Dengan iringan suara penuh amarah orang itu, beberapa orang yang mengenakan seragam polisi melangkah masuk dengan cepat.Ketua kelompok polisi itu adalah seorang pria patuh baya berwajah ganas.Pria itu tidak lain adalah Pendo Yanuar, penanggung jawab kedua kantor polisi pusat Kota Banyuli sekaligus wakil ketua pertama.Setelah Pendo dan anggotanya masuk, ada sekelompok orang lagi yang memasuki vila.Sekelompok orang itu tampak bertubuh kekar, sangat jelas mereka adalah petarung!Orang-orang itu dipimpin oleh seorang pria paruh baya yang raut wajahnya tampak bugar.Dengan kedua tangannya diletakkan di punggung, ekspresinya tampak sangat dingin, aura yang sangat menakutkan terpancar dari tubuhnya.Begitu memasuki ruang tamu vila dan melihat orang-orang berlutut di sana, dia pun mengerutkan keningnya.Namun, saat dia melihat Yudin yang berada di bawah pijakan kaki Ardika, sorot matanya berubah menjadi dingin."Kak, akhirnya kamu sudah datang! Cepat selamatkan aku! Aku benar-benar sangat
Suara teriakan menyedihkan Yudin, tidak bisa meredam kata-kata santai yang keluar dari mulut Ardika.Humni merasa seperti wajahnya sendiri yang diinjak-injak.Menginjak tuan muda keluarga terpandang seperti Yudin di bawah kaki, lalu menyiksanya tanpa henti. Kalau sampai hal seperti ini tersebar luas, pasti sangat menggemparkan.Namun, saat ini, tepat di hadapan Humni, yang merupakan Empat King Kong, murid dari ahli bela diri ibu kota provinsi sekaligus perwakilan keluarga yang dikirim oleh Keluarga Sudibya.Ardika berani menginjak-injak Yudin seperti itu seolah-olah tidak ada siapa-siapa di sekelilingnya.Tindakan Ardika sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata arogan lagi, jelas-jelas dia seperti sedang mempermalukan seluruh Keluarga Sudibya secara terang-terangan!Dari awal, pria itu sama sekali tidak menganggap serius Keluarga Sudibya!Bahkan Humni sendiri, sudut bibirnya sampai berkedut.Awalnya dia mengira dengan dia datang secara pribadi, mengandalkan identitas dan kekuatannya
Secara tidak langsung, kata-kata Humni mengandung ancaman.Dia berharap untuk sementara waktu ini, Ardika bisa tunduk dan melepaskan Yudin.Saat itu tiba, dia sudah bisa menemukan celah untuk menghabisi Ardika!Melihat samar-samar ada niat membunuh yang tersembunyi dalam mata Humni, Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Kamu sangat benar. Aku nggak ingin bertarung mati-matian dengan Keluarga Sudibya hanya karena masalah sepele seperti itu.""Tapi, Tuan Muda Yudin yang bersikeras memperbesar masalah.""Dia meminta anjingnya untuk mengelabui istriku menjalani pemotretan erotis, lalu ingin menyebarkan foto-foto itu ke seluruh pelosok Kota Banyuli. Selain itu, dia juga mengirim orang untuk menghancurkan mobil kesayangan istriku.""Dia bukan hanya nggak menyesali perbuatannya, tapi malah memintaku untuk menyerahkan istriku padanya ....""Karena dia nggak ingin masalah terselesaikan, aku juga nggak keberatan untuk memperbesar masalah."Mendengar Ardika berbicara demikian, Humni masih mengira
"Eh, Ardika sialan, kenapa kamu masih melamun saja? Cepat lepaskan aku, lalu berlutut dengan patuh! Nggak mungkin kamu benar-benar ingin ditembak, 'kan?!"Yudin melontarkan kata-kata itu dengan arogan sambil tersenyum ganas.Dia sudah merencanakan untuk menyiksa Ardika sepuluh kali lipat, bahkan seratus kali lipat lebih parah dibandingkan yang dia alami sekarang."Bam!"Ardika menanggapinya dengan sebuah tendangan tak berbelas kasihan.Tendangan ini langsung mengenai dagu Yudin. Untung saja, lidahnya tidak sampai putus tergigit. Walaupun demikian, Yudin juga sudah kesakitan setengah mati."Apa aku sudah memintamu untuk berbicara?"Ardika menegur Yudin tanpa melirik pria itu, dia melemparkan sorot mata dingin ke arah Pendo."Pak Pendo, beberapa orang yang tergeletak dalam kondisi sekarat di lantai adalah rekan-rekanmu. Kamu sudah tiba di sini cukup lama, tapi kamu sama sekali nggak memedulikan mereka.""Sebaliknya, hanya dengan satu kalimat dari anggota Keluarga Sudibya, kamu malah lang
Seorang wali kota yang belum menginjak usia kepala tiga, hanya dalam kurun waktu dua puluh tahun ke depan saja, sudah bisa menjadi seorang Duta Perbatasan.'Apa mungkin wali kota baru itu adalah pemuda di hadapanku ini?'Pendo tidak berani menebak dengan sembarangan.Namun, saat itu juga, dia tidak berani mempersulit Ardika lagi.Ibarat para dewa melakukan pertarungan sengit, rakyat jelata yang akan menderita.Kalau sampai pada akhirnya dia benar-benