Setengah jam kemudian, Ardika dan Jesika sudah tiba di hotel tempat Rivani menginap."Tuan Ardika dan Nona Jesika, 'kan? Silakan ikut denganku."Setelah membungkuk memberi hormat, seorang pelayan wanita membawa mereka berdua ke restoran. Rivani dan Muktar, ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Siantar sudah menunggu di sana.Selain mereka berdua, masih ada seorang wanita asing yang mengenakan pakaian ketat dan berparas cantik dingin di sana. Begitu melihat Ardika masuk, wanita tersebut langsung mengamatinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot mata sedikit waspada.Ardika tidak memedulikan wanita itu. Dia langsung berjalan melintasi wanita tersebut, duduk di sofa seberang Rivani, lalu berkata dengan tenang, "Bibi, aku sudah memanggil Dewi Racun ke Kota Banyuli.""Mulai sekarang, kalian nggak perlu mengkhawatirkan keselamatan kalian lagi.""Aku yakin sepulang kemarin, kamu juga pasti sudah menyelidiki data-data Dewi Racun. Aku yakin dengan kemampuannya, biarpun R
"Baik."Pelayan itu membungkuk memberi hormat, lalu berbalik dan mengambilkan satu gelas kosong."Kenapa kamu masih di sana? Cepat keluar!"Yanti memelototi pelayan tersebut, sikapnya benar-benar sangat arogan.Melihat sikapnya terhadap orang asing ini, bahkan Rivani juga tidak bisa menahan diri dan mengerutkan keningnya. Namun, mengingat Keluarga Siantar masih membutuhkan Yanti untuk bertanggung jawab atas keselamatan mereka, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Terlepas dari seberapa buruk temperamen Yanti, paling tidak juga merupakan anggota Keluarga Siantar yang unggul dan bisa diandalkan. Dalam situasi seperti sekarang ini, tentu saja wanita arogan tersebut lebih layak dipercaya daripada orang asing.Setelah pelayan pergi, Yanti baru mengeluarkan sebuah tabung reaksi yang masih terbungkus rapat dengan hati-hati, lalu menuangkan larutan berwarna oranye di dalamnya ke dalam gelas tersebut dengan hati-hati.Saat itu juga, aroma alkohol yang membuat orang sulit untuk menolak itu pu
"Tolong ... tolong selamatkan aku ...."Yanti langsung terjatuh ke lantai, mengeluarkan permohonan putus asa pada Rivani dan yang lainnya.Tepat pada saat ini, Ardika melihat ke arah pintu, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu nggak turun tangan sekarang, nyawanya akan melayang."Semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu dengan terkejut. Saat itu juga, mereka melihat seorang wanita yang tadi ditegur oleh Yanti berjalan memasuki ruangan perlahan-lahan."Mungkinkah ini adalah Dewi Racun?"Rivani dan Muktar membelalak tak percaya.Seorang pelayan yang terlihat sangat biasa saja dari sudut pandang mana pun ini, bahkan sebelumnya sempat melayani mereka selama setengah jam, bisa-bisanya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.Kalau bukan karena saat ini wanita tersebut memasang ekspresi dingin, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sosok pelayan yang sebelumnya sangat patuh dan merendah itu, mereka sama sekali tidak akan terpikir akan kemungkinan ini."Ya,
"Nyonya, tolong izinkan Pak Muktar untuk menyerang si Ardika itu. Tadi jelas-jelas dia ingin membunuhku, dia berniat jahat pada Keluarga Siantar!"Saat ini, Yanti yang napasnya sudah mulai normal kembali, bangkit dari lantai. Hal pertama yang dilakukannya adalah menyalahkan Ardika.Sorot mata penuh kebencian tampak jelas di matanya.Tadi dia benar-benar mengira dirinya akan mati.Ardika melirik wanita itu dengan sorot mata seperti menatap orang idiot, lalu berkata pada Rivani, "Bibi, sebaiknya kamu pecat saja wanita ini. Kalau orang bodoh sepertinya menjabat sebagai kepala departemen keamanan, dia hanya akan mencelakai kalian."Menghadapi Yanti, dia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.Jelas-jelas tadi dia yang memanggil Dewi Racun masuk, itulah sebabnya nyawa wanita arogan itu bisa diselamatkan.Akan tetapi, wanita itu malah tidak tahu diri, kini berbalik menargetkannya."Sialan! Berani-beraninya kamu mencoba untuk merusak hubungan kami?!"Yanti mengeluarkan teriakan melengking s
