"Hainiken menunjukkan sikap seperti ini, aku sudah bisa tenang."Werdi mengangguk dengan puas. Kemudian, dia mengulurkan lengannya untuk menunjuk Ardika dan berkata, "Bu Mitha, aku punya alasan yang cukup kuat mencurigai bocah ini yang telah mencuri berlianku!""Aku sudah tahu dia orangnya! Sebelumnya saat aku melihatnya saja, aku sudah tahu dia adalah orang yang nggak beres!"Mitha mengangguk, sama sekali tidak terkejut.Begitu dia melambaikan tangannya, beberapa orang pria bersetelan jas itu pun langsung mengepung Ardika.Kali ini, Mitha secara khusus berdiri di luar kepungan para pria bersetelan jas tersebut, lalu berkata dengan tajam, "Bocah, serahkan berlian itu sendiri.""Lalu berlutut mengakui kesalahanmu. Dengan begitu, aku bisa mempertimbangkan untuk mematahkan satu ruas jarimu saja!""Kalau sampai orang-orangku yang menemukannya, maka satu lenganmu akan dipatahkan!"Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Ckckck, bahkan bukti yang sedikit meyakinkan pun nggak ada, tapi sudah be
"Eh, bocah, tadi kamu panggil Nona Rosa apa?!"Sementara itu, mendengar panggilan Ardika terhadap Rosa, Mitha langsung menggertakkan giginya dengan kesal. Niat membunuh yang kuat tampak jelas di matanya.Tentu saja dia tahu jelas, Jerfis, bos besar Hainiken sangat menyukai Rosa selama ini. Sekarang Ardika malah memanggil wanita yang disukai oleh bosnya dengan panggilan "penuh kasih sayang" seperti itu. Ini sama saja dengan sedang mempermalukan bos besar mereka.Werdi berkata, "Bu Mitha nggak perlu menganggap serius hal ini. Yah, bocah itu menang main kartu melawan Nona Rosa, jadi dia memanggil Nona Rosa seperti itu."Saat berbicara, dia mengalihkan pandangannya ke arah Rosa dan berkata, "Nona Rosa, bocah ini sudah menggodamu berkali-kali, bahkan berani menyentuhmu dengan sembarangan. Kenapa kamu masih saja membelanya?""Apalagi, dia sama sekali nggak menerima niat baikmu.""Selain itu, kamu juga nggak perlu menganggap serius taruhan tadi. Dia hanya orang kampungan. Kalau bukan karena k
Sambil mengangkat gelas anggur, Ardika merentangkan kedua lengannya, mengisyaratkan pada wanita itu bahwa sudah boleh menggeledah dirinya.Werdi berkata dengan tajam, "Cepat geledah! Lakukan penggeledahan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki! Biarpun dia menyembunyikannya di bokongnya, celananya juga harus dilepas, lalu diperiksa dengan menggunakan alat pemindai!"Raina dan Kalris juga menunjukkan ekspresi senang.Kalau baju dan celana Ardika dilepas di depan banyak orang, itu akan sangat memalukan.Mitha langsung melambaikan tangannya pada anak buahnya dan berkata, "Apa kalian nggak mendengar ucapan Tuan Muda Werdi? Cepat lepas baju dan celananya, lalu lakukan pemeriksaan menyeluruh!"Dia sangat membenci Ardika, dia juga ingin menemukan berlian tersebut dan mempermalukan Ardika."Baik!"Sambil menyunggingkan seulas senyum ganas, dua orang pria kekar segera melangkah maju. Mereka hendak melepas pakaian Ardika."Plak ... plak ...."Ardika langsung melayangkan dua tamparan ke arah mere
"Minggir sana!""Dasar sekelompok orang ceroboh! Aku sendiri saja yang menggeledahnya!"Mitha segera melangkah maju, menarik seorang pria kekar menjauh, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku sebelah kanan mantel Ardika.Namun, setelah melakukan pencarian cukup lama, pada akhirnya dia tetap tidak menemukan apa pun.Ekspresi Werdi berubah menjadi makin muram. "Berlian belum tentu ada di tubuhnya, juga ada kemungkinan dia menyembunyikannya di tempat lain! Cepat geledah! Geledah ruangan ini secara menyeluruh!""Satu hal lagi! Adik iparnya, Futari! Mungkin saja wanita itu sudah bersekongkol dengannya!"Saking kesalnya, Futari langsung berkata dengan penuh amarah, "Werdi, dasar sialan! Aku nggak mungkin mencuri barang! Juga nggak mungkin bersekongkol dengan kakak iparku untuk melakukan hal seperti itu!"Werdi hanya memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Demi membalas Ardika, dia sudah tidak memedulikan apa pun lagi.Saat ini, jangankan Futari, bahkan kalau ayah da
