"Oh!"Mendengar ucapannya, Rehan langsung tertawa, tawanya sedikit ganas.Tiba-tiba saja, dia berhenti tertawa, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Memintaku untuk membersihkan ruangan ini hingga bersih, lalu segera pergi dari sini, menganggap kejadian ini nggak pernah terjadi?""Jesika, 'kan? Apa kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu pada Tuan Muda Rehan?!""Apa kamu nggak merasa kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Grup Susanto Raya apaan? Di mata Tuan Muda Rehan, bukanlah apa-apa! Kalau dia ingin kalian bangkrut hari ini, nggak akan ada hari esok lagi bagi Grup Susanto Raya!"Saat ini, beberapa orang tuan muda dan nona itu juga tertawa terbahak-bahak.Mendengar ucapan rekan-rekannya, senyuman di wajah Rehan berubah menjadi makin dingin.Dia menatap Jesika dengan lekat dan berkata, "Sekarang aku benar-benar penasaran, sebenarnya siapa presdir kalian itu. Selama ini, dia nggak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dengar-
Sambil berbicara, Rehan kembali duduk di sofa dengan santai."Oh ya, setelah aku bertemu dengan presdirmu itu, aku harap malam ini Nona Jesika bisa membersihkan diri sendiri sebersih-bersihnya.""Lalu pesan sebuah kamar di Hotel Blazar dan tunggu aku. Kalau kamu nggak melayaniku hingga puas, aku nggak keberatan untuk membuat Grup Susanto Raya lenyap.""Karena kata-katamu tadi membuatku sangat nggak senang.""Kamu sudah menyinggungku, kamu harus membayar harganya!"Rehan tertawa dengan liar, mengamati tubuh Jesika dengan sorot mata agresif secara terang-terangan. Perlahan-lahan, seulas senyum jahat menghiasi wajahnya.Hari ini dia memang menargetkan Jesika.Dia hanya meminjam kata-kata Jesika tadi sebagai alasan untuknya membesar-besarkan masalah."Kalau begitu, aku mengucapkan selamat terlebih dulu kepada Tuan Muda Rehan! Selamat menikmati pelayanan dari wanita cantik malam ini!""Haha, orang-orang tertentu nggak tahu, makin dia bersikap arogan di hadapan Tuan Muda Rehan, Tuan Muda Reh
Melihat penampilan putranya saat ini, Tiara juga merasa sangat puas.Dia melangkah maju, lalu menarik Jesika dan berkata sambil tersenyum, "Jesika, kamu nggak perlu takut. Jangankan beberapa orang rendahan ini, Dilan bahkan bisa membantumu menangani para tuan muda dari keluarga-keluarga besar di ibu kota itu!"Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Tiara, sebaiknya kalian jangan ikut campur dalam hal ini ...."Walaupun Keluarga Gunardi lumayan berpengaruh di ibu kota provinsi, tetapi tetap saja tidak cukup kuat untuk menghadapi latar belakang Rehan.Walaupun dia tidak menyukai kerabat luar biasanya ini, tetapi bagaimanapun juga mereka sedang membelanya. Dia tidak ingin Dilan menimbulkan masalah besar.Namun, sangat jelas Tiara tidak memahami maksud Jesika."Ya ampun, Jesika, sudah kubilang jangan takut. Kamu tenang saja, Dilan akan membantumu menanganinya dengan baik!"Saat ini, Dilan juga menoleh. Dengan seulas senyum menawan menghiasi wajah tampannya, dia berkata, "Ya, benar
"Ya, cari tahu dengan saksama!""Harus cari tahu dengan jelas!"Dilan merangkak bangkit. Sambil menyeka sudut bibirnya, dia memelototi Rehan dengan tajam.Setelah Rehan menyelidiki latar belakangnya dengan jelas, dia akan menyuruh bocah yang telah memukulinya ini berlutut di hadapannya, berteriak dan menangis dengan menyedihkan. Dengan begitu, dia baru bisa melampiaskan kekesalan dan amarah yang bergejolak dalam hatinya.Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Kak Dilan, lupakan saja, jangan ikut campur dalam hal ini lagi."Dia merasa Dilan sedang mempermalukan diri sendiri.Namun, Dilan melakukan semua ini demi membantunya, jadi tentu saja dia tidak bisa berdiam diri saja."Nggak bisa!"Dilan menatap Rehan dengan tatapan dingin dan berkata, "Masalah ini nggak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Berani-beraninya dia memintamu untuk menemaninya tidur, bahkan memukuliku dan ibuku. Aku nggak peduli siapa dia, hari ini dia nggak akan bisa meninggalkan Kota Banyuli lagi!"Namun, kata-kat
Rehan menyalakan cerutu, mengembuskannya ke wajah Dilan sebelum mengangkat kepalanya, lalu berkata pada Tiara sambil tersenyum, "Oh, kalau begitu kamu harus cari tahu dengan saksama.""Harus cari tahu dengan jelas!"Tidak perlu menunggu tiga menit, dalam kurun waktu kurang dari dua menit saja, ponsel Tiara sudah kembali berdering."Langsung katakan saja!"Tiara menyalakan pengeras suara, lalu melemparkan ponselnya ke atas meja."Nyonya, Rehan berasal dari Keluarga Bangsawan Basagita Suraba, salah satu dari lima keluarga bangsawan besar Netawa.""Mikues, ayahnya, akan segera dipindahkan untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli, kedudukan yang setara dengan Wakil Kodam Provinsi Denpapan. Dengar-dengar, dokumen pengangkatannya sudah sampai ke Sekretariat Negara!"Seiring dengan terdengar suara di ujung telepon melalui pengeras suara, ekspresi ganas di wajah Tiara berubah menjadi kaku.Dilan yang tadinya tergeletak di lantai sambil berteriak dengan arogan itu juga sudah menutup mulutnya de
Mereka tidak menyangka wanita yang satu ini begitu keras kepala.Bahkan Dilan yang sebelumnya berlagak hebat di hadapan mereka saja sudah berlutut di hadapan Rehan, tetapi wanita ini masih saja berani mengusir mereka.Senyuman di wajah Rehan juga menegang. Dia beranjak dari sofa perlahan-lahan, lalu berjalan menghampiri Jesika dan berkata dengan seulas senyum palsu, "Oh, wanita cantik, kamu sedang menguji kesabaranku, ya.""Apa kamu benar-benar mengira aku nggak berani menyentuhmu?"Saat berbicara, dia mengulurkan lengannya, hendak menyentuh dagu putih dan mulus Jesika."Kalau kamu berani menyentuhnya, aku pastikan tanganmu itu akan tinggal di sini selamanya."Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dingin seseorang.Secara naluriah, semua orang di dalam ruangan itu mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara."Pak Ardika!" seru Jesika dengan senang. Begitu melihat Ardika, dia langsung merasa lega.Ya, orang itu tidak lain adalah Ardika yang terlambat datang karena terjebak mac
"Karena kamu sudah bersikap nggak hormat padaku tadi, sekarang kamu harus berlutut dengan patuh di lantai dan meminta maaf padaku.""Tentu saja, ucapan permintaan maaf saja nggak cukup, perlu ada bentuk nyatanya.""Aku bukan tipe orang yang serakah, sepuluh persen saham Grup Susanto Raya saja sudah cukup. Oh ya, bersihkan asistenmu itu hingga sebersih-bersihnya, lalu antarkan ke ranjangku malam ini. Dengan begitu, aku baru bisa memaafkanmu!""Inilah persyaratanku, kamu pertimbangkan sendiri baik-baik.""Tentu saja, kamu juga boleh memilih untuk menolak. Tapi, setelah aku menyerang, maka persyaratan akan bertambah!"Seulas senyum dingin yang kejam menghiasi wajah Rehan. Gambaran keturunan orang kaya yang arogan tampak jelas pada dirinya saat ini.Saat ini, selain Jesika, baik para pengikut Rehan, maupun Tiara dan putranya merasa sedikit senang.Hanya karena melontarkan kata-kata tidak sopan pada Rehan, harus mengeluarkan sepuluh persen saham Grup Susanto Raya sebagai bayaran.Ardika mem
"Berlutut, jadikan dirimu sendiri sebagai kain lap, bersihkan ruanganku hingga sebersih-bersihnya. Dengan begitu, aku nggak akan menyentuhmu.""Kalau nggak, biarpun ayahmu, Mikues datang, juga nggak akan bisa menyelamatkanmu."Mendengar Ardika melontarkan kata-kata yang luar biasa arogan itu dengan tenang, suasana di dalam ruangan tersebut berubah menjadi hening sejenak.Bocah ini pasti sudah gila!Rehan juga tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Menyuruhku menjadikan diriku sendiri sebagai kain lap untuk membersihkan ruangan ini, maka kamu nggak akan menyentuhku?""Teman-Teman, apa aku sudah berhalusinasi?""Hahaha ...."Para pengikutnya juga tertawa terbahak-bahak.Walaupun Tiara dan putranya tidak berani tertawa, tetapi mereka juga menatap Ardika dengan tatapan seperti menatap orang bodoh.Bagaimana dia bisa berani?Mereka sama sekali tidak mengerti."Kamu merasa aku sedang bercanda?"Seulas senyum dingin menghiasi wajah Ardika. Kemudian, tanpa banyak bicara lagi, dia lang
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk