Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1919 Ruth Halim

Share

Bab 1919 Ruth Halim

Penulis: Sarjana
"Eh, Valtino sialan, kalau kamu adalah seorang pria sejati, jangan memainkan permainan seperti ini!" teriak Levin sambil menggertakkan giginya. Saking emosinya, dia bahkan sampai mengentakkan kakinya.

Dia sama sekali tidak menyangka putra seorang ketua cabang Organisasi Snakei Provinsi Denpapan, bisa memainkan permainan rendahan seperti ini.

Namun, Valtino mengabaikan kata-kata Levin begitu saja, aktingnya kian menjadi-jadi.

Saking emosinya, Levin ingin maju untuk menarik Valtino. Saat ini, Ardika malah berkata dengan tenang, "Levin, biarkan saja dia melanjutkan aktingnya."

"Dia adalah putra Sirilus, ketua cabang Provinsi Denpapan. Biasanya, bayar pun, pertunjukan dia berguling-guling di tanah seperti ini nggak akan bisa kita saksikan."

"Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini, kita nikmati saja."

Ardika menatap Valtino yang berbaring di tanah itu dengan ekspresi penuh minat, sorot mata main-main dan mengejek terlihat di matanya, seakan-akan dia benar-benar sedang menyaksikan sebuah p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1920 Tidak Perlu Melakukan Apa-Apa

    Valtino juga tahu jelas, kali ini Sirilus, ayahnya bisa terlebih dahulu bertemu dengan Gina, murid langsung Ratu Ular, mendahului Ardika, juga berkat relasi bibinya yang satu ini.Mendengar teriakan minta tolong Valtino, ekspresi Ruth langsung berubah drastis. Dia menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya dengan kedua tangannya, bergegas menerjang ke kerumunan.Setelah melihat Valtino yang tampak menyedihkan dengan kepala berdarah itu, ekspresi Ruth langsung berubah menjadi sangat muram."Valtino, apa yang terjadi padamu?""Siapa yang memukulimu hingga seperti ini?""Berani-beraninya orang itu memukuli anggota Keluarga Halim!"Dengan emosi meledak-ledak, Ruth langsung berteriak dengan marah.Di generasi muda Keluarga Halim, Valtino satu-satunya penerus keluarga mereka.Karena itulah, biasanya Ruth juga sangat menyayangi dan memanjakan keponakannya ini. Apa pun yang keponakannya inginkan, selalu dia berikan. Sekarang melihat keponakannya dipukuli seperti ini, bagaimana mungkin

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1921 Sekelompok Orang Lemah

    Namun, di mata Ruth dan yang lainnya, pertunjukan Valtino ini adalah gambaran lain.Saat ini, ekspresi Ruth sudah berubah menjadi sangat ganas.Sementara itu, beberapa orang kepercayaan yang mengikutinya kemari, juga memelototi Ardika dengan niat membunuh yang kuat.Si Ardika ini benar-benar cari mati!Keluarga Halim sudah berkuasa di ibu kota provinsi selama bertahun-tahun. Dari dulu, hanya mereka yang menindas orang lain, sekarang satu-satunya generasi muda Keluarga Halim malah ditindas oleh orang lain!Kalau si Ardika ini tidak dihabisi, bagaimana Keluarga Halim bisa bertahan di dunia preman ibu kota provinsi kelak? Bagaimana mereka bisa memerintah para anak buah mereka lagi?"Nona Ruth, serang saja!""Si Ardika ini benar-benar arogan, kita harus membuatnya membayar harganya!""Berani memprovokasi Keluarga Halim, bagaimana cara matinya pun benar-benar nggak diketahui!""Dia sudah melakukan tindak kejahatan di bawah pengawasan murid Yang Mulia! Biarpun dia dihabisi, murid Yang Mulia

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1922 Tokoh Antagonis Kebanyakan Mati Daripada Hidup

    "Eh, Ardika, apa lagi yang kamu tunggu? Cepat berlutut!""Bisa-bisanya kamu nggak sadar diri, memangnya kamu pikir kamu siapa? Siapa yang memberimu keberanian untuk melawan Keluarga Halim?""Benar-benar nggak tahu diri ...."Saat ini, orang-orang Keluarga Halim lainnya juga ikut melontarkan ejekan terhadap Ardika, ekspresi mempermainkan menghiasi wajah mereka.Saat ini, bagi mereka, Ardika sudah dalam kendali mereka, tidak akan bisa melarikan diri.Karena itulah, mereka mempermalukan Ardika sepuas hati mereka, menginjak-injak harga diri dan martabat pria itu!Ruth juga menyunggingkan seulas senyum dingin penuh kemenangan. "Eh, bajingan kecil, ini adalah harga yang harus kamu bayar karena berani menyentuh Valtino!""Di kehidupan selanjutnya, kamu harus ingat baik-baik, jangan menyinggung orang nggak bisa kamu singgung!""Oh? Kehidupan selanjutnya?"Ardika tertawa dan berkata, "Ruth, apa ini adalah karakter asli Keluarga Halim? Membiarkan keponakanmu merengek, berguling-guling di tanah d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1923 Mati Seperti Pecundang

    "Si Ardika ini hanya ingin menyanderaku untuk membebaskan diri, dia nggak akan berani melakukan apa pun terhadapku!""Sayang sekali, kejadian tadi malam nggak akan terulang lagi!""Bibi, jangan ragu lagi, langsung tembak saja!"Mendengar ucapan ini, tangan dan kaki Levin terasa makin dingin. Diliputi oleh perasaan ketakutan, jantungnya berdebar dengan kencang.Dia tidak menyangka Valtino berani bertindak sejauh ini."Oh? Apa yang membuatmu berilusi aku nggak berani melakukan apa pun terhadapmu?"Tepat pada saat ini, Ardika tiba-tiba bersuara.Suara dinginnya memberi kesan takut pada orang lain.Secara naluriah, Valtino mencibir dan berkata, "Eh, Ardika, kamu coba saja sentuh aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ardika tiba-tiba mengangkat kakinya, lalu mendaratkannya ke tenggorokan Valtino dengan cepat."Krak ...."Ekspresi niat membunuh kuat Valtino itu menegang.Kilatan tidak percaya, kebingungan, kebencian, penyesalan berpadu menjadi satu melintas di matanya. Kemudia

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1924 Bagi yang Menghalangiku Mati

    Saat ini, mendengar ucapan santai Ardika, sekujur tubuhnya gemetaran sejenak.Kemudian, api amarah tampak jelas di matanya."Dasar bajingan, kamu cari mati! Kamu benar-benar cari mati! Ahhhh!"Ruth tiba-tiba saja mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan sorot mata tajam dan berteriak dengan suara melengking seperti orang gila.Kematian Valtino langsung menghancurkan pertahanan mentalnya, membuatnya kehilangan kemampuan berpikir logikanya sepenuhnya."Habisi dia!""Habisi dia dengan pedang! Potong-potong dia!""Aku nggak peduli cara apa pun yang kalian gunakan, aku mau melihatnya berubah menjadi mayat dalam satu menit!"Seolah sudah menggila, Ruth menunjuk Ardika sambil berteriak dengan suara melengking, sama sekali tidak berbicara logika lagi.Habisi dengan pedang!Dipotong-potong!Kalau begitu, mereka tidak bisa menggunakan senjata api.Tanpa banyak bicara, beberapa orang kepercayaan di sekitar Ruth segera mengeluarkan pedang panjang yang terselip di pinggang mereka, lalu menerjang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1925 Amarah Sirilus

    "Ahhh ...."Seiring dengan terdengarnya suara teriakan menyedihkan beberapa orang, para anak buah yang melindungi Ruth, semuanya terjatuh ke tanah.Ruth sudah hampir memasuki halaman, mendengar suara-suara di arah belakangnya, secara naluriah, dia menoleh untuk melirik sekilas. Saat itu juga, dia langsung berteriak dengan suara melengking saking ketakutannya."Sebenarnya monster seperti apa kamu ini?!""Kak Sirilus, tolong aku!"Sambil berteriak dengan suara melengking, dia berlari memasuki halaman tersebut seperti orang gila.Detik berikutnya, sosok bayangan yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu."Kak Sirilus!"Satu kaki Ruth sudah melangkah masuk, melihat Sirilus, kakaknya, yang muncul tepat waktu, ketakutan yang terlihat di wajahnya sedikit mereda.Sirilus melirik Ardika yang tengah mengejar adiknya dengan sorot mata dingin dan menegur dengan marah, "Bajingan! Hentikan! Tempat ini bukanlah tempat kamu bisa bertindak sesuka hatimu!""Kak Sirilus, bunuh dia! Dia sudah membunuh V

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1926 Takdir Hukum Rimba

    "Sirilus, kematian putramu dan adikmu adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri, nggak bisa menyalahkan orang lain.""Jadi, Sirilus, sekarang kamu menunjukkan ekspresi seolah-olah nggak bersalah, sedih sekaligus marah ini untuk ditunjukkan kepada siapa?""Kalau kamu ingin menunjukkannya kepada Gina, kamu sudah ditakdirkan akan menelan kekecewaan.""Jangankan dia, hari ini bahkan Vanya sendiri yang datang pun, Keluarga Halim juga harus mati.""Ya, benar! Keluarga Halim, termasuk kamu!"Saat mengucapkan kalimat terakhirnya, akhirnya Ardika menunjukkan sedikit niat membunuh.Valtino dan Ruth sudah mati di tangannya.Dendam mendalam antara dirinya dengan Keluarga Halim, sudah tidak mungkin bisa dihilangkan lagi.Jafi, Ardika tidak berencana untuk membiarkan Sirilus tetap hidup.Mendengar ucapan Ardika, kelopak mata Sirilus melompat sejenak. Kemudian, ekspresi sedih sekaligus marah di wajahnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.Ekspresi pria paruh baya itu berubah menjadi sangat tenang.

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1927 Keras Lawan Keras

    Selesai berbicara, Sirilus melambaikan tangannya."Syuu!"Saat itu juga, pedang panjang di pinggang seorang anggota Organisasi Snakei terbang dan mendarat dalam genggamannya.Aura membunuh yang kuat langsung meledak dari dalam tubuh Sirilus.Saat ini, dia tidak menyembunyikan pemikirannya yang sesungguhnya lagi.Memangnya kenapa kalau Ardika adalah orang yang diundang oleh Ratu Ular untuk menjabat sebagai ketua cabang?Dia ingin membunuh Ardika dan naik jabatan!"Oh? Takdir Hukum Rimba? Siapa yang lemah akan tersingkirkan?"Ardika menunjukkan ekspresi mempermainkan. "Hmm, peraturan yang cukup bagus. Kalau begitu, kamu serang saja. Kebetulan aku menjabat sebagai ketua, juga perlu membunuh orang untuk menunjukkan wibawaku.""Sirilus, kamu adalah seorang ketua cabang Provinsi Denpapan, boleh dibilang sudah memenuhi kualifikasi untuk menjadi batu loncatanku."Membunuh orang untuk menunjukkan wibawa?Menjadikan Sirilus, sang ketua cabang sebagai batu loncatan?Begitu mendengar ucapan arogan

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1946 Menyebutkan Ingin Bertemu Denganmu

    "Oh? Kalau begitu, kamu minta saja pelanggan-pelanggan terhormatmu itu untuk membebaskanmu."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika tidak banyak bicara lagi."Nging ... ngung ...."Apartemen Sundain adalah apartemen kelas atas, banyak elite dunia bisnis seperti Jesika yang tinggal di sini. Pergerakan anggota kepolisian sangatlah cepat.Tanpa perlu menunggu lama, sudah terdengar bunyi sirene mobil polisi di lantai bawah."Halo ... oh, Pak Ardika!"Saat muncul di depan pintu, begitu melihat Ardika, beberapa anggota kepolisian itu langsung tercengang, lalu menyapanya dengan penuh hormat.Ardika menunjuk Hafa dan berkata, "Orang ini adalah penipu. Bawalah dia ke kantor polisi, lalu lakukan pemeriksaan terhadapnya.""Eh, eh, kalian nggak bisa begini. Aku adalah Hafa, seorang dokter genius. Ada banyak orang kaya dan terpandang adalah pasienku ....""Berhentilah beromong kosong lagi! Ayo pergi!"Hafa langsung dibawa keluar."Eh, dia sudah memukuli dua orang pengawalku, bukankah seharusn

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1945 Memasukkanmu ke Penjara

    "Karena nggak bisa bertahan lagi di Suraba, dia baru mendatangi Provinsi Denpapan. Dia kembali menggunakan trik lamanya, berperan layaknya seorang dokter genius.""Aku akan segera mengirimkan data-datanya padamu!"Di ujung telepon, Levin melaporkan hasil penyelidikannya.Ardika meletakkan ponselnya, menatap Hafa sambil tersenyum tipis, lalu menanyakan hal yang sama sekali lagi. "Pak Hafa, 'kan? Apa kamu benar-benar adalah seorang dokter genius?""Bocah, apa maksudmu? Apa mungkin aku adalah seorang dokter genius palsu? Bisa-bisanya kamu mempertanyakan identitasku?!"Hafa tidak tahu Ardika menerima panggilan telepon dari siapa. Ekspresinya berubah, tetapi dia tetap melontarkan kata-kata itu dengan tajam.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bertobat juga. Kalau begitu, jangan salahkan aku. Mungkin aku nggak bisa memastikan apakah kamu adalah seorang dokter palsu atau nggak, kalau begitu aku akan menyerahkanmu ke polisi saja untuk melakukan verifikasi identitas."Selesai ber

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1944 Penipu

    Tiara mencibir dan berkata dengan nada bicara mengejek, "Anak Muda, apa kamu sudah dengar ucapan Pak Hafa? Memangnya kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu mempertanyakan keterampilan medis Pak Hafa? Benar-benar konyol!""Nggak perlu terburu-buru seperti itu, aku belum selesai bicara."Tanpa melirik wanita itu sama sekali, Ardika menatap Hafa dengan lekat dan berkata dengan tenang, "Resep rahasia ini memang nggak ada masalah. Tapi, resep ini digunakan oleh orang yang tubuhnya bermasalah dan sangat lemah.""Kalau digunakan pada seseorang yang tubuhnya sehat, obat seperti ini akan menyebabkan keseimbangan tubuhnya terganggu, itu sama saja dengan ingin orang tersebut segera mati!""Pak Hafa, kamu sendiri yang bilang orang yang lemah nggak bisa mengonsumsi tonik yang berlebihan!"Nada bicara Ardika tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tajam.Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Hafa langsung berubah."Bocah, omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Walau kamu paham sedikit ilmu me

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1943 Perawatan Kesehatan Atau Membantu Kehamilan

    Perawatan kesehatan atau membantu kehamilan?"Empat miliar!"Setelah melirik Tiara, Dilan kembali menaikkan penawarannya.Hafa juga tetap bersikeras. "Yah, sudah kubilang bukan masalah uang. Tapi, dengan mempertimbangkan Tuan Muda Dilan, aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkan Nona Jesika!""Aku nggak berani omong besar, paling nggak selama aku turun tangan, nyawa Nona Jesika pasti akan terselamatkan. Aku nggak akan melakukan sesuatu yang menjatuhkan reputasiku sendiri."Dilan dan Tiara tampak sangat senang."Terima kasih Pak Hafa!"Ardika mengangkat alisnya.Awalnya, dia mengira Dilan demi menunjukkan kehebatan diri sendiri di hadapan Jesika, pria itu bersekongkol dengan Hafa untuk membuat pertunjukan.Namun, kalau dilihat sekarang, tidak begitu juga.Sepertinya Hafa benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras.Akting memang akting, tapi bukan sepenuhnya akting.'Kalau begitu, ini menjadi sedikit menarik ....'Saat itu juga, Dilan langsung mengeluarkan selembar kartu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1942 Mengabaikan Nyawa Manusia

    "Tubuh Nona Jesika sangat lemah, kalian malah membiarkannya mengonsumsi bahan makanan berupa tonik seperti sarang burung berkualitas bagus?""Kondisi tubuh lemahnya nggak bisa menerima tonik seperti itu. Apa kalian nggak tahu hal ini bisa membahayakan nyawanya?!"Saat ini, Hafa yang tadinya bersikap hangat dan sopan itu, menunjukkan ekspresi marah dan berteriak dengan marah, "Mengabaikan nyawa manusia!""Apa kalian tahu ini dinamakan mengabaikan nyawa manusia?!"Ekspresi Tiara juga langsung berubah. Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk Ardika. "Pak Hafa, hal ini nggak ada hubungannya dengan kami! Si Ardika ini! Dialah yang mengantarkan sarang burung berkualitas bagus itu!""Eh, Ardika, kamu benar-benar licik dan nggak tahu malu! Demi memenangkan hati orang, kamu nggak memedulikan hidup dan mati Jesika!""Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jesika, aku nggak akan melepaskanmu!"Sambil mengentakkan kakinya, Tiara memarahi Ardika.Dilan juga menerjang ke arah Ardika dan menarik kerah baju

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1941 Gawat

    Jesika tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya, benar.""Pak Hafa, kalau begitu lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika datang bekerja di sini, baru mengidap penyakit sekarang."Dilan bertanya, "Itu artinya Jesika seharusnya meninggalkan Kota Banyuli, lalu pindah untuk tinggal dan bekerja di kota besar seperti ibu kota provinsi?""Boleh dibilang begitu."Hafa mengangguk, tidak mengiakan, juga tidak menyangkal.Ardika yang berdiri di samping, mengangkat alisnya.Ckck, bisa-bisanya dia bilang lingkungan Kota Banyuli nggak bagus, Jesika nggak terbiasa dengan lingkungan kota ini?'Sebenarnya Pak Hafa ini seorang dokter, atau dukun dan semacamnya?'"Jesika, kamu sudah dengar sendiri ucapan Pak Hafa, 'kan? Tempat miskin dan terpencil seperti Kota Banyuli ini, nggak hanya kecil dan nggak berkembang, fengsuinya juga nggak bagus."Tiara berbalik. Sambil menggenggam tangan Jesika, dia berkata dengan nada bicara serius, "Kamu nggak bisa tinggal di Kota Banyuli lagi, sebaiknya kamu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1940 Kemungkinan Akan Menyebabkan Kematian

    Sorot mata pria itu berbinar, raut wajahnya juga tampak bugar, tubuhnya kelihatan sangat sehat.Kesan yang diberikannya pada orang lain adalah, dia adalah seorang genius yang memiliki penampilan layaknya dokter genius dan keterampilan medisnya pantas dipercaya.Kalau bahkan kondisi tubuh sendiri saja tidak bisa dijaga dengan baik, bagaimana mungkin layak disebut sebagai dokter genius.Namun, setelah melihat Hafa, Ardika malah sedikit mengerutkan keningnya.Raut wajah Hafa tampak sedikit terlalu bugar.Dengan seulas senyum hangat menghiasi wajah Hafa, dia mengikuti Dilan memasuki ruang tamu.Tiara segera menyambutnya sambil tersenyum. "Halo, Pak Hafa, benar-benar sudah merepotkanmu datang jauh-jauh dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli.""Zaman sekarang ini, sudah jarang ada sosok dokter genius yang masih menjaga etika kedokteran sepertimu!"Sebenarnya, naik kereta api dari ibu kota provinsi ke Kota Banyuli hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam, benar-benar tidak terbilang jauh.Nam

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1939 Pak Hafa

    Tiara menarik napas dalam-dalam, memaksakan seulas senyum, lalu berkata kepada manajer restoran, "Terima kasih, nggak perlu, aku sudah sering makan makanan Restoran Siam, sudah sedikit bosan."Ardika tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. 'Ckck, orang ini, masih saja mempertahankan harga diri di saat seperti ini, cari derita sendiri saja.'"Jesika, mereka nggak mau makan, ya sudah, kita makan saja.""Karena kamu sedang nggak enak badan, nggak perlu makan terlalu banyak, minumlah sedikit sup sarang burung dulu."Sambil mengajak Jesika untuk makan, Ardika sendiri juga sudah mulai mengambil alat makannya dan makan.Dia juga memang sudah lapar, apalagi hidangan-hidangan Restoran Siam ini memang sesuai dengan reputasinya.Sepanjang proses ini berlangsung, ibu dan anak Keluarga Gunardi itu memperhatikan mereka dari samping, juga tidak mengatakan ingin pergi.Perut ibu dan anak itu sampai sudah mengeluarkan bunyi keroncongan, Ardika merasa canggung untuk mereka.Hingga Ardika dan Jesika se

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1938 Makan Bersama

    "Kamu? Kalau kamu benar-benar bisa meminta Restoran Siam mengantar makanan, aku akan memakan alas sepatuku!"Pengawal itu memelototi Ardika dengan acuh tak acuh sekaligus marah, lalu berbalik dan langsung pergi.Kalau bukan karena sedikit takut pada kekuatan Ardika, tadi dia dan rekannya sudah menghajar Ardika hingga babak belur."Kret ...."Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam bertuliskan Restoran Siam membawa dua orang pelayan memasuki apartemen Jesika dengan mendorong kereta dorong."Halo, Nona Jesika, aku adalah manajer Restoran Siam.""Ini adalah makan malam yang Tuan Ardika minta Restoran Siam siapkan untuk Nona.""Di antaranya, ada sup sarang burung, adalah sarang burung berkualitas bagus bernilai miliaran yang Tuan Ardika minta seseorang untuk antarkan ke restoran kami, bahkan secara khusus menginstruksikan juru masak kami untuk mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi untuk Nona.""Sekarang kami mengantarkannya secara pribadi kepada Nona, semog

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status