Akhirnya Wisnu bisa bernapas. Sambil memegang lehernya, dia terbatuk-batuk dengan ekspresi kesakitan.Ekspresi Yanto berubah menjadi sangat masam. Namun, kalau dia disuruh memilih antara putra atau putrinya, dia tetap memilih putranya tanpa ragu."Aku akan menelepon Wulan."Setelah mengucapkan beberapa patah pada istrinya, Yanto berkata dengan ekspresi masam, "Wulan memberi tahu kami, dia dikeluarkan dari penjara oleh seseorang yang dipanggil Nyonya Tisya. Tadi malam, Bu Sumalin, orang yang katanya adalah pelayan Nyonya Tisya datang menemuinya, nggak tahu membicarakan apa ....""Hal-hal ini nggak perlu dibicarakan lagi."Ardika sudah bisa menebaknya, dia langsung menyela Yanto, "Kalau begitu, kalian juga nggak tahu di mana Wulan berada?""Kami benar-benar nggak tahu apa-apa. Kami bersungguh-sungguh, Ardika. Percayalah pada kami," kata Yanto dengan nada bicara memohon.Tidak mendapati ada tanda-tanda kebohongan pada ekspresi pria itu, Ardika menganggukkan kepalanya pada Nadia dan berkat
Beberapa tahun terakhir, bisnis Tentara Bayaran Lane sudah berkembang ke negara timur.Keluarga Basuki Kota Gamiga sudah lama bekerja sama dengan Tentara Bayaran Lane.Kali ini, Haron menginstruksikan Sumalin mengatur orang untuk menculik Luna.Merasa bersalah sekaligus ketakutan karena perbuatannya sebelumnya, Tisya hanya bisa menawarkan harga tinggi untuk mengundang Tentara Bayaran Lane ke Kota Banyuli."Oke, bawa aku ke sana. Aku akan menunggu Ardika di sana."Tisya berkata dengan acuh tak acuh, "Helios, anjing yang satu ini benar-benar keras kepala. Aku dengar Ardika bisa menghubunginya.""Kali ini aku akan memanfaatkan istri bajingan ini untuk memaksanya membantuku menghubungi Helios.""Baik!"Sumalin segera mempersilakan Tisya masuk ke dalam mobil.Namun, Ardika terlebih dahulu sampai dibandingkan mereka.Saat ini, Ardika sudah menemukan lokasi pabrik di pinggiran kota ini dengan meminta tim tempur Kota Banyuli melacak nomor Wulan.Sekeliling pabrik ini sangat luas, hanya ada ham
Sekitar dua puluh orang itu langsung mengepung Ardika dari segala arah."Bocah, untuk apa kamu bersikap seperti ini? Bisa-bisanya kamu berlagak hebat di hadapan kami, benar-benar sudah bosan hidup ...."Ketua kelompok itu sangat percaya diri, dia mengembuskan asapnya ke wajah Ardika, lalu mengulurkan lengannya, hendak menyerang bagian leher Ardika."Plak!"Sorot mata Ardika berubah menjadi dingin, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria itu.Kemudian, sebelum lawannya sempar bereaksi, dia langsung menarik pergelangan tangan pria itu dan memutarnya, lalu memasukkan puntung rokok itu ke dalam mulut pria tersebut."Hmmphhh!"Lidah ketua kelompok itu terbakar, membuatnya terus menerus mengeluarkan suara kesakitan."Eh, bocah, cepat lepaskan dia!"Petugas keamanan lainnya langsung marah besar dan mengarahkan tongkat besi mereka ke Ardika."Bam!"Ardika melayangkan satu tendangan ke arah ketua kelompok itu, hingga membuat tubuhnya terpental ke arah sekelompok orang itu.Satu men
