"Aku beri tahu istrimu, kamu adalah 'anjing' yang telah diusir oleh Keluarga Mahasura, bahkan kamu bisa mendapatkan Grup Bintang Darma juga dengan mengandalkan trik-trik mengelabui orang!""Pecundang sepertimu pasti akan mati karena telah menyinggung Tuan Muda Yudin. Hanya dengan bercerai denganmu, istrimu baru bisa menghindari musibah besar itu.""Tapi, istrimu sangat baik hati. Dia nggak bersedia mencampakkanmu di saat seperti ini. Jadi, aku beri tahu dia, hanya ada satu cara yang tersisa, yaitu kamu pergi berlutut di hadapan Tuan Muda Yudin, membiarkan melampiaskan kekesalan sekaligus amarahnya padamu ...."Tarim memberi tahu Ardika apa yang dia katakan pada Luna sebelumnya dalam satu tarikan napas.Pada akhirnya, dia baru tertawa dingin dan berkata, "Ardika, setelah istrimu melakukan begitu banyak pengorbanan untukmu, apa yang pecundang sepertimu pikirkan?""Ardika, jangan dengarkan omong kosongnya. Aku sama sekali nggak memedulikan kata-katanya ...."Luna takut Ardika tidak bisa t
"Karena kamu sudah melakukan tindakan yang minta dihajar, menurutmu apa mungkin aku nggak memenuhi keinginanmu?"Sambil menginjak Tarim, Ardika melontarkan kata-kata itu dengan ekspresi mengintimidasi.Begitu mendengar ucapan Ardika, para pengunjung kafe yang menyaksikan adegan itu merasa Tarim memang pantas menerima dua tamparan itu."Jelas-jelas dia sendiri yang mengganggu istri orang lain dan sudah ditolak, dia malah marah karena malu, lalu memaki orang tepat di hadapan orang yang bersangkutan! Karakter pria seperti ini benar-benar buruk!""Kelihatannya saja seperti orang yang terpandang dan bermoral, nggak disangka ternyata adalah sampah.""Ckckck, memang pantas ditampar ...."Mendengar diskusi para pengunjung kafe di sekelilingnya, Tarim merasa dirinya sudah hampir meledak!Dia berasal dari keluarga terpandang dan merupakan sosok pemuda berbakat, kapan dia pernah menerima penghinaan seperti ini?Hari ini, dia malah diinjak oleh seseorang yang dianggapnya sebagai pecundang!"Ahhhh!
Melihat Ardika berhasil memicu kebencian Leandor, Tarim langsung tertawa dingin dengan bangga.Dia akui Ardika memang memiliki sedikit relasi di Kota Banyuli. Kalau dia yang berasal dari kota ingin menghadapi pria itu, tentu saja tidak akan bisa menang. Jadi, dia hanya bisa meminjam kekuatan orang lain.Leandor adalah anggota Keluarga Remax, keluarga kelas satu Kota Banyuli.Sejak kejatuhan tiga keluarga besar, Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax yang awalnya merupakan keluarga kelas satu, kini boleh dibilang sudah merupakan keluarga-keluarga yang menempati posisi puncak Kota Banyuli.Jadi, secara otomatis Leandor juga menjadi tuan muda yang menduduki posisi puncak Kota Banyuli.Dengan pengaruh Keluarga Remax, mereka memiliki kekuatan untuk menginjak-injak Ardika saat ini. Paling tidak, tidak akan menjadi hal yang sulit bagi mereka."Ardika, sudah kubilang kalau hari ini kamu nggak berlutut dan bersujud di hadapanku, aku nggak akan membiarkan masalah kamu memukulku berla
Leandor menatap Ardika dengan tatapan penuh minat, seolah-olah tidak menganggap serius Ardika.Namun, dalam sorot matanya, samar-samar terlihat sorot mata marah sekaligus kesal.Dia bisa merasakan dengan sangat jelas aura acuh tak acuh yang terpancar dari dalam tubuh Ardika dan sikap meremehkan pria itu terhadapnya.Dia tidak bodoh. Dia tahu dari awal Ardika bisa setenang itu, maka artinya pria itu juga memiliki pendukung.Leandor menatap Ardika, lalu berkata dengan suara dalam, "Eh, bocah, aku ingatkan kamu terakhir kali. Di Kota Banyuli ini, hanya segelintir orang yang bisa membuatku takut.""Kalau kamu meminta maaf pada temanku dengan patuh, serta memberi kompensasi sebesar 40 miliar atas dua tamparan yang diterimanya, masalah ini akan dianggap berlalu.""Tapi, kalau kamu masih nggak tahu diri dan memilih untuk melawanku sampai akhir, saat itu tiba, harga yang harus kamu bayar bukan hanya ini saja!"Sejak Leandor memasuki kafe, Luna sudah mengamatinya dengan saksama. Melihat sikap a
Leandor mengerutkan keningnya, lalu memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon."Halo, Kak, ada orang yang memukul orang di dalam hotelku. Orang ini sangat arogan. Tolong kemari untuk menangani masalah ini. Nanti aku akan mengundangmu minum-minum."Walaupun memiliki marga yang sama, orang yang dihubungi dan dipanggil dengan panggilan "Kak" oleh Leandor tentu saja bukan Tarim."Leandor, kamu nggak perlu sesungkan itu padaku. Lagi pula, aku hanya memberikan bantuan kecil saja. Aku baru saja kembali dari rumah sakit. Dokter berpesan padaku untuk nggak meminum minuman beralkohol selama dua hari ini. Jadi, nanti kita baru bicarakan lagi tentang minum-minum.""Aku akan segera pergi ke sana! Dalam kurun waktu sepuluh menit, aku akan tiba di lokasi!"Di ujung telepon, terdengar suara tawa hangat."Oke, kalau begitu anggap saja aku utang minum-minum untuk Kakak!"Setelah mengakhiri panggilan telepon, Leandor menatap Ardika, la
Sepuluh menit berlalu dengan cepat."Nging ... ngung ...."Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar bunyi sirene mobil polisi yang makin mendekat.Beberapa mobil polisi melaju dengan cepat, lalu berhenti di depan pintu Hotel Starie.Sekelompok orang yang mengenakan seragam polisi segera turun dari mobil.Di bawah kepemimpinan seorang pria, sekelompok orang membuka pintu kafe dan berjalan memasuki kafe."Leandor, aku sudah datang!"Pria yang memimpin sekelompok polisi itu berteriak dengan keras, lalu segera mendorong dan melewati kerumunan dengan kasar."Haha, Kak Pendo benar-benar datang dengan sangat cepat, sangat menghargaiku."Leandor berjalan menghampiri pria itu sambil tertawa. Saat dia mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyodorkannya pada pria itu, tiba-tiba dia berkata dengan nada terkejut, "Eh? Kak Pendo, ada apa dengan luka di wajahmu? Apa kamu terluka saat menjalani misi?"Sebelum dia sempat mendekat, dia sudah bisa menghirup aroma obat yang kental menguar dari wajah pri
Saat ini, otak Pendo seakan-akan sudah berhenti berfungsi.Pikirannya kosong seperti sebuah kertas putih.Detik sebelumnya, dia masih berteriak dengan volume suara tinggi seolah sangat hebat.Detik berikutnya, dia seperti seekor tikus yang bertemu dengan kucing, sampai-sampai tidak mampu berkata-kata lagi.Begitu melihat pemandangan aneh di hadapannya, mulut Leandor sedikit terbuka, dia sedikit tercengang.Pendo bukanlah orang biasa. Dia adalah wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli yang akan segera dipromosikan menjadi ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli.Biarpun kini Keluarga Remax sudah menduduki posisi puncak di Kota Banyuli, saat bertemu dengan Pendo, mereka juga selalu bersikap sopan padanya.Namun, mengapa saat bertemu dengan Ardika, Pendo malah terlihat sangat gugup seperti orang yang melihat hantu?"Pak Pendo, nggak disangka kita bertemu lagi secepat ini."Ardika menatap Pendo dengan tatapan acuh tak acuh, nada bicara mengejek terdengar dalam ucapannya.Tadi, di Vila
Pendo menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia membiarkan Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajahnya.Rasa sakit yang luar biasa sudah menjalar di seluruh wajahnya. Namun, sepanjang proses ini, dia bahkan tidak berani berteriak kesakitan.Dia bertahan dengan mengandalkan tekad yang kuat."Kenapa kamu nggak berbicara?"Ardika berhenti menampar Pendo, melainkan menepuk-nepuk wajah pria itu dengan perlahan. "Bukankah saat kamu berjalan masuk tadi, kamu sangat hebat?""Bukankah kamu punya senjata api? Kamu hanya perlu menggerakkan jari-jarimu saja, kamu sudah bisa menghabisiku. Begini saja kamu nggak berani?""Ckckck, biasanya kamu juga menggunakan senjata api di yang terselip di pinggangmu itu untuk menakut-nakuti rakyat jelata, 'kan?"Ardika berkata dengan nada mengejek, "Sebelumnya saat berada di Vila Hundo, boleh dibilang aku sudah memberimu satu kesempatan untuk berubah, nggak mencari perhitungan denganmu untuk sementara waktu.""Tapi sekarang, kamu ma
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d