"Nggak perlu bayaran?"Rivani membelalak tak percaya. "Bagaimana mungkin nggak perlu bayaran?"Dia tidak percaya ada yang gratis di dunia ini."Nggak ada yang nggak mungkin."Sambil tersenyum, Ardika berkata dengan percaya diri, "Selama aku yang meminta, berapa pun bayarannya juga nggak akan cukup."Melihat Ardika yang saat ini sangat percaya diri, hati Rivani terasa campur aduk.Keluarga Siantar ingin memanggil pembunuh yang menempati daftar peringkat pembunuh, tetapi mereka bahkan tidak punya aksesnya. Namun, hanya dengan satu panggilan telepon saja, Ardika sudah bisa memanggil salah satu di antara pembunuh yang menempati daftar peringkat sepuluh besar itu kemari.Selain melindungi Keluarga Siantar selama dua puluh empat jam, juga tidak meminta bayaran satu peser pun!Sebenarnya apa latar belakang pemuda yang satu ini?Ardika menyimpan kembali senyuman yang menghiasi wajahnya, lalu berkata dengan datar, "Bibi, sekarang aku sudah mengundang Dewi Racun kemari, kupikir Keluarga Siantar
Lagi pula, selama ini Jesika yang mengelola Grup Susanto Raya, bahkan mengelolanya dengan sangat baik.Kalau benar-benar membiarkan Jesika meninggalkan Grup Susanto Raya, tentu saja Ardika sangat tidak rela.Bahkan Rivani yang sudah berpengalaman dan berwawasan luas, saat ini juga membelalak kaget mendengar kemurahan hati Ardika. "Meminta Jesika menjabat sebagai presdir, memegang kendali atas Grup Susanto Raya? Apa kamu nggak khawatir suatu hari nanti kamu disingkirkan?"Kenyataan bahwa keluarga besar mempekerjakan manajer profesional untuk mengelola perusahaan, alhasil sang pemilik malah disingkirkan, sudah terlalu banyak contohnya.Apalagi, maksud Ardika adalah langsung menyerahkan Grup Susanto Raya kepada Jesika, membiarkan Jesika memegang kendali penuh.Rivani benar-benar tidak mengerti dari mana kepercayaan diri Ardika ini.Ardika melirik Jesika, lalu berkata sambil tersenyum, "Bibi, kalau bahkan putrimu saja nggak bisa seratus persen kupercayai, di dunia ini hanya segelintir oran
Hanya segelintir orang yang mengetahui kebenaran mengenai apa yang terjadi di Grup Susanto Raya pada pagi harinya.Juga hanya beberapa orang yang berada di lokasi kejadian itu yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Namun, karena hal itu berkaitan dengan Keluarga Bangsawan Basagita, Keluarga Rewind, serta tokoh-tokoh besar seperti Vanya dan Jigo, jadi tentu saja orang-orang ini tidak berani membicarakan hal tersebut pada orang luar.Karena itulah, mengenai bagaimana Grup Susanto Raya bisa membalikkan keadaan seperti menciptakan keajaiban itu, pihak luar memiliki asumsi masing-masing.Sekarang, presdir Grup Susanto Raya tiba-tiba berganti orang, sedangkan Jesika, sang presdir baru, dengar-dengar adalah seorang Nona Keluarga Siantar, yang merupakan sebuah keluarga kaya di Gotawa.Dengan begitu, kebenaran sudah tidak sulit ditebak lagi.Sangat jelas, kekuasaan Ardika telah direbut oleh asistennya sendiri, dia telah disingkirkan.Grup Susanto Raya sudah menjadi aset Keluarga Siantar
"Hahaha, ternyata memang benar kamu! Kenapa? Apa kamu bahkan sudah melupakanku? Aku sudah meneleponmu cukup lama, kamu baru menjawab panggilan teleponku!"Pria di ujung telepon berpura-pura tidak senang, tetapi suara tawa riangnya telah menunjukkan suasana hatinya saat ini.Ardika langsung tertawa dan berkata, "Melupakan siapa pun, aku juga nggak akan berani melupakan Pak Sutandi. Pak Sutandi, bagaimana kondisi tubuh Bapak? Sudah bertahun-tahun berlalu, paling nggak Bapak pasti sudah menjadi kepala sekolah, 'kan?"Sutandi Yasin, wali kelas Ardika saat dia bersekolah di ibu kota provinsi.Saat itu, dia diabaikan oleh Keluarga Mahasura, ditindas oleh anak-anak Keluarga Mahasura yang lain. Jadi, sering kali dia tidak bersedia pulang ke rumah.Di saat-saat inilah, Sutandi selalu membawa Ardika pulang ke rumahnya, meminta istrinya untuk membuatkan masakan lezat untuk Ardika, serta memberi Ardika bimbingan belajar.Tentu saja Ardika masih mengingat hal-hal ini.Hanya saja, setelah dirinya te
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b