Semua anggota Tentara Bayaran Lane adalah tentara-tentara pensiunan yang sudah berpengalaman di medan perang.Saat mereka berada di medan perang, kebanyakan dari mereka sudah pernah merasakan sendiri betapa hebatnya Tinju Dewa Perang, jurus mematikan ini seakan-akan sudah membekas dalam benak mereka.Saat ini, begitu melihat jurus yang ditunjukkan oleh Ardika, orang-orang asing tentara bayaran itu langsung mengetahui latar belakangnya.Orang yang menguasai Tinju Dewa Perang, sudah pasti adalah prajurit Negara Nusantara yang sudah berpengalaman di medan perang!"Oh? Kamu bisa mengenali Tinju Dewa Perang? Penglihatanmu lumayan bagus.""Tapi, kamu nggak tahu saat aku menciptakan jurus yang satu ini, aku menyebutnya sebagai Tinju Penghancur Musuh, secara khusus dikembangkan untuk membunuh tentara Aliansi Panca!"Ardika mendekati pria itu tanpa ekspresi sambil melontarkan kata-kata itu dengan dingin."Apa? Kamu yang menciptakan dan mengembangkan Tinju Dewa Perang?!""Kalau ... kalau begitu,
Melihat Luna baik-baik saja, Ardika sedikit menghela napas lega.Wulan sedang duduk di seberang Luna sambil mengayunkan belati dalam genggamannya. Dia sedang menunggu Ardika datang, bersiap untuk merusak wajah Luna tepat di hadapan pria itu.Mendengar langkah kaki dari arah belakangnya, dia menoleh dengan refleks. "Pak Yaori, siapa yang membuat keributan di luar .... Ardika!""Kamu ... bagaimana kamu bisa masuk?!"Saking terkejutnya, mulut Wulan terbuka lebar.Ardika berkata dengan dingin, "Oh? Bukankah mudah saja? Setelah menghabisi semua orang di luar, aku sudah bisa masuk?""Kamu ... bualanmu itu nggak masuk akal!"Sekujur tubuh Wulan bergetar sejenak. Dia memang tidak percaya semua orang di luar sana sudah mati di tangan Ardika.Namun, aura menakutkan yang terpancar dari tubuh Ardika membuatnya ketakutan.Ardika berjalan menghampirinya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu coba saja sendiri. Dengan begitu, kamu bisa tahu apakah aku sedang membual atau nggak.""Apa yang ingin kamu
Mendengar maksud Ardika, Luna menyadari suaminya itu ingin tinggal untuk menangani Wulan.Dia buru-buru berkata, "Sayang, walau Wulan memang pantas menerima konsekuensi atas perbuatannya, kamu beri dia pelajaran saja, ya? Aku nggak ingin hal ini memengaruhimu ke depannya."Sebenarnya, setelah mengalami kejadian hari ini, dia benar-benar sudah tidak memedulikan hidup dan mati Wulan lagi.Namun, dia takut Ardika terlibat dalam kasus pembunuhan, kelak suaminya yang akan tertimpa masalah."Jangan khawatir, aku tahu apa yang kulakukan."Ardika menepuk-nepuk punggung istrinya sambil tersenyum."Sayang, berjanjilah padaku, jangan menimbulkan masalah untuk diri sendiri hanya karena orang yang nggak penting!"Setelah mengucapkan satu kalimat itu dengan penuh penekanan, Luna baru meninggalkan tempat itu.Begitu keluar, Luna langsung melihat mayat-mayat yang berserakan di tanah itu.Saat itu juga, hawa dingin langsung menyelimuti hatinya.Saat dia melihat Yaori yang mati tertancap belati di kursi
"Ardika, kamu nggak boleh membunuhku ...."Wulan berteriak sambil menangis. Saat dia mendapati Ardika benar-benar berani membunuhnya, dia benar-benar ketakutan."Syuu ...."Tepat pada saat ini, terdengar suara sebuah benda menembus udara.Ardika sedikit mengerutkan keningnya, lalu memutar pinggangnya untuk menghindar."Syuu!"Sebuah belati menembus udara, melewati posisi Ardika berdiri, lalu tertancap ke dinding. Walaupun sudah tertancap, bilah belati itu masih bergetar dengan kencang."Ibu sudah datang! Cepat selamatkan aku!"Wulan yang telungkup di lantai berteriak dengan keras bagaikan melihat sang penyelamat.Ardika menoleh, melihat ke arah pintu masuk.Di bawah pengawalan ketat sekelompok orang, seorang wanita terpandang dengan ekspresi dingin dan mengenakan gaun berwarna hitam berjalan masuk.Melihat Sumalin melayani wanita itu dengan hormat, Ardika langsung mengenali identitas wanita tersebut.Selir kelima Keluarga Basuki Kota Gamiga.Tisya!Sementara itu, di belakang Tisya, ada
Belati itu melesat dengan cepat bagaikan bintang jatuh dan kilat.Begitu terlepas dari genggaman Ardika, belati itu berubah seperti kilatan yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Ia langsung melesat ke arah wajah Charles!"Sialan!"Ekspresi Charles langsung berubah drastis. Dia tidak menyangka belati yang dilemparkan oleh Ardika bisa semenakutkan itu!Secara naluriah, dia ingin menghindar. Namun, orang yang berdiri tepat di belakangnya adalah Tisya, majikannya.Kalau majikannya terbunuh karena serangan belati orang lain tepat di hadapannya, tidak hanya Charles, reputasi seluruh Tentara Bayaran Lane akan hancur!Dalam situasi darurat, Charles mengulurkan lengannya ke belakang untuk merangkul Tisya, lalu keduanya menghindar ke samping."Syuu!"Bilah belati itu melesat melewati bahu Charles, bagaikan lalat yang memiliki mulut runcing, bilah belati itu membawa pergi sepotong daging beserta darah segar Charles."Ah ...."Dengan iringan suara kesakitan Charles, tubuhnya langsung membentur
Setelah terjatuh ke lantai, tubuh Axel terus berkedut, darah mengalir dari mulut dan hidungnya.Tak lama kemudian, lantai sudah berlumuran darah, sedang Axel sudah tak sadarkan diri.Menyaksikan pemandangan itu, Yomde berkata dengan tidak puas, "Hei, bukankah sudah kubilang padamu jangan membunuh orang! Mengapa kamu menyerangnya separah itu?!""Aku nggak membunuh bocah Negara Nusantara ini, aku hanya membuatnya menjadi koma."Gustav melontarkan kata-kata itu dengan logat kaku.Yomde mendecakkan lidahnya dan berkata, "Kalau begitu, seharusnya kamu juga nggak membuat lantai menjadi berlumuran darah begini, buat sial saja."Mendengar percakapan santai antara kedua orang itu, seluruh anggota Keluarga Unima tersentak kaget. Hawa dingin menjalar dari telapak kaki mereka hingga mencapai kepala mereka.Melalui percakapan kedua orang itu, terdengar jelas bahwa mereka sama sekali tidak menganggap serius nyawa orang lain.Membunuh seseorang sama saja dengan menghabisi seekor semut.Alasan Axel ma
Desta tetap berbicara ngawur, sama sekali tidak mengikuti alur percakapan Yugo, tetapi sikapnya sangat sopan, sama sekali tidak ada masalah.Yugo mendengus, lalu mengedipkan matanya ke arah Yomde.Sejak duduk, sorot mata Yomde sudah terpaku pada Sharon. Saat ini, setelah melihat isyarat mata Yugo, dia bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Sharon, lalu mengamati wanita itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki secara terang-terangan."Seharusnya ini adalah Nona Sharon, 'kan?"Sharon sangat membenci sorot mata yang Yomde tujukan padanya, seakan-akan dia adalah barang pajangan. Namun, melihat isyarat mata dari Desta, dia hanya bisa bersabar dan berkata dengan tenang, "Di hadapan Tuan Muda Yomde, aku nggak berani menyebut diriku Nona, Tuan Muda Yomde, panggil aku Sharon saja."Yomde mengangguk dengan puas. "Dengar-dengar Kota Banyuli terkenal dengan wanita cantiknya. Setelah bertemu langsung, Nona Sharon bahkan lebih cantik dari yang dikatakan orang-orang.""Begini saja, kali ini
Begitu mendengar ucapan Zilwar, suara orang-orang tersentak langsung memenuhi udara.Bahkan Desta yang sudah memakan banyak asam garam kehidupan pun, saat ini tampak membelalak kaget, ekspresinya juga berubah drastis.Yugo dan Yomde bukanlah apa-apa, anggota Keluarga Unima baru pertama kali mendengar tentang mereka.Hal yang membuat perasaan mereka bergejolak adalah, Keluarga Dougli, serta Tuan Keenam Keluarga Dougli yang mendukung mereka.Sebelumnya, Keluarga Unima sudah mengetahui kedatangan Tridon ke Negara Nusantara, juga sudah mengetahui tujuan pria itu adalah untuk membalaskan dendam adik seperguruannya, Haron.Seiring dengan kedatangan Tridon, hal-hal mengenai Keluarga Dougli Galea dan Tridon, juga sudah diketahui oleh keluarga-keluarga besar Kota Banyuli.Keluarga Dougli, adalah satu-satunya keluarga bangsawan orang Nusantara di Galea.Sementara itu, Tridon sendiri adalah petinggi kemiliteran Galea, tokoh hebat yang sudah pernah mengukir prestasi di medan perang.Baik Keluarga
Setelah informasi Ardika adalah wali kota baru Kota Banyuli, orang-orang yang paling bahagia tentu saja adalah anggota Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax.Sekarang kota baru Sungai Banyuli sedang dikembangkan, Ardika adalah pemegang kekuasaan atas proyek tersebut. Sebagai pengikut yang terbukti setia pada Ardika, Keluarga Remax pada akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar."Ya, benar. Aku sudah mengetahuinya sejak lama."Desta mengangguk sambil tersenyum.Sebenarnya, dia masih mengetahui identitas-identitas Ardika yang lain, tetapi dia tidak bisa memberi tahu anggota Keluarga Unima yang lain semua ini."Sungguh disayangkan, siapa sangka Ardika bisa berubah menjadi seperti sekarang ini. Kala itu, semua orang menertawakan Keluarga Basagita karena memiliki menantu benalu seperti itu, siapa sangka mereka malah mendapatkan harta karun.""Ya, benar. Alangkah baiknya kalau kala itu Ardika menjadi menantu Keluarga Unima! Sharon sama sekali nggak kalah menarik dari Luna!"
Zilwar sudah mengetahui informasi mengenai pengawal Yugo dilumpuhkan oleh Ardika. Karena itulah, dia berasumsi saat ini pria itu pasti sangat ingin membalas dendam. Itulah sebabnya dia bergegas kemari.Yugo juga tidak peduli ditertawakan oleh orang lain lagi, dia buru-buru berkata, "Kak Zilwar, kebetulan sekali kamu datang. Cepat bantu kami pikirkan solusi ...."Zilwar juga segera menanggapi, dia berkata, "Fondasi Ardika dan istrinya di Kota Banyuli memang sangat kokoh. Contohnya, keluarga kelas satu, yaitu Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax sangat setia padanya."Bagaimana kalau kalian memulai dari mereka, menyingkirkan pendukung Ardika satu per satu, membuatnya merasakan bagaimana sensasi ditinggalkan?""Nona Keluarga Unima, Sharon, juga dikenal sebagai wanita cantik. Walau nggak bisa dibandingkan dengan empat wanita cantik Kota Banyuli, boleh dibilang level kecantikannya tepat di bawah mereka.""Kalau kalian tertarik, dimainkan saja juga nggak masalah."Zilwar menyun
Bisa menanggung hal tidak biasa.Walaupun Yugo merasa malu setengah mati, tetapi dia tetap menceritakan kejadian itu secara singkat.Lagi pula, tidak ada yang bisa disembunyikannya.Melihat kondisi menyedihkan Yugo, Yomde merasa saat ini pemuda itu sudah sama sekali tidak memiliki aura seorang anggota Keluarga Dougli.Namun, bagaimanapun juga, pemuda itu adalah keponakan gurunya. Dia berusaha menahan tawanya dan berkata dengan suara dalam, "Ternyata kekuatan Ardika memang nggak biasa. Dia bisa mengalahkan tiga orang pengawalmu dengan mudah. Sepertinya kita hanya bisa mengandalkan Antoine dan yang lainnya untuk menekannya."Bahkan di saat seperti ini, Yomde tetap sangat percaya diri pada kekuatan anak buah Tridon, yaitu Antoine dan yang lainnya.Karena setiap orang di antara tiga raja tentara besar ini, bukanlah tandingan para pengawal Yugo.Setelah berpikir demikian, Yomde berkata dengan niat membunuh yang kuat, "Begini saja, kebetulan kita bisa menggunakan alasan Ardika melukai warga
"Tina, kapan aku menyentuhmu dengan sembarangan?""Bukankah bibirku yang nyosor sembarangan?"Ucapan Ardika hampir saja membuat Tina muntah darah.Saking kesalnya, Tina mengentakkan kakinya dan berkata, "Dasar bajingan! Kamu mau cari mati?!"Ardika buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Sudah, sudah, aku hanya bercanda. Jangan khawatir, aku nggak akan memberi tahu siapa pun hal ini. Aku hanya mencintai Luna seorang, nggak punya niat lain terhadapmu. Aku harap kamu juga jangan salah paham.""Salah paham? Huh! Memangnya kamu pikir orang sepertimu bisa membuatku salah paham, begitu?"Melihat Ardika memasang ekspresi serius, Tina sampai menggertakkan giginya saking kesalnya.Ardika berkata dengan bingung, "Kamu masih bilang kamu nggak salah paham? Kalau nggak, kenapa kamu bereaksi seperti itu, seperti pencuri yang takut ketahuan mencuri saja? Jelas-jelas kamu tahu nggak mungkin terjadi apa-apa antara kita."Kalau bukan karena Ardika ahli dalam bertarung, Tina benar-benar ingin melay
Orang yang cerdas adalah orang yang bisa membaca situasi ....Selama masih ada nyawa, masih ada kesempatan untuk membalas dendam ....Yugo mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dalam hati.Sebagai sosok Tuan Muda Keluarga Dougli Galea, sejak lahir status dan kedudukannya sudah lebih tinggi dibandingkan orang lain, tetapi saat ini dia malah merendah dan berlutut di hadapan Ardika.Baginya, ini adalah penghinaan yang paling besar sepanjang hidupnya."So ... Sobat, aku salah, seharusnya aku nggak mengataimu pecundang, seharusnya aku nggak mengusirmu, aku harap kamu bisa memaafkanku ...."Yugo merangkak ke arah Ardika dalam posisi berlutut dan mengucapkan kata-kata itu dengan suara bergetar.Sementara itu, sorot mata meremehkan yang ditujukan oleh Tina padanya, membuat punggungnya merinding, tetapi di saat seperti ini, dia hanya bisa mengabaikannya.Dibandingkan dengan nyawanya sendiri, seorang wanita bukanlah apa-apa."Plak!"Ardika langsung mengangkat lengannya dan melayangkan sebuah
Kedua orang pengawal itu menatap Ardika sambil tersenyum licik. Kemudian, mereka melangkahkan kaki mereka memasuki kafe.Walaupun Ardika bisa melumpuhkan Raymond karena melakukan serangan tiba-tiba, tetapi mereka tetap tidak berani menganggap remeh Ardika.Mereka saling melempar pandangan dan mengangguk.Sebagai rekan seperjuangan, mereka sudah sangat kompak.Kedua orang itu memahami maksud sama lain, yaitu menghabisi Ardika dengan satu serangan, tidak memberinya kesempatan untuk menyerang balik!"Sudah kubilang, kalian nggak akan bisa masuk."Ardika mengucapkan satu kalimat itu dengan santai. Alih-alih mundur, dia langsung melangkah maju satu langkah dan menghalangi di depan pintu kafe."Mati saja sana!"Kedua orang pengawal itu menerjang ke arah Ardika sambil berteriak dengan marah.Menghadapi tinju yang diayunkan oleh mereka berdua, dengan pergerakan cepat Ardika langsung menangkap lengan mereka."Cari mati!"Kedua orang pengawal itu tidak menyangka lengan mereka bisa ditangkap oleh