"Berlian!""Berliannya ada di dalam gelas Ardika!"Ada orang yang langsung menunjuk gelas anggur Ardika sambil berteriak dengan keras.Sedari tadi gelas anggur ini tidak pernah terlepas dari genggaman Ardika.Sebelumnya, semua orang mengira bocah ini belum pernah menikmati kehidupan kalangan kelas atas, jadi sengaja berlagak hebat di sana.Siapa sangka, ternyata berlian itu ada di dalam gelas anggur Ardika.Werdi dan yang lainnya membuka mulut mereka lebar-lebar, seolah-olah bisa dimasukkan sebutir telur ayam.Gila!Bagaimana bisa hal ini tidak terpikirkan oleh mereka?!Bahkan mulut kecil Rosa yang tampak seksi itu juga sedikit terbuka. Sangat jelas dia sangat terkejut.Dia juga sama sekali tidak menyangka Ardika akan menyembunyikan berlian di dalam gelas anggur, bahkan gelas anggur tersebut terpampang jelas di hadapan semua orang."Ardika, kamu masih bilang kamu nggak mencuri berlian.""Cepat serahkan berlian itu!"Seperti orang yang telah memenangkan pertempuran, Raina kembali bersik
"Baiklah, Ardika, aku akui aku sudah meremehkanmu. Hari ini kamu berhasil lolos.""Tapi lain kali, kamu nggak akan seberuntung ini lagi.""Kita lihat saja nanti!"Selesai berbicara, Werdi langsung berbalik, hendak meninggalkan tempat tersebut.Dia sudah malu setengah mati, tidak ingin berlama-lama di tempat itu lagi.Melihat pemandangan itu, Kalris dan Raina juga ingin ikut pergi."Eh, tunggu dulu, apa aku sudah mengizinkan kalian pergi?"Tiba-tiba, Ardika melontarkan kalimat itu dengan acuh tak acuh.Gagal memfitnahnya, mereka ingin pergi begitu saja?Oh, tidak bisa.Lihat nanti? Kenapa harus menunggu nanti?Malam ini dia akan menangani beberapa orang itu."Eh, Ardika, apa maksudmu? Kami ingin pergi, membutuhkan persetujuan darimu?""Memangnya kamu pikir kamu siapa?!"Werdi dan yang lainnya berbalik, menatap Ardika dengan tatapan dingin, tampak diliputi amarah.Malam ini mereka benar-benar malu setengah mati.Ardika tidak memedulikan mereka. Dia melirik Mitha sekilas, lalu berkata, "B
Rosa mengerutkan keningnya.Walaupun dia juga tidak setuju dengan tindakan Mitha, Werdi dan yang lainnya, tetapi bisa-bisanya Ardika ingin menantang Hainiken. Pria ini sudah sedikit tidak tahu diri.Mitha menyunggingkan seulas senyum palsu dan berkata, "Tuan Ardika, bicara itu nggak boleh sembarangan.""Aku hanya menjalankan tugas sesuai aturan. Sejak awal kamu memang nggak berhak untuk muncul di acara kalangan kelas atas seperti ini.""Aku hanya akan mengatakan satu kalimat lagi. Kamu pergi sendiri, atau orang-orangku yang membantumu.""Apa pilihanmu?"Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak memilih keduanya.""Bagus, bagus, aku sudah memberimu pilihan, tapi kamu tetap saja keras kepala!"Mitha langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Serang!""Bocah ini cukup pandai bertarung, serang saja secara bersamaan!"Begitu dia selesai berbicara, belasan orang pria kekar dengan ekspresi ganas langsung menerjang ke arah Ardika."Kak Ardika, kamu ...."Saking ketakutannya, Fut
"Bam ....""Kamu adalah dalang di balik pemfitnahanku, 'kan? Kamu masih berani maju dengan percaya diri?""Bam ....""Keluarga Gunardi bahkan masih belum masuk dalam kategori keluarga kaya, siapa yang memberimu nyali bersikap begitu arogan?""Bam ....""Masih ingin memintaku untuk berlutut dan bersujud atau nggak?""Bam ...."Kali ini, Ardika bahkan sudah malas untuk melayangkan tamparan. Dia langsung memainkan tendangan.Akibat tendangan Ardika, Werdi terpental ke sana kemari di permukaan lantai ruangan tersebut sambil mengeluarkan teriakan menyedihkan tanpa henti.Sepanjang proses ini berlangsung, bahkan sudah ada kursi, meja dan yang lainnya yang hancur. Namun, Ardika sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.Melihat sosok Tuan Muda Keluarga Gunardi saat ini ditendang ke sana kemari oleh Ardika seperti bola, raut wajah para nona itu pun mulai memucat. Mereka mulai diliputi perasaan takut.Bibir Kalris juga gemetaran, raut wajahnya mulai memucat.Awalnya dia juga ingin
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka
"Sekarang bocah kampungan itu malah sudah mendapatkan keuntungan dari Nona Rosa. Biarpun nggak terjadi apa pun di antara mereka berdua tadi malam, tapi tetap saja akan beredar rumor di luar sana.""Kalau kita nggak melakukan apa pun, setelah Tuan Muda Jerfis kembali dari Kota Sewo, mungkin kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkan ini padanya.""Saat itu tiba, nggak hanya orang kampungan itu yang menjadi target pelampiasan amarah Tuan Muda Jerfis, kita juga!"Raina juga sengaja untuk memecah belah dengan berkata, "Ya, benar. Selain itu, tadi malam begitu si Ardika itu meninggalkan Hainiken, Nona Rosa langsung keluar mengejarnya. Saat itu, semua orang melihatnya.""Siapa tahu apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ....""Plak ...."Sebelum Raina bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah ditampar oleh Timnu hingga tubuhnya terpental."Kak Timnu ... kamu!"Werdi tidak menyangka Timnu akan tiba-tiba marah besar. Saking ketakutannya, ekspresinya sudah berubah menjadi pucat pasi."Mera
Timnu tidak melirik Werdi sama sekali, juga sama sekali tidak ada gejolak emosi di matanya.Werdi merasa malu sekaligus marah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Timnu, aku sudah tahu aku salah. Kelak aku nggak akan merepotkanmu dengan urusan-urusan seperti itu lagi.""Tapi, kali ini orang kampungan itu benar-benar .... Kak Timnu, tahukah kamu dia bahkan berani menghancurkan Hainiken!"Timnu mengangguk dan berkata, "Aku tahu bocah itu, namanya Ardika, baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Selain itu, dia juga memiliki satu identitas lagi.""Identitas apa?" tanya Werdi dengan refleks.Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Jadi, ucapanku tadi nggak kamu cerna dengan otakmu itu. Anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura, membuat Keluarga Mahasura kalah telak di ibu kota provinsi, adalah dia."Sangat jelas, Timnu bukan sama sekali tidak mengetahui kejadian tadi malam.Sekembalinya dia, dia segera menggerakkan sumber dayanya untuk menyelidiki identit
Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Masih ada langit di atas langit. Tanpa membicarakan beberapa orang raja preman itu, hanya beberapa keluarga kaya di ibu kota provinsi saja, juga mempekerjakan banyak ahli bela diri secara diam-diam.""Pihak-pihak ini sudah menguasai Provinsi Denpapan selama bertahun-tahun, fondasi mereka sangat kuat, relasi mereka juga sangat luas. Keluarga mana yang nggak memiliki beberapa orang tokoh hebat sebagai penjaga mereka?"Werdi menyunggingkan seulas senyum menjilat dan berkata, "Meski begitu, orang-orang itu sudah tua. Berbeda dengan Kak Timnu. Kamu masih muda, masih berada di puncak performamu.""Selain itu, dengan pengakuan dari Tuan Muda Jerfis terhadap dirimu, biarpun pria-pria tua dari keluarga-keluarga kaya itu menyerang, kamu juga bisa menginjak-injak mereka!"Timnu hanya tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan tersebut. "Siapa yang tahu? Sebelum nyawa terancam, nggak akan ada yang mengekspos kartu as sendiri.""Contohnya saja sep
Hainiken terdiri dari sembilan lantai, disebut Surga Sembilan.Sementara itu, di atas Surga Sembilan adalah tempat tinggal sekaligus tempat kerja Timnu, manajer umum Hainiken.Hari ini, Werdi dan Raina datang secara khusus untuk mencari Timnu.Tadi malam, saat Hainiken dihancurkan oleh Ardika, Timnu tidak berada di tempat. Pagi ini pria itu baru kembali. Jadi, Werdi dan Raina berencana untuk membujuk Timnu turun tangan menangani masalah ini, mencari Ardika dan membalaskan dendam pada bocah itu.Tadi malam, setelah jari mereka dipotong, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyambungkan nyari mereka kembali.Hanya saja, pihak rumah sakit mengatakan bahwa biarpun jari mereka sudah disambung kembali, kelak juga tetap tidak bisa bergerak dengan leluasa seperti sedia kala lagi.Dengan kata lain, boleh dibilang jari mereka itu sudah dilumpuhkan, hanya terlihat masih ada tetapi sesungguhnya sudah tidak berguna lagi.Hal ini membuat Werdi dan Raina memendam kebencian yang mendalam terhadap