Futari melemparkan dirinya ke dalam pelukan Luna dan menangis sejadi-jadinya.Universitas Denpapan adalah universitas impiannya.Demi mendapatkan kuota masuk ke fakultas seni universitas tersebut, dia sudah berusaha sangat keras.Sekarang dia malah kehilangan kesempatan untuk bersekolah di universitas impiannya itu.Tentu saja gadis muda ceria itu merasakan pukulan yang sangat dahsyat.Tidak lulus?Menghadapi perubahan dadakan itu, semua orang tercengang."Nggak mungkin, bagaimana mungkin kamu nggak lulus? Apa mungkin ada kesalahan?"Amanda berseru dengan ekspresi pucat. Dia segera mengambil ponselnya dan melihat daftar nama hasil pengumuman itu.Kali ini, ada beberapa orang yang juga mendapatkan kuota seperti Futari. Namun, dalam daftar nama hasil pengumuman itu, murid-murid lainnya lulus, yang tidak lulus hanya Futari seorang."Astaga! Futari sangat unggul! Bagaimana mungkin hanya dia seorang yang nggak lulus?"Amanda merasakan pandangan di hadapannya seperti berputar-putar. Dia meng
"Walau tetua murid ini bukanlah orang tua dari murid tersebut, dia banyak berinteraksi dengan murid ini setiap harinya.""Karena itulah, kami berpikir dengan lingkungan keluarga seperti ini, apakah juga membawa banyak pengaruh buruk terhadap kondisi fisik dan psikologisnya atau nggak.""Oleh karena itu, dengan berbagai pertimbangan ini, kami menganggap murid ini nggak terlalu cocok untuk bersekolah di Universitas Denpapan."Dalam video tersebut, Lyodra berbicara dengan penuh percaya diri.Sementara itu, Luna dan yang lainnya yang mendengar ucapan tersebut, sudah merasakan firasat buruk.Kali ini yang tidak lulus evaluasi hanya Futari seorang. Kalau begitu, bukankah ucapan Lyodra ditujukan pada Futari?Saat ini, Lyodra melanjutkan. "Benar atau nggaknya, silakan nilai sendiri dengan menyaksikan proses interaksi kami dengan tetua murid tersebut."Mendengar ucapan itu, semua orang menahan napas dan menatap layar tanpa berkedip."Silakan perkenalkan dirimu.""Namaku Ardika, anggota keluarga
"Paman, kalian tenang dulu."Seakan-akan sambil memikirkan sesuatu, Luna berkata, "Apakah kalian menyadarinya? Nggak peduli bagaimana Lyodra memfitnah Ardika, Ardika mengakuinya. Apa mungkin dia sebodoh itu?""Ardika, video ini sudah diedit, 'kan?"Luna tidak percaya suaminya sebodoh itu. Bagaimana mungkin Ardika menerima semua fitnahan itu dan menyerahkan kelemahannya pada orang lain?Melihat Luna tidak bermaksud menyalahkannya, Ardika mengangguk dengan senang. "Ya, benar.""Sebenarnya ada dendam apa antara kamu dengan Lyodra ini?" tanya Luna lagi. Sebelumnya, dia sudah sangat penasaran akan hal ini.Ardika berkata, "Sebelumnya, menyangkut kasus Teodor, wanita itu mengeluarkan pemberitaan yang menyimpang. Setelahnya, opini publik berbalik, dia pun dipecat. Dia menaruh dendam padaku. Sebelum itu, aku sama sekali nggak mengenalnya."Benarkah?Kalau benar begitu, maka perbuatan wanita itu benar-benar tidak masuk akal.Sekarang, semua orang sudah mengerti, ini adalah musibah yang tak tert
"Lyodra, hanya sebuah video saja, apa kamu perlu sampai sesenang itu?""Kamu bisa membuatku kurang makan, atau kurang menghasilkan uang dengan itu?"Menghadapi sindiran Lyodra yang sedang bangga-bangganya itu, Ardika hanya berkomentar dengan acuh tak acuh."Hehe, Ardika, lanjutkan saja keras kepalamu itu."Lyodra tertawa dingin dan berkata, "Pecundang sepertimu sudah lama menjadi target makian semua orang di luar sana, tentu saja kamu nggak peduli.""Tapi, adik iparmu juga terseret dalam masalah ini, masa depannya sudah hancur!""Dia sudah ditolak oleh Universitas Denpapan, universitas-universitas lainnya juga nggak akan menerimanya.""Menurutku, mungkin dia hanya bisa mengeluarkan sedikit uang untuk bersekolah di 'universitas sampah'. Oh ya, benar juga. Lagi pula, kamu juga punya uang.""Bagaimana kalau aku merekomendasikan 'universitas sampah' untukmu? Lalu, kamu sumbangkan lagi saja dana sebesar 200 miliar atau 400 miliar. Jangan khawatir, dengan adanya bantuan dariku, kali ini uang
Pihak-pihak ini bisa memengaruhi arah sekolah-sekolah ini, membantu Kota Banyuli mengundang sekolah, mereka bisa memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan dalam negosiasi ini.Karena itulah, di bawah dorongan mereka, berbagai sekolah segera mengirimkan perwakilan masing-masing.Kemarin, perwakilan-perwakilan dari sekolah-sekolah ini sudah bergegas berangkat dan tiba di Kota Banyuli.Menghadapi situasi ini, tentu saja Ardika ikut senang.Mengembangkan kota baru Sungai Banyuli memang sudah sepantasnya mengundang perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak bermodal besar.Kalau tidak, hanya dengan mengandalkan kekuatan finansial Kediaman Wali Kota Banyuli, akan sulit untuk menggerakkan proyek sebesar ini.Mereka ingin menghasilkan uang? Boleh saja selama semuanya berada dalam cakupan kendali Kediaman Wali Kota. Selama mereka tidak bertindak sembarangan, tentu saja boleh."Tuan Ardika, pertemuan sudah dipersiapkan dan akan segera dimulai, berlokasi di auditorium."Setelah tiba di ruang kerja,
'Huh! Hanya dengan kemampuan segitu saja, berani melawanku!'Lyodra menjadi makin bangga, dia tidak bisa menahan diri dan tertawa.'Ardika, oh Ardika, apa kamu pikir semua ini sudah berakhir?''Ini baru permulaan saja!''Selanjutnya aku akan menunjukkan padamu harga sebesar apa yang harus kamu bayar karena memprovokasi seorang wanita yang berkuasa!'Melihat Lyodra tertawa sendiri di sana, perwakilan-perwakilan lainnya tidak bisa menahan diri dan melontarkan sorot mata penasaran ke arahnya.Walaupun tawa wanita itu sedikit aneh, tetapi karena paras cantiknya, tawa itu tetap terlihat cantik.Ada beberapa orang pria yang sorot mata mereka terus terpaku pada Lyodra. Saat ini, salah seorang di antaranya bertanya, "Bu Lyodra, kenapa kamu tertawa sebahagia itu? Apa ada hal yang membahagiakan?"Lyodra baru tersadar kembali. Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya dengan elegan, lalu berkata dengan santai, "Hanya sebuah hal kecil yang patut disenangi.""Sebelumnya, saat aku bertanggung
Ekspresi Lukmi sangat serius, nada bicaranya juga sangat tegas.Ardika yang memintanya untuk menyampaikan kata-kata ini.Karena Ardika sudah mengenal jelas perwakilan-perwakilan ini. Dia tahu mereka masih muda dan berbakat, jadi sombong.Daripada mereka menimbulkan masalah-masalah tidak penting setelah memasuki auditorium dan memengaruhi kelangsungan pertemuan, lebih baik dia memberi mereka ultimatum terlebih dahulu.Bagi yang tidak bisa terima, dipersilakan untuk segera pergi dari sini.Namun, perwakilan-perwakilan ini sudah mempersiapkan mental mereka.Bagaimanapun juga, begitu menjabat sebagai wali kota saja, wali kota yang satu ini sudah berani mengusulkan proyek kota baru Sungai Banyuli. Biarpun dia masih muda, juga pasti merupakan sosok tokoh yang hebat dan tidak bisa dianggap remeh."Pak Lukmi nggak perlu khawatir, kami tahu aturannya."Karena itulah, semua perwakilan ini sangat patuh. Mereka segera mengangguk tanpa banyak berkomentar.Lyodra tiba-tiba melangkah maju dan berkata
"Dengar-dengar, Ardika adalah penjilat Tuan Wali Kota.""Kali ini, aku harus menaklukkan Tuan Wali Kota. Saat itu tiba, aku akan meminta Tuan Wali Kota untuk menyingkirkannya sendiri. Aku penasaran ingin melihat bagaimana ekspresi Ardika saat itu!"Lyodra merasa terkejut sekaligus senang.Akhirnya dia menemukan satu kesempatan untuk menghabisi Ardika dengan mudah.Apa pun yang terjadi, dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini!Lyodra cukup percaya diri dengan pesonanya.Saat ini, Lukmi menepuk tangannya dan berkata, "Baiklah, aku sudah menyampaikan pada kalian hal-hal yang harus kusampaikan. Sekarang kalian dipersilakan untuk mulai masuk ke dalam ruangan."Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan memimpin semua orang untuk memasuki ruangan.Lyodra dan yang lainnya mengikutinya dari belakang dengan posisi tegak, agar diri sendiri tampak bersemangat.Namun, saat mereka baru melangkah dua langkah, Lukmi menghentikan langkah kakinya. Dia mengeluarkan ponselnya dan meliriknya sejenak,
"Eh, tua bangka, kamu benar-benar konyol, kapan aku menipumu?"Sambil melihat Tiano yang berguling-guling di lantai, Ardika berkata dengan nada bicara mengejek, "Sebelumnya saat kamu berlagak hebat dan memintaku untuk mengunjungimu, bukankah aku sudah mengunjungimu sendiri?""Tapi, kamu nggak percaya, bahkan mengusirku."Begitu mendengar ucapannya, energi di sekujur tubuh Tiano seperti sudah terserap habis. Dia berbaring di sana tanpa bergerak.Dia benar-benar menyesal.Kalau dari awal dia tahu Ardika adalah wali kota, dia pasti tidak akan menyinggung Ardika seperti itu.Namun, biarpun dia mengetahui identitas Ardika, apakah Tiano tidak akan terlibat dalam perselisihan dengan Ardika?Jawabannya belum tentu.Sifat seseorang sulit diubah.Itulah sebabnya Tiano bisa berakhir seperti ini. Ardika adalah seorang wali kota atau bukan tidaklah penting, tetapi kepribadiannya yang suka berlagak hebat dan berlagak senior yang sangat berpengaruh.Saat ini, melihat penampilan Tiano yang begitu meny
"Ciputra, karena bocah ini sendiri yang mengajukan permintaan itu, kamu telepon saja!"Tiano melambaikan tangannya, tampak sangat percaya diri.Ciputra melirik Ardika sekilas, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tidak berdaya, lalu menghubungi kantor Helios."Ada yang perlu kulaporkan pada Tuan Kodam."Tak lama kemudian, panggilan telepon itu sudah disambungkan pada Helios oleh sekretarisnya."Tuan Kodam, Tiano, wali kota lama Kota Banyuli, melaporkan Pak Ardika, wali kota saat ini, meminta Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya secara menyeluruh.""Lalu, Pak Ardika juga sudah setuju, mengatakan ingin mendengar tanggapan dari Tuan."Pak Ardika? Wali kota saat ini?Apa-apaan ini?!Wali kota ingusan itu adalah ....Baik Tiano maupun Piom dan Lando, sedikit kebingungan mendengar ucapan Ciputra. Untuk sesaat, mereka tidak bereaksi."Pak Tiano, Tuan Kodam memintamu untuk mendengar telepon."Saat ini, Ciputra menyodorkan ponselnya kepada Tiano.Begitu Tiano mendekatkan ponsel itu
"Brak!"Piom juga terduduk di lantai, dia menatap Ciputra dengan tatapan sedih.Kemudian, dalam situasi krisis seperti itu, dia melemparkan sorot mata meminta bantuan ke arah Tiano dan berkata dengan suara keras, "Pak Tiano, tolong bantu kami bicara. Kalau aku nggak salah ingat, dulu Pak Ciputra adalah bawahanmu, 'kan?"Mendengar ucapannya, Tiano merasa sedikit canggung.Dia pernah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, memiliki bekerja sama dengan banyak anggota instansi pemerintahan dan memiliki banyak rekan.Ciputra memang pernah bekerja di Kota Banyuli, juga merupakan bawahannya. Hanya saja, pria itu sudah naik jabatan hingga menjadi pejabat pemerintahan provinsi."Ciputra, mengapa kamu datang ke Kota Banyuli, kamu juga nggak datang mencariku untuk mengobrol bersama sambil minum teh?"Tiano berdeham, lalu mulai mencoba untuk melakukan pendekatan terhadap Ciputra.Saat dia masih menjabat sebagai wali kota, proyek Gunung Amona sudah dimulai, hanya saja berakhir te
Karena itulah, setelah mengetahui sebenarnya pendukung Ardika adalah wali kota baru itu, Piom dan yang lainnya akhirnya sudah bisa lega. Mereka menatap Ardika sambil tertawa dingin.Tiano juga berkata dengan dingin, "Ardika, cepat berlutut dan meminta maaf pada Pak Piom dan Pak Lando. Kalau nggak, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu!"Dia tahu kepribadian Ardika, orang yang satu ini sangat keras kepala, pasti tidak akan berlutut.Kalau begitu, hasil akhirnya adalah bocah itu pasti akan bermusuhan dengan Piom dan Lando.Sementara itu, hasil seperti inilah yang Tiano inginkan. Dia ingin membesar-besarkan masalah.Ardika berdiri tegak, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata mengejek, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kulihat sebaiknya kalian bertiga yang berlutut duluan. Sebentar lagi, biarpun kalian ingin, sudah terlambat untuk berlutut.""Ardika, apa kamu sedang mengigau? Apa kamu kira dengan adanya dukungan dari seorang wali kota, kamu sudah bisa bertindak semena-mena?""Kul
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi