Melihat Jesika sudah datang, para karyawan Grup Susanto Raya pun merasa lega. Seorang karyawan dengan bekas tamparan di wajahnya, buru-buru berkata, "Tu ... Tuan Muda Rehan, Bu Jesika sudah datang!"Beberapa orang tuan muda dan nona yang detik sebelumnya tengah tertawa bersama itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Jesika.Begitu melihat paras Jesika yang luar biasa cantik dan aura Jesika yang luar biasa memesona itu, sorot mata beberapa orang pria yang sedang duduk itu langsung berbinar.Biarpun mereka sudah melihat banyak wanita, sosok Jesika tetap membuat mereka sangat takjub.Saat ini, beberapa orang itu sangat iri pada presdir Grup Susanto Raya yang misterius itu.Bisa memiliki seorang wanita yang luar biasa cantik seperti ini menjadi asisten, mungkin tidak ada seorang pria yang bisa tahan godaan, bukan?Saat ini, sosok tuan muda yang duduk di tengah, di sofa yang paling besar itu, juga mengalihkan pandangannya ke arah Jesika. Dalam sekejap, sorot mata agresif tampak j
"Oh!"Mendengar ucapannya, Rehan langsung tertawa, tawanya sedikit ganas.Tiba-tiba saja, dia berhenti tertawa, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Memintaku untuk membersihkan ruangan ini hingga bersih, lalu segera pergi dari sini, menganggap kejadian ini nggak pernah terjadi?""Jesika, 'kan? Apa kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu pada Tuan Muda Rehan?!""Apa kamu nggak merasa kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Grup Susanto Raya apaan? Di mata Tuan Muda Rehan, bukanlah apa-apa! Kalau dia ingin kalian bangkrut hari ini, nggak akan ada hari esok lagi bagi Grup Susanto Raya!"Saat ini, beberapa orang tuan muda dan nona itu juga tertawa terbahak-bahak.Mendengar ucapan rekan-rekannya, senyuman di wajah Rehan berubah menjadi makin dingin.Dia menatap Jesika dengan lekat dan berkata, "Sekarang aku benar-benar penasaran, sebenarnya siapa presdir kalian itu. Selama ini, dia nggak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dengar-
Sambil berbicara, Rehan kembali duduk di sofa dengan santai."Oh ya, setelah aku bertemu dengan presdirmu itu, aku harap malam ini Nona Jesika bisa membersihkan diri sendiri sebersih-bersihnya.""Lalu pesan sebuah kamar di Hotel Blazar dan tunggu aku. Kalau kamu nggak melayaniku hingga puas, aku nggak keberatan untuk membuat Grup Susanto Raya lenyap.""Karena kata-katamu tadi membuatku sangat nggak senang.""Kamu sudah menyinggungku, kamu harus membayar harganya!"Rehan tertawa dengan liar, mengamati tubuh Jesika dengan sorot mata agresif secara terang-terangan. Perlahan-lahan, seulas senyum jahat menghiasi wajahnya.Hari ini dia memang menargetkan Jesika.Dia hanya meminjam kata-kata Jesika tadi sebagai alasan untuknya membesar-besarkan masalah."Kalau begitu, aku mengucapkan selamat terlebih dulu kepada Tuan Muda Rehan! Selamat menikmati pelayanan dari wanita cantik malam ini!""Haha, orang-orang tertentu nggak tahu, makin dia bersikap arogan di hadapan Tuan Muda Rehan, Tuan Muda Reh
Melihat penampilan putranya saat ini, Tiara juga merasa sangat puas.Dia melangkah maju, lalu menarik Jesika dan berkata sambil tersenyum, "Jesika, kamu nggak perlu takut. Jangankan beberapa orang rendahan ini, Dilan bahkan bisa membantumu menangani para tuan muda dari keluarga-keluarga besar di ibu kota itu!"Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Tiara, sebaiknya kalian jangan ikut campur dalam hal ini ...."Walaupun Keluarga Gunardi lumayan berpengaruh di ibu kota provinsi, tetapi tetap saja tidak cukup kuat untuk menghadapi latar belakang Rehan.Walaupun dia tidak menyukai kerabat luar biasanya ini, tetapi bagaimanapun juga mereka sedang membelanya. Dia tidak ingin Dilan menimbulkan masalah besar.Namun, sangat jelas Tiara tidak memahami maksud Jesika."Ya ampun, Jesika, sudah kubilang jangan takut. Kamu tenang saja, Dilan akan membantumu menanganinya dengan baik!"Saat ini, Dilan juga menoleh. Dengan seulas senyum menawan menghiasi wajah tampannya, dia berkata, "Ya, benar
"Ya, cari tahu dengan saksama!""Harus cari tahu dengan jelas!"Dilan merangkak bangkit. Sambil menyeka sudut bibirnya, dia memelototi Rehan dengan tajam.Setelah Rehan menyelidiki latar belakangnya dengan jelas, dia akan menyuruh bocah yang telah memukulinya ini berlutut di hadapannya, berteriak dan menangis dengan menyedihkan. Dengan begitu, dia baru bisa melampiaskan kekesalan dan amarah yang bergejolak dalam hatinya.Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Kak Dilan, lupakan saja, jangan ikut campur dalam hal ini lagi."Dia merasa Dilan sedang mempermalukan diri sendiri.Namun, Dilan melakukan semua ini demi membantunya, jadi tentu saja dia tidak bisa berdiam diri saja."Nggak bisa!"Dilan menatap Rehan dengan tatapan dingin dan berkata, "Masalah ini nggak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Berani-beraninya dia memintamu untuk menemaninya tidur, bahkan memukuliku dan ibuku. Aku nggak peduli siapa dia, hari ini dia nggak akan bisa meninggalkan Kota Banyuli lagi!"Namun, kata-kat
Rehan menyalakan cerutu, mengembuskannya ke wajah Dilan sebelum mengangkat kepalanya, lalu berkata pada Tiara sambil tersenyum, "Oh, kalau begitu kamu harus cari tahu dengan saksama.""Harus cari tahu dengan jelas!"Tidak perlu menunggu tiga menit, dalam kurun waktu kurang dari dua menit saja, ponsel Tiara sudah kembali berdering."Langsung katakan saja!"Tiara menyalakan pengeras suara, lalu melemparkan ponselnya ke atas meja."Nyonya, Rehan berasal dari Keluarga Bangsawan Basagita Suraba, salah satu dari lima keluarga bangsawan besar Netawa.""Mikues, ayahnya, akan segera dipindahkan untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli, kedudukan yang setara dengan Wakil Kodam Provinsi Denpapan. Dengar-dengar, dokumen pengangkatannya sudah sampai ke Sekretariat Negara!"Seiring dengan terdengar suara di ujung telepon melalui pengeras suara, ekspresi ganas di wajah Tiara berubah menjadi kaku.Dilan yang tadinya tergeletak di lantai sambil berteriak dengan arogan itu juga sudah menutup mulutnya de
Mereka tidak menyangka wanita yang satu ini begitu keras kepala.Bahkan Dilan yang sebelumnya berlagak hebat di hadapan mereka saja sudah berlutut di hadapan Rehan, tetapi wanita ini masih saja berani mengusir mereka.Senyuman di wajah Rehan juga menegang. Dia beranjak dari sofa perlahan-lahan, lalu berjalan menghampiri Jesika dan berkata dengan seulas senyum palsu, "Oh, wanita cantik, kamu sedang menguji kesabaranku, ya.""Apa kamu benar-benar mengira aku nggak berani menyentuhmu?"Saat berbicara, dia mengulurkan lengannya, hendak menyentuh dagu putih dan mulus Jesika."Kalau kamu berani menyentuhnya, aku pastikan tanganmu itu akan tinggal di sini selamanya."Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dingin seseorang.Secara naluriah, semua orang di dalam ruangan itu mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara."Pak Ardika!" seru Jesika dengan senang. Begitu melihat Ardika, dia langsung merasa lega.Ya, orang itu tidak lain adalah Ardika yang terlambat datang karena terjebak mac
"Karena kamu sudah bersikap nggak hormat padaku tadi, sekarang kamu harus berlutut dengan patuh di lantai dan meminta maaf padaku.""Tentu saja, ucapan permintaan maaf saja nggak cukup, perlu ada bentuk nyatanya.""Aku bukan tipe orang yang serakah, sepuluh persen saham Grup Susanto Raya saja sudah cukup. Oh ya, bersihkan asistenmu itu hingga sebersih-bersihnya, lalu antarkan ke ranjangku malam ini. Dengan begitu, aku baru bisa memaafkanmu!""Inilah persyaratanku, kamu pertimbangkan sendiri baik-baik.""Tentu saja, kamu juga boleh memilih untuk menolak. Tapi, setelah aku menyerang, maka persyaratan akan bertambah!"Seulas senyum dingin yang kejam menghiasi wajah Rehan. Gambaran keturunan orang kaya yang arogan tampak jelas pada dirinya saat ini.Saat ini, selain Jesika, baik para pengikut Rehan, maupun Tiara dan putranya merasa sedikit senang.Hanya karena melontarkan kata-kata tidak sopan pada Rehan, harus mengeluarkan sepuluh persen saham Grup Susanto Raya sebagai bayaran.Ardika mem
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d