Kilatan dingin melintas di mata Tisya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kamu pergi temui Haron.""Beri tahu dia, selama dia turun tangan untuk menghabisi Ardika, aku akan memberinya sepuluh persen saham Hongkem lagi!"Sebelumnya, Keluarga Rewind telah memberikan lima belas persen yang mereka miliki untuk dirinya.Saat dia mengundang Haron datang ke Kota Banyuli, dia sudah menyerahkan lima persen saham kepada pria itu.Sekarang dia menjadikan sepuluh persen ini sebagai penawaran, hanya ibarat menggunakan pemberian orang lain untuk kepentingannya sendiri.Lagi pula, saham itu memang bukan miliknya. Dia sama sekali tidak rugi.Tisya melambaikan tangannya lagi dan berkata, "Lupakan saja. Kamu langsung bawa surat perjanjian pengalihan saham ke sana saja. Pria tua cerdas itu adalah tipe orang yang nggak akan bertindak sebelum apa yang ditawarkan sampai ke tangannya!""Baik!"Sumalin segera mengiakan....Kediaman Keluarga Rewind.Haron duduk di kursi malas tanpa bersuara.Di meja di s
Ardika benar-benar luar biasa brutal!Mengingat sebelumnya dia masih memanfaatkan istri Ardika untuk mengancam Ardika, dia sudah bisa merasakan hawa dingin menjalar di lehernya.Kalau kala itu Ardika tidak memedulikan apa pun dan langsung membunuhnya di atas arena, apa dia masih bisa bertahan?Pertanyaan ini sama sekali tidak penting.Seorang muridnya berkata dengan sedikit terkejut, "Guru, Ardika benar-benar brutal. Saat berhadapan dengan Guru, dia sangat patuh. Tapi, saat berhadapan dengan orang lain, dia langsung melancarkan serangan mematikan.""Sekarang sepertinya hanya Guru yang bisa menundukkannya ....""Pffttt!"Sebelum murid itu selesai berbicara, air teh dalam mulut Haron sudah muncrat membasahi wajah murid tersebut."Guru?"Murid itu mengira topik pembicaraan yang dibahasnya ini membuat Haron tidak puas. Dalam sekejap, dia langsung merasa gelisah."Hmm, nggak apa-apa."Haron melambaikan tangannya, ekspresinya sedikit aneh.Hanya dia sendiri yang mengetahui alasan di balik re
"Dia ingin bertemu denganku?"Ardika mengerutkan keningnya, lalu bertanya dengan santai, "Di mana?""Di luar Kompleks Vila Bumantara. Begitu dia sampai di sini, anak buah yang kuatur untuk berjaga, langsung menahannya. Mendengar dia bilang ingin menyampaikan pesan dari Haron, kami sudah menggeledahnya, nggak ada masalah. Kak Ardika, apa kami perlu membiarkannya masuk?"Sejak kejadian Luna diculik, kini pihak Levin sudah memperketat penjagaan.Setiap orang yang kemungkinan akan mengancam keselamatan Ardika sekeluarga, pasti akan ditahan terlebih dahulu."Aku akan keluar menemuinya."Ardika berdiri, lalu berjalan keluar...."Lepaskan aku! Sekarang aku mewakili Tuan Haron, sedangkan kalian hanya bekerja untuk Ardika! Tahukah kalian bahkan dia pun nggak berani menyinggungku?!"Klito sedang ditahan oleh dua anak buah Levin. Saat ini, dia terus berteriak seperti orang gila.Levin sudah tidak tahan lagi, dia pun melambaikan tangannya dan berkata, "Suruh dia diam.""Plak!""Plak!"Dua tampara
Agar murid-muridnya tidak curiga, Haron dengan sangat murah hati mengirim rombongan mobil Maybach itu menuju ke rumah sakit untuk menjemput murid-murid dan keponakannya yang masih dirawat di rumah sakit.Para muridnya sangat tersentuh sampai berlinang air mata, merasa mereka tidak salah memilih guru.Mereka tahu guru mereka adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Namun, sekarang guru mereka malah bersedia menumpangi mobil sederhana, memilih untuk mengirim rombongan mobil mereka untuk menjemput mereka.Namun, mereka sama sekali tidak tahu, Haron mengambil tindakan ini hanya demi menutupi kecurigaan orang lain.Kalau berbicara secara blak-blakan, dia bertindak seperti ini karena takut Ardika mengejarnya dan langsung mengkhianati murid-murid dan keponakannya."Gila, gila, bagaimana bisa ada monster seperti Ardika di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini?""Ternyata memang benar, aku tetap tinggal di Vila Harmon tanpa menginjakkan kaki keluar dari ibu kota provinsi adalah pilihan
Haron terkejut setengah mati.Kalau dia tidak mati di Kota Banyuli, tetapi malah mati dalam kecelakaan mobil menuju ke ibu kota provinsi, menjadi hantu gentayangan pun dia tidak akan rela.Sambil memegang kepalanya, Haron berkata dengan marah, "Dasar bajingan! Kamu bisa mengendarai mobil atau nggak?!"Saat ini, murid yang bertugas mengemudi itu menoleh dan berkata, "Guru, mobil di depan mengalami pecah ban, ada yang menaruh pemecah ban di sana!""Ada yang membuat jebakan?"Ekspresi Haron sedikit berubah."Turun dari mobil, kita lewat jalan kecil!"Dia segera membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Dia ingin mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan melewati perbatasan Kota Banyuli.Namun, begitu mereka semua keluar dari mobil, mereka melihat beberapa orang muncul dari semak-semak di kedua sisi jalan. Sementara itu, sudah ada sebuah truk besar melaju dari arah depan.Saat ini, orang-orang itu berjalan menghampiri mereka dengan langkah kaki yang tidak cepat, juga tidak lambat."Ardika
Saat berbicara, Haron mengeluarkan surat perjanjian pengalihan saham sebesar lima persen yang disimpannya, lalu menyerahkannya pada Ardika.Ardika menerima surat tersebut dan melihatnya sejenak, lalu menyimpannya. "Saham lima persen ini seharusnya memang milikku, jadi masalah di antara kita nggak bisa dianggap selesai.""Lagi pula, Tuan Haron, apa kamu merasa nyawamu begitu nggak bernilai? Hanya lima persen saham saja sudah bisa membeli nyawamu?""Ardika, jangan keterlaluan!"Haron berteriak dengan marah, "Apa kamu pikir kamu sudah pasti bisa menang dariku? Aku adalah sosok pemimpin di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi.""Tahukah kamu dengan satu kalimat dariku, akan ada berapa banyak orang muridku yang datang untuk menghabisimu?"Ardika tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kalau begitu, sebaiknya kamu jangan mencelakai mereka. Kalau mau mati, mati saja sendiri, jangan menyeret sekelompok orang lemah itu untuk mati bersamamu. Bagaimanapun juga, paling nggak tetap haru
Haron mencoba untuk menjelaskan secara logis, agar Ardika melepaskannya.Mendengar ucapannya, Ardika tidak bisa menahan diri lagi dan tertawa. "Tuan Haron, kamu benar, nggak bisa mengandalkan siapa pun. Jadi, aku nggak pernah mengandalkan siapa pun. Aku mengandalkan diriku sendiri, aku adalah pendukung diriku sendiri.""Orang lain nggak bisa diandalkan, tapi diri sendiri tetap bisa diandalkan, bukan? Menurutmu, memangnya aku akan menjadikan diriku sendiri sebagai bidak yang terbuang?""Apa maksudmu?"Haron tertegun sejenak, lalu tiba-tiba membelalak kaget dan berkata, "Kamu adalah Wali Kota Banyuli!""Ya, benar."Ardika mengangguk."Ngunggg!"Haron merasakan kepalanya seperti akan meledak saat itu juga.Akhirnya dia mengerti mengapa Ardika berani bertindak semena-mena di Kota Banyuli.Dia sudah mengerti mengapa Ardika bisa menggerakkan Sigit, ketua kantor polisi pusat dan memblokade rumah sakit.Dia juga sudah mengerti mengapa Hamdi, Desta dan yang lainnya memihak pada Ardika tanpa rag
Melihat Ardika mengangkat lengannya, Haron langsung gugup setengah mati.Secara naluriah, dia ingin menghindar, tetapi tentu saja tidak sempat."Plak!"Satu tamparan Ardika mendarat tepat di wajahnya.Dengan iringan suara tamparan itu, Haron langsung berputar dua putaran di tempat, lalu terduduk di tanah."Eh ... ini ...."Menyaksikan pemandangan itu, murid-murid Haron yang sudah tergeletak di tanah pun tercengang.Guru mereka telah mengeluarkan dua serangan, tetapi tidak memengaruhi Ardika sama sekali.Ya, itu tidak masalah. Bagaimanapun juga, bocah yang satu ini mungkin tahan banting.Namun, Ardika hanya melayangkan satu tamparan sederhana, guru mereka sudah tidak mampu melakukan perlawanan sama sekali.Apa orang itu masih adalah Tuan Haron yang terkenal di dunia bela diri dan dunia preman ibu kota provinsi?Ardika melangkah maju satu langkah dan berkata dengan acuh tak acuh, "Berdiri.""Ardika, aku sudah tahu aku salah, oke ...."Haron merangkak berdiri dengan terhuyung-huyung."Pla