Grup Mitsun.Salah satu dari empat konsorsium besar Negara Jepara. Tosiban, Sonie, Toiyotan, semua perusahaan di bawah naungan Grup Mitsun ini adalah perusahaan yang terkenal di dunia.Grup Mistun bukanlah perusahaan yang dimonopoli oleh keluarga bangsawan Negara Jepara tertentu, melainkan merupakan perusahaan yang terbentuk dari kepentingan bersama dari banyak keluarga bangsawan Negara Jepara.Di antaranya, ada keluarga kekaisaran Negara Jepara, juga ada Keluarga Saki, sebuah keluarga sudah memiliki sejarah panjang di Yedo, serta Keluarga Gozuku yang baru mulai berkembang pada zaman modern.Demi mengendalikan banyak bisnis di bawah konsorsium tersebut, keluarga-keluarga ini membentuk Asosiasi Zumui sebagai organisasi dengan otoritas paling tinggi di Grup Mitsun.Berdasarkan saham yang dipegang oleh keluarga sendiri, keluarga-keluarga ini menentukan hak bicara masing-masing.Ya, sebenarnya boleh dibilang seperti dewan direksi.Sebuah konsorsium yang telah berusia ratusan tahun, memilik
Tidak perlu dipertanyakan lagi, Jace bukanlah tipe anggota instansi pemerintahan yang sekadar ingin menjabat saja. Sebagai penguasa Kediaman Wali Kota Ibu Kota Provinsi, tentu saja dia ingin memberi kontribusi, meraih pencapaian sendiri.Namun sekarang, ada bahaya yang mengancam keselamatan dirinya sendiri dan keluarganya.Kalau Jace memilih untuk menyerah dan tunduk pada Grup Mitsun, keputusan ini juga bisa dimengerti.Banyak orang yang ingin memberi kontribusi pada masyarakat, meraih pencapaian sendiri, terpaksa harus menyerah di bawah tekanan seperti itu. Apa daya, pada akhirnya, mereka hanya bisa mengikuti alur saja."Ardika, jujur saja, aku memang pernah berpikir untuk menyerah. Kalau hanya nyawaku sendiri, nggak masalah. Tapi, aku nggak ingin keluargaku celaka."Jace tersenyum getir. Kemudian, dia berkata, "Tapi, seperti kata orang-orang, jadi orang itu harus berjuang untuk menggapai impian. Lagi pula, mereka sudah menginjak-injak aku seperti ini. Kalau aku memilih untuk bersabar
Sambi menatap Jace, Ardika berkata, "Kalau aku nggak salah tebak, media ini adalah asrama Kediaman Wali Kota, bangunan yang kental dengan gaya Negara Jepara tempat kalian tinggal ini.""Asrama Kediaman Wali Kota ini ada masalah?"Ekspresi Jace berubah menjadi agak masam.Ardika bertanya, "Apa ada peta asrama Kediaman Wali Kota ini? Aku mau lihat-lihat dulu."Jace mengalihkan pandangannya ke arah Limdo. Dia adalah tipe orang yang selalu berhati-hati. Kala itu, sebelum pindah kemari, Limdo telah mengundang ahli untuk melakukan uji coba. Setelah memastikan tak ada masalah, baru pindah dan tinggal di sini.Limdo berkata, "Tuan Ardika, asrama Kediaman Wali Kota ini sudah memiliki sejarah ratusan tahun. Peta bangunan saat itu mungkin perlu dicari di ruangan arsip. Nanti aku akan segera meminta orang untuk mencarinya. Bagaimana menurutmu?""Baiklah, lagi pula juga nggak perlu terlalu terburu-buru. Setelah kamu menemukannya, aku baru bisa memastikan sebenarnya di mana letak permasalahannya."A
[Setelah aku mengambil alih kekuatan Giorgi, sekarang cabang Provinsi Denpapan sudah terbagi dengan sangat jelas. Selain kelompokku dan Cahdani ini, kelompok lainnya adalah kelompok Wilgo.][Selain itu, orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu adalah anggota-anggota penting yang sudah berpengalaman. Jadi, dalam upaya pembersihan selanjutnya, membutuhkan sedikit waktu.]Melalui WhatsApp, Vita mengirimkan pesan untuk Ardika, kata-katanya sangat sopan dan penuh hormat.Dia tidak berubah menjadi arogan karena dia telah menguasai setengah dari kekuatan cabang Provinsi Denpapan, menjadi sosok tokoh besar yang terkenal di ibu kota provinsi.Vita tahu dengan sangat jelas, dia bisa membalikkan keadaan dan mengejutkan semua orang seperti ini, karena Ardika menginginkannya demikian.Begitu Ardika berubah pikiran, dia bisa saja kembali menjadi seperti dirinya sebelumnya kapan saja.[Bagaimana tanggapan Wilgo dan yang lainnya?]Ardika mengirim pesan balasan.[Wilgo mengumumkan pada publik, men
Saat ini, Sutandi sekeluarga menatap Ardika dengan agak terkejut. Mereka tidak menyangka bisa bertemu dengan Ardika di sini.Area Gunung Halfi ini adalah area khusus orang kaya ibu kota provinsi.Jangankan membeli rumah di sini, orang biasa bahkan tidak mampu membeli sebuah kamar kecil di sini.Ardika juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Sutandi sekeluarga di sini. Dia menoleh, berjalan menghampiri mereka, lalu menyapa mereka sambil tersenyum, "Pak Sutandi, Bibi Leane, apa kalian sudah makan siang?""Sudah."Sutandi mengangguk."Apa mungkin kamu nggak tahu kami sudah makan atau belum?"Leane mendengus, tetap menunjukkan ekspresi jijik.Dia merasa Ardika pasti diam-diam mengikuti mereka sekeluarga ke sini, sekarang pria itu hanya berpura-pura seolah-olah bertemu mereka tanpa sengaja.Jelas-jelas dia sudah memperingatkan pria itu, tetapi pria itu masih saja berani menargetkan Jeslin.Dalam lubuk hatinya, Leane sedang memikirkan cara untuk mengusir Ardika pergi, agar pria itu tidak mu
"Apa dia bahkan bisa menghasilkan 20 miliar seumur hidupnya?""Kalian pamer seperti ini, bagaimana perasaan Ardika?""Bahkan pekerjaan saja, dia membutuhkan bantuan pengaturan dari Jeslin. Barang-barang seperti ini sangat jauh dari dunianya. Sebaiknya kita bicarakan saja hal-hal seperti ini di rumah, jangan di hadapannya."Kalau orang lain, contohnya saja tetangga mereka sebelumnya, Leane tidak keberatan untuk pamer, dia bahkan akan pamer besar-besaran.Namun, dia merasa tidak perlu melakukan itu di hadapan Ardika.Bocah itu seperti permen karet saja. Demi mendekati Jeslin, sampai-sampai membuntuti mereka sekeluarga.Kalau sampai bocah itu mengetahui keluarga mereka sangat kaya dan terus menempel pada keluarga mereka dengan tidak tahu malu, saat itu tiba, apa yang harus dia lakukan?Mengingat hari-hari Ardika menempel pada keluarganya, Leane benar-benar "merinding".Hal yang lebih penting lagi adalah, bocah ini adalah murid Sutandi. Dia bisa menggunakan alasan mengunjungi guru untuk me
"Tapi, Ardika, aku mendapati kemampuan membualmu sudah makin meningkat.""Apa kamu tahu siapa pemilik vila nomor satu ini? Berani-beraninya kamu membual dengan mengatakan itu milikmu?!"Bahkan raut wajah Sutandi juga sudah berubah menjadi muram. Dia berkata dengan suara dalam, "Ardika, kamu sudah sedikit mengecewakanku!""Tahukah kamu vila nomor satu ini adalah milik Pak Jace?""Saat itu, Pak Jace baru saja menjabat sebagai wali kota, dia menangani sebuah kasus yang besar. Ada orang yang menghadiahkan vila ini kepada Pak Jace untuk menyuapnya. Pak Jace langsung menyerahkan vila ini kepada publik, bahkan mengumumkan hal ini. Kasus ini menimbulkan kegemparan besar.""Setelahnya, untuk memperingatkan semua orang, juga untuk menunjukkan kepada orang luar bahwa dirinya nggak kekurangan uang, serta ingin menghentikan aksi orang-orang yang ingin menyuapnya, Pak Jace langsung mengeluarkan uang sendiri untuk membeli vila nomor satu ini. Sejak saat itu, vila ini selalu dalam keadaan kosong.""Se
"Ardika, aku juga nggak ingin banyak bicara lagi.""Kalau kamu masih menganggapku sebagai gurumu, jangan bicara lagi.""Nanti, kamu ikut Jeslin pergi bekerja di Grup Goldis saja, jangan melakukan hal-hal seperti ini lagi.""Adapun mengenai vila ini ....""Suatu hari nanti setelah vila ini benar-benar menjadi milikmu, aku baru masuk dan duduk-duduk di dalam!"Setelah melontarkan kata-kata ini, Sutandi bahkan tidak berminat untuk melihat-lihat vila lagi. Dengan ekspresi masam, dia langsung pergi begitu saja."Sutandi, bagaimana kamu bisa seperti ini? Ardika sudah memberikan teh berkualitas baik yang dihadiahkan oleh Pak Jace untuknya sebagai bentuk bakti untukmu. Seharusnya kamu terima saja, lumayan masih bisa diracik."Leane melontarkan kata-kata itu dengan nada bicara menyindir. Dia langsung mengambil sekotak daun teh dalam genggaman Ardika itu, lalu segera mengejar suaminya."Sutandi, kamu juga sudah lihat sendiri, 'kan? Ardika si bocah itu bukan muridmu yang dulu itu lagi. Manusia bi
Raina tidak mendengar percakapan antara Mitha dan Ardika sebelumnya, tentu saja dia tidak tahu ucapan Ardika ini dipenuhi dengan sindiran.Melihat ekspresi Mitha makin lama makin muram, Raina berkata, "Bu Mitha, tolong pertimbangkan aku ....""Plak ...."Mitha langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Raina dengan punggung tangannya. "Mempertimbangkan kamu? Memangnya aku perlu mempertimbangkan kamu?!""Bocah, berani-beraninya kamu memukulku! Kalau hari ini aku nggak mematahkan satu lenganmu, aku akan mengikuti nama belakangmu!"Mitha menatap Ardika dengan tatapan penuh amarah.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya, mengambil dua lembar foto Ardika. Sangat jelas dia berencana memanggil orang dari luar untuk memberi Ardika pelajaran.Bagaikan induk ayam yang melindungi anak ayam, Futari merentangkan kedua lengannya, melindungi Ardika di belakangnya. Dia memelototi Mitha dengan ekspresi penuh amarah dan berkata, "Eh, wanita tua, jangan kira aku nggak tahu, pasti kamu yang memprovokasi ka
Semua orang di tempat tersebut, termasuk Kalris, tampak tercengang.Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Mitha si manajer Hainiken yang satu ini, biarpun ketua preman yang bertemu dengannya, juga perlu mempertimbangkannya. Selain itu, atasannya adalah Timnu, yang merupakan seorang ketua preman besar di dunia preman.Karena itulah, bahkan mereka yang merupakan orang-orang kalangan kelas atas pun, tidak berani menyinggung orang seperti ini sembarangan.Namun, di bawah tatapan banyak orang, Ardika malah langsung menampar Mitha.Bagaimana dia berani?"Kamu ... berani-beraninya kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Mitha yang terduduk di lantai menatap Ardika dengan ekspresi tidak percaya. Dia bahkan kesulitan untuk bereaksi."Maaf, aku minta maaf padamu," ujar Ardika dengan "tulus"."Bukankah kamu sendiri yang bilang minta maaf ada gunanya?"Melihat Ardika hanya berpura-pura, sama sekali tidak tulus meminta maaf padanya, sekujur tubuh Mitha sampai gemetaran saking kesalnya."Ahhh
"Ardika, 'kan? Aku juga nggak ingin banyak omong kosong lagi denganmu. Mulai hari ini, aku harap nggak bertemu lagi denganmu di Hainiken, termasuk di depan pintu utama.""Aku yang membayarkan ongkos taksimu.""Silakan pergi dari sini. Jangan sampai karena kamu, suasana hati semua orang malam ini malah rusak."Saat berbicara, Mitha meminta anak buahnya untuk membawakan selembar kupon taksi Hainiken. Kemudian, dia langsung melemparkannya ke bawah kaki Ardika."Hahaha ...."Menyaksikan pemandangan itu, orang-orang di sekeliling tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak."Kalau bukan karena takut kamu membuat kami malu, sebenarnya membiarkan bocah sepertimu di sini juga lumayan bagus. Paling nggak, karena ada orang kampungan yang tiba-tiba muncul di kalangan kami, jadi ada banyak pertunjukan menarik untuk kami tonton!""Bukan hanya makan dan minum gratis di Hainiken, bahkan ongkos taksi juga dibayarkan, di mana lagi ada hal baik seperti ini?""Kini temperamen Mitha sudah sangat baik.
Saat ini, Kalris juga berjalan menghampiri bersama beberapa orang rekannya.Dia melirik Ardika dengan sorot mata senang, lalu berkata pada orang-orang di sekelilingnya dengan volume suara keras, "Semuanya, maaf, ya. Aku kenal orang ini, dia adalah murid seorang tetuaku. Yah, dia baru datang dari kampung, nggak paham aturan kota.""Sebelumnya, dia juga mengunjungi rumah tetuaku itu untuk makan dan minum gratis. Hari ini, nggak tahu mengapa, dia malah datang ke sini untuk makan dan minum gratis lagi.""Walau dia nggak punya hubungan apa pun denganku, bagaimanapun juga aku mengenalnya. Dia nggak tahu aturan, aku nggak bisa nggak tahu aturan.""Sudah merusak suasana hati kalian, aku benar-benar minta maaf."Banyak orang yang mengenal Kalris, mereka tahu hubungannya dengan Rosa.Tentu saja orang-orang ini akan mempertimbangkannya."Tuan Muda Kalris, kamu benar-benar terlalu sungkan! Kamu hanya mengenalnya, bukan ayahnya, nggak perlu mewakilinya meminta maaf!""Ya, benar! Orang kampungan sep
Ardika mengalihkan pandangannya, melirik wanita itu sekilas. Kemudian, dia kembali menundukkan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong melon. Dia berkata dengan santai, "Oh? Makan saja butuh undangan? Bahkan butuh ada orang yang membawa masuk?""Kamu nggak bertanya pada orang lain, tapi malah langsung menghampiriku.""Bu Mitha, 'kan?""Bisakah aku beranggapan kamu sengaja menekanku?"Kalau Mitha berbicara baik-baik dengannya, tentu saja Ardika juga akan menanggapinya dengan sungkan.Namun, begitu datang menghampirinya, wanita yang satu ini langsung bersikap arogan, tentu saja Ardika tidak akan membiarkannya begitu saja.Mitha mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak. Dia sama sekali tidak mendapati ada keunggulan apa pun dalam diri pemuda ini, bahkan auranya juga tidak sesuai dengan orang-orang di tempat ini.Intinya, bagi Mitha yang sudah terbiasa berinteraksi, melayani orang, serta membaca orang, Ardika sama sekali tidak cocok dengan ling
"Kalris, jangan bilang hubungan kerabat antara kamu dan Wilgo juga hanya sekadar bualanmu.""Aku peringatkan kamu untuk terakhir kalinya, jangan ganggu aku.""Kalau kamu benar-benar berkemampuan, tunjukkan dengan memberikan hadiah senilai puluhan miliar.""Kalau kamu nggak berkemampuan, pergi sana saja! Jangan menggangguku makan!"Selesai berbicara, Ardika kembali fokus pada makanannya, dia tidak memedulikan Kalris lagi."Kamu ... kamu!"Saking kesalnya, sekujur tubuh Kalris gemetaran. Dia benar-benar ingin sekali mencabik-cabik Ardika hidup-hidup.Akan tetapi, dia juga hanya berani membayangkan hal itu saja.Orang-orang yang menghadiri acara malam ini menganggap diri sendiri sebagai kalangan kelas atas. Kalau dia benar-benar terlibat dalam pertengkaran sengit dengan Ardika si orang kampungan itu di sini, hanya akan menjadi bahan tertawaan orang lain.Biarpun dia ingin memberi Ardika pelajaran, dia juga tidak bisa melakukannya sendiri.Namun, Kalris juga bukan orang biasa, tentu saja d
"Adik perempuan nenekku?"Untuk sesaat, Kalris tidak sempat bereaksi. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Dia sendiri bahkan tidak tahu kapan neneknya punya seorang adik perempuan."Oh, ya itu artinya."Sambil tersenyum tipis, Ardika berkata, "Adik iparku yang membawaku masuk.""Hingga sekarang kamu masih berutang memanggilku Kakek. Karena kamu adalah cucuku, bukankah secara otomatis adik iparku adalah adik perempuan nenekmu?""Kapan aku berutang memanggilmu kakek?!"Emosi Kalris langsung meluap. Dia mengulurkan tangannya, hendak meraih leher Ardika. "Katakan dengan jelas. Kalau nggak, hari ini kamu sudah pasti akan mati!""Plak ...."Ardika langsung memukul tangan Kalris, lalu berkata dengan datar, "Tuan Muda Kalris, berani berbuat, nggak berani bertanggung jawab, ya. Kamu yang berlagak hebat di siaran langsung Jeslin. Begitu kalah, kamu langsung menghapus akunmu dan kabur begitu saja. Kamu juga nggak menepati janjimu untuk memanggil Kakek.""Jujur saja, itu benar-
Raina mengucapkan beberapa patah kata marah itu sambil tersenyum. Kemudian, dia menarik Futari ke sampingnya dan berkata, "Futari, kemarilah, kenalan dulu! Ini adalah Herdi Lotoka, pewaris Grup Loukun. Kamu panggil dia Kak Herdi!""Ini adalah Viera Pambudi, Nona Keluarga Pambudi, keluarga kelas satu ibu kota provinsi. Kamu panggil dia Kak Viera!"" ... "Raina sangat familier dengan orang-orang ini, memperkenalkan mereka satu per satu pada Futari.Setiap orang ini memiliki latar belakang yang tidak sederhana.Sejak kecil, Futari sudah mengikuti orang tuanya untuk menghadiri berbagai acara seperti ini, dia sudah terbiasa dengan suasana seperti ini sejak kecil. Jadi, dia tidak merasa malu atau canggung di acara seperti ini, melainkan menyapa semua orang dengan santai dan riang.Penampilannya yang polos, cantik dan manis ini langsung membuat orang-orang tersebut merasakan kesan baik terhadapnya."Ayo, kita mengobrol saja di sana. Futari baru pertama kalinya bergabung dengan kalangan kami,
"Plak ...."Begitu Futari selesai berbicara, pundaknya langsung ditepuk. Akibat pukulan itu, Futari berseru kaget. Dia menatap Ardika dengan sorot mata agak marah."Kak Ardika, kenapa kamu memukulku?!"Ardika berkata dengan kesal, "Kamu ini masih muda, tapi sudah licik saja, ya. Kamu memanfaatkanku lagi, 'kan?!""Baiklah. Maafkan aku, Kak Ardika. Bantu aku sekali ini saja, ya ...."Sambil menarik-narik lengan Ardika, Futari mulai menunjukkan sikap manjanya.Melihat tingkah adik iparnya itu, hati Ardika langsung meleleh. Dia buru-buru menarik lengannya dan berkata, "Oke, oke, oke, aku bantu kamu."Adik iparnya yang satu ini, masih semuda ini saja bisa memainkan trik "meluluhkan pria" seperti ini. Beberapa tahun lagi, bukankah dia akan menjadi "malapetaka" bagi para pria?Ardika berjalan berdampingan dengan Futari. Sambil memperhatikan Raina yang melangkah dengan sepatu hak tingginya seolah-olah tidak memedulikan siapa pun itu, dia bertanya dengan datar, "Tapi, Raina ini juga aneh, menga