Semua anggota Tentara Bayaran Lane adalah tentara-tentara pensiunan yang sudah berpengalaman di medan perang.Saat mereka berada di medan perang, kebanyakan dari mereka sudah pernah merasakan sendiri betapa hebatnya Tinju Dewa Perang, jurus mematikan ini seakan-akan sudah membekas dalam benak mereka.Saat ini, begitu melihat jurus yang ditunjukkan oleh Ardika, orang-orang asing tentara bayaran itu langsung mengetahui latar belakangnya.Orang yang menguasai Tinju Dewa Perang, sudah pasti adalah prajurit Negara Nusantara yang sudah berpengalaman di medan perang!"Oh? Kamu bisa mengenali Tinju Dewa Perang? Penglihatanmu lumayan bagus.""Tapi, kamu nggak tahu saat aku menciptakan jurus yang satu ini, aku menyebutnya sebagai Tinju Penghancur Musuh, secara khusus dikembangkan untuk membunuh tentara Aliansi Panca!"Ardika mendekati pria itu tanpa ekspresi sambil melontarkan kata-kata itu dengan dingin."Apa? Kamu yang menciptakan dan mengembangkan Tinju Dewa Perang?!""Kalau ... kalau begitu,
Melihat Luna baik-baik saja, Ardika sedikit menghela napas lega.Wulan sedang duduk di seberang Luna sambil mengayunkan belati dalam genggamannya. Dia sedang menunggu Ardika datang, bersiap untuk merusak wajah Luna tepat di hadapan pria itu.Mendengar langkah kaki dari arah belakangnya, dia menoleh dengan refleks. "Pak Yaori, siapa yang membuat keributan di luar .... Ardika!""Kamu ... bagaimana kamu bisa masuk?!"Saking terkejutnya, mulut Wulan terbuka lebar.Ardika berkata dengan dingin, "Oh? Bukankah mudah saja? Setelah menghabisi semua orang di luar, aku sudah bisa masuk?""Kamu ... bualanmu itu nggak masuk akal!"Sekujur tubuh Wulan bergetar sejenak. Dia memang tidak percaya semua orang di luar sana sudah mati di tangan Ardika.Namun, aura menakutkan yang terpancar dari tubuh Ardika membuatnya ketakutan.Ardika berjalan menghampirinya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu coba saja sendiri. Dengan begitu, kamu bisa tahu apakah aku sedang membual atau nggak.""Apa yang ingin kamu
Mendengar maksud Ardika, Luna menyadari suaminya itu ingin tinggal untuk menangani Wulan.Dia buru-buru berkata, "Sayang, walau Wulan memang pantas menerima konsekuensi atas perbuatannya, kamu beri dia pelajaran saja, ya? Aku nggak ingin hal ini memengaruhimu ke depannya."Sebenarnya, setelah mengalami kejadian hari ini, dia benar-benar sudah tidak memedulikan hidup dan mati Wulan lagi.Namun, dia takut Ardika terlibat dalam kasus pembunuhan, kelak suaminya yang akan tertimpa masalah."Jangan khawatir, aku tahu apa yang kulakukan."Ardika menepuk-nepuk punggung istrinya sambil tersenyum."Sayang, berjanjilah padaku, jangan menimbulkan masalah untuk diri sendiri hanya karena orang yang nggak penting!"Setelah mengucapkan satu kalimat itu dengan penuh penekanan, Luna baru meninggalkan tempat itu.Begitu keluar, Luna langsung melihat mayat-mayat yang berserakan di tanah itu.Saat itu juga, hawa dingin langsung menyelimuti hatinya.Saat dia melihat Yaori yang mati tertancap belati di kursi
"Ardika, kamu nggak boleh membunuhku ...."Wulan berteriak sambil menangis. Saat dia mendapati Ardika benar-benar berani membunuhnya, dia benar-benar ketakutan."Syuu ...."Tepat pada saat ini, terdengar suara sebuah benda menembus udara.Ardika sedikit mengerutkan keningnya, lalu memutar pinggangnya untuk menghindar."Syuu!"Sebuah belati menembus udara, melewati posisi Ardika berdiri, lalu tertancap ke dinding. Walaupun sudah tertancap, bilah belati itu masih bergetar dengan kencang."Ibu sudah datang! Cepat selamatkan aku!"Wulan yang telungkup di lantai berteriak dengan keras bagaikan melihat sang penyelamat.Ardika menoleh, melihat ke arah pintu masuk.Di bawah pengawalan ketat sekelompok orang, seorang wanita terpandang dengan ekspresi dingin dan mengenakan gaun berwarna hitam berjalan masuk.Melihat Sumalin melayani wanita itu dengan hormat, Ardika langsung mengenali identitas wanita tersebut.Selir kelima Keluarga Basuki Kota Gamiga.Tisya!Sementara itu, di belakang Tisya, ada
Belati itu melesat dengan cepat bagaikan bintang jatuh dan kilat.Begitu terlepas dari genggaman Ardika, belati itu berubah seperti kilatan yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Ia langsung melesat ke arah wajah Charles!"Sialan!"Ekspresi Charles langsung berubah drastis. Dia tidak menyangka belati yang dilemparkan oleh Ardika bisa semenakutkan itu!Secara naluriah, dia ingin menghindar. Namun, orang yang berdiri tepat di belakangnya adalah Tisya, majikannya.Kalau majikannya terbunuh karena serangan belati orang lain tepat di hadapannya, tidak hanya Charles, reputasi seluruh Tentara Bayaran Lane akan hancur!Dalam situasi darurat, Charles mengulurkan lengannya ke belakang untuk merangkul Tisya, lalu keduanya menghindar ke samping."Syuu!"Bilah belati itu melesat melewati bahu Charles, bagaikan lalat yang memiliki mulut runcing, bilah belati itu membawa pergi sepotong daging beserta darah segar Charles."Ah ...."Dengan iringan suara kesakitan Charles, tubuhnya langsung membentur
"Ya, benar."Setelah mendengar ucapan pelayannya, Tisya baru benar-benar tenang kembali.Ekspresi berubah-ubah sejenak hingga pada akhirnya berubah menjadi tenang kembali. Dia menoleh menatap Ardika dan berkata dengan suara rendah, "Ardika, aku dengar kamu bisa menghubungi Kodam Helios.""Selama kamu membantu kami menghubunginya, agar aku bisa mengeluarkan Elsen, dendam di antara kita akan dianggap sirna. Aku berjanji nggak akan mempermasalahkannya lagi.""Selain itu, kamu juga bisa menjalin hubungan pertemanan dengan Keluarga Basuki Kota Gamiga.Sebenarnya, menurut perencanaan awal Tisya, dia ingin memanfaatkan Luna untuk memaksa Ardika menyetujui persyaratan ini.Namun sekarang, Luna sudah diselamatkan. Terlebih lagi, Ardika sudah menunjukkan kekuatan yang begitu luar biasa, sampai-sampai Charles dan para anggota Tentara Bayaran Lane ini juga bukan tandingannya.Karena itulah, Tisya tidak menganggap enteng Ardika lagi.Walaupun saat berhadapan dengan Ardika, dia tetap merasa lebih un
"Nggak mungkin, 'kan? Apa orang Negara Nusantara itu sekuat itu?"Sekelompok orang asing tentara bayaran itu tersentak kaget, ekspresi terkejut tampak jelas di wajah mereka.Kemampuan Ardika dalam melempar belati memang luar biasa, sampai-sampai bisa membuat Charles kewalahan.Namun, kalau mengatakan Ardika bisa membunuh mereka semua seorang diri, mereka tidak terlalu memercayainya.Sejak Tentara Bayaran Lane menguasai negara-negara barat dan bisa bertindak semena-mena, mereka sudah terbiasa memandang rendah orang lain.Selain sosok legenda seperti Tuan Kediaman Dewa Perang, dalam lubuk hati mereka, mereka sudah memandang rendah orang-orang Negara Nusantara lainnya.Charles tersenyum dingin dan berkata, "Kalau kalian nggak percaya, kalian boleh mengejarnya dan coba sendiri. Intinya, kalau kalian mati, jangan salahkan aku nggak memperingatkan kalian."Kejadian sebelumnya sudah membuat Charles ketakutan.Belati yang dilemparkan oleh Ardika dengan sembarang saja sudah bisa membuatnya mera
Kilatan dingin melintas di mata Tisya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kamu pergi temui Haron.""Beri tahu dia, selama dia turun tangan untuk menghabisi Ardika, aku akan memberinya sepuluh persen saham Hongkem lagi!"Sebelumnya, Keluarga Rewind telah memberikan lima belas persen yang mereka miliki untuk dirinya.Saat dia mengundang Haron datang ke Kota Banyuli, dia sudah menyerahkan lima persen saham kepada pria itu.Sekarang dia menjadikan sepuluh persen ini sebagai penawaran, hanya ibarat menggunakan pemberian orang lain untuk kepentingannya sendiri.Lagi pula, saham itu memang bukan miliknya. Dia sama sekali tidak rugi.Tisya melambaikan tangannya lagi dan berkata, "Lupakan saja. Kamu langsung bawa surat perjanjian pengalihan saham ke sana saja. Pria tua cerdas itu adalah tipe orang yang nggak akan bertindak sebelum apa yang ditawarkan sampai ke tangannya!""Baik!"Sumalin segera mengiakan....Kediaman Keluarga Rewind.Haron duduk di kursi malas tanpa bersuara.Di meja di s