendah."Ardika berkata dengan santai, "Uang bukan masalah selama kemampuan mereka setara dengan harga itu."Malam hening itu berlalu dengan cepat.Pagi keesokan harinya.Saat Ardika terbangun dari tidurnya, Levin sudah membawakan sarapan secara pribadi.Saat Ardika sedang sarapan bersama Futari, dia menerima pesan dari Vita. Wanita itu mengatakan pagi-pagi sekali Jeslin sudah bergegas pergi ke Grup Goldis untuk m
Futari mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan tatapan kasihan. Perhatiannya terhadap Ardika diutarakannya dengan jelas dalam ucapannya.Walaupun dulu dia juga sudah pernah menghadapi beberapa masalah bersama Ardika, tetapi itu hanyalah konflik-konflik kecil.Menggunakan botol anggur untuk menghantam kepala orang lain sudah merupakan tindakan yang ekstrem.Akan tetapi, bukan hanya itu saja yang terjadi malam ini. Malam ini terjadi pemotongan jari, bahkan ada orang Negara Jepara yang hampir meregang nyawa. Ini benar-benar membuatnya ketakutan.Reaksi pertamanya adalah dia bukannya merasa senang memiliki seorang kakak ipar dengan kemampuan bela diri yang luar biasa, melainkan mengkhawatirkan keselamatan Ardika.Bagaimanapun juga, malam ini orang-orang yang terlibat dalam konflik dengan kakak iparnya memiliki latar belakang yang luar biasa.Ardika mengangkat lengannya dan menepuk dahi Futari. "Dari mana kamu mempelajari kata-kata seperti itu? Apa maksudmu dengan kakak sepupumu menjadi