Melihat Ardika yang saat ini tampak sangat arogan, Rosa memelototi Ardika. Sorot matanya dipenuhi dengan api amarah yang membara.Sementara itu, melihat ekspresi tidak terima masih menghiasi wajah wanita tersebut, Ardika hanya tersenyum. Dia tiba-tiba berdiri.Detik berikutnya, dia sudah muncul di hadapan Rosa, lalu merangkul pinggang ramping wanita tersebut.Rosa sangat malu sekaligus marah. Dia berkata dengan marah, "Sialan! Apa yang ingin kamu lakukan?!""Bukankah kamu sendiri yang bilang malam ini kamu sudah menjadi milikku? Sekarang sudah malam, 'kan?"Ardika merangkul pinggang ramping wanita itu dengan sangat erat, membuat wanita itu tidak bisa melepaskan diri darinya. "Karena kamu sudah menjadi wanitaku, apa salahnya aku merangkul pinggangmu? Aku bahkan belum melakukan hal yang lebih keterlaluan lagi.""Kamu ...."Rosa benar-benar kesal setengah mati, tetapi pria sialan di sampingnya ini seperti tang besi yang menahan dirinya dengan sangat kuat.'Hal yang lebih keterlaluan lagi?
Saat ini, satu per satu dari para nona dan tuan muda yang berada di tempat tersebut angkat bicara untuk membersihkan nama mereka.Siapa pun di antara mereka tentu saja tidak ingin dituduh seperti ini.Biarpun hanya sekadar dicurigai, itu juga akan berdampak buruk terhadap reputasi mereka.Saat ini, Kalris tiba-tiba berkata dengan tajam, "Semuanya, orang-orang yang hadir malam ini adalah orang-orang yang familier di kalangan kita, tentu saja nggak akan melakukan tindakan rendahan seperti pencurian.""Tapi, bocah yang satu ini adalah pengecualian!"Saat berbicara, Kalris tiba-tiba mengulurkan lengannya dan menunjuk ke arah seseorang.Secara naluriah, pandangan semua orang mengikuti arah yang ditunjuk oleh Kalris. Pandangan mereka tertuju pada Ardika yang berdiri di samping Rosa."Si Ardika ini baru pertama kali muncul di kalangan kita ini. Apalagi, dia menyelinap masuk saja tanpa sebab!""Begitu datang saja, dia langsung makan tanpa henti seperti hantu kelaparan saja. Itu artinya dia san
"Nona Rosa, nggak bisa lapor polisi!""Ya, benar. Kita tangani sendiri saja. Lagi pula, hanya barang bernilai 14 miliar, nggak perlu sampai melibatkan polisi."Satu per satu dari para nona dan tuan muda segera menyuarakan pendapat mereka.Rosa mengerutkan keningnya. Mendengar pendapat begitu banyak orang, bagaimana mungkin dia bisa menganggapnya sebagai angin lalu?Saat ini, Kalris berkata, "Dik, bagaimana kalau begini saja? Tempat ini adalah Hainiken, pasti ada aturannya sendiri. Kita gunakan saja aturan Hainiken.""Segera temukan berliannya, tangani masalah ini tanpa membesar-besarkan masalah."Rosa mengangguk dalam diam. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya, lalu berkata, "Baiklah, aku akan menelepon mereka.""Nggak perlu."Melihat Rosa sudah setuju untuk membiarkan Hainiken menangani masalah ini, Kalris langsung tersenyum dan berkata, "Aku sudah menghubungi Mitha. Dia akan segera membawa orang-orangnya kemari untuk menangani masalah ini."Selesai berbicara, dia mengalihkan pandanga
"Hainiken menunjukkan sikap seperti ini, aku sudah bisa tenang."Werdi mengangguk dengan puas. Kemudian, dia mengulurkan lengannya untuk menunjuk Ardika dan berkata, "Bu Mitha, aku punya alasan yang cukup kuat mencurigai bocah ini yang telah mencuri berlianku!""Aku sudah tahu dia orangnya! Sebelumnya saat aku melihatnya saja, aku sudah tahu dia adalah orang yang nggak beres!"Mitha mengangguk, sama sekali tidak terkejut.Begitu dia melambaikan tangannya, beberapa orang pria bersetelan jas itu pun langsung mengepung Ardika.Kali ini, Mitha secara khusus berdiri di luar kepungan para pria bersetelan jas tersebut, lalu berkata dengan tajam, "Bocah, serahkan berlian itu sendiri.""Lalu berlutut mengakui kesalahanmu. Dengan begitu, aku bisa mempertimbangkan untuk mematahkan satu ruas jarimu saja!""Kalau sampai orang-orangku yang menemukannya, maka satu lenganmu akan dipatahkan!"Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Ckckck, bahkan bukti yang sedikit meyakinkan pun nggak ada, tapi sudah be
"Eh, bocah, tadi kamu panggil Nona Rosa apa?!"Sementara itu, mendengar panggilan Ardika terhadap Rosa, Mitha langsung menggertakkan giginya dengan kesal. Niat membunuh yang kuat tampak jelas di matanya.Tentu saja dia tahu jelas, Jerfis, bos besar Hainiken sangat menyukai Rosa selama ini. Sekarang Ardika malah memanggil wanita yang disukai oleh bosnya dengan panggilan "penuh kasih sayang" seperti itu. Ini sama saja dengan sedang mempermalukan bos besar mereka.Werdi berkata, "Bu Mitha nggak perlu menganggap serius hal ini. Yah, bocah itu menang main kartu melawan Nona Rosa, jadi dia memanggil Nona Rosa seperti itu."Saat berbicara, dia mengalihkan pandangannya ke arah Rosa dan berkata, "Nona Rosa, bocah ini sudah menggodamu berkali-kali, bahkan berani menyentuhmu dengan sembarangan. Kenapa kamu masih saja membelanya?""Apalagi, dia sama sekali nggak menerima niat baikmu.""Selain itu, kamu juga nggak perlu menganggap serius taruhan tadi. Dia hanya orang kampungan. Kalau bukan karena k
Sambil mengangkat gelas anggur, Ardika merentangkan kedua lengannya, mengisyaratkan pada wanita itu bahwa sudah boleh menggeledah dirinya.Werdi berkata dengan tajam, "Cepat geledah! Lakukan penggeledahan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki! Biarpun dia menyembunyikannya di bokongnya, celananya juga harus dilepas, lalu diperiksa dengan menggunakan alat pemindai!"Raina dan Kalris juga menunjukkan ekspresi senang.Kalau baju dan celana Ardika dilepas di depan banyak orang, itu akan sangat memalukan.Mitha langsung melambaikan tangannya pada anak buahnya dan berkata, "Apa kalian nggak mendengar ucapan Tuan Muda Werdi? Cepat lepas baju dan celananya, lalu lakukan pemeriksaan menyeluruh!"Dia sangat membenci Ardika, dia juga ingin menemukan berlian tersebut dan mempermalukan Ardika."Baik!"Sambil menyunggingkan seulas senyum ganas, dua orang pria kekar segera melangkah maju. Mereka hendak melepas pakaian Ardika."Plak ... plak ...."Ardika langsung melayangkan dua tamparan ke arah mere
"Minggir sana!""Dasar sekelompok orang ceroboh! Aku sendiri saja yang menggeledahnya!"Mitha segera melangkah maju, menarik seorang pria kekar menjauh, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku sebelah kanan mantel Ardika.Namun, setelah melakukan pencarian cukup lama, pada akhirnya dia tetap tidak menemukan apa pun.Ekspresi Werdi berubah menjadi makin muram. "Berlian belum tentu ada di tubuhnya, juga ada kemungkinan dia menyembunyikannya di tempat lain! Cepat geledah! Geledah ruangan ini secara menyeluruh!""Satu hal lagi! Adik iparnya, Futari! Mungkin saja wanita itu sudah bersekongkol dengannya!"Saking kesalnya, Futari langsung berkata dengan penuh amarah, "Werdi, dasar sialan! Aku nggak mungkin mencuri barang! Juga nggak mungkin bersekongkol dengan kakak iparku untuk melakukan hal seperti itu!"Werdi hanya memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Demi membalas Ardika, dia sudah tidak memedulikan apa pun lagi.Saat ini, jangankan Futari, bahkan kalau ayah da
"Berlian!""Berliannya ada di dalam gelas Ardika!"Ada orang yang langsung menunjuk gelas anggur Ardika sambil berteriak dengan keras.Sedari tadi gelas anggur ini tidak pernah terlepas dari genggaman Ardika.Sebelumnya, semua orang mengira bocah ini belum pernah menikmati kehidupan kalangan kelas atas, jadi sengaja berlagak hebat di sana.Siapa sangka, ternyata berlian itu ada di dalam gelas anggur Ardika.Werdi dan yang lainnya membuka mulut mereka lebar-lebar, seolah-olah bisa dimasukkan sebutir telur ayam.Gila!Bagaimana bisa hal ini tidak terpikirkan oleh mereka?!Bahkan mulut kecil Rosa yang tampak seksi itu juga sedikit terbuka. Sangat jelas dia sangat terkejut.Dia juga sama sekali tidak menyangka Ardika akan menyembunyikan berlian di dalam gelas anggur, bahkan gelas anggur tersebut terpampang jelas di hadapan semua orang."Ardika, kamu masih bilang kamu nggak mencuri berlian.""Cepat serahkan berlian itu!"Seperti orang yang telah memenangkan pertempuran, Raina kembali bersik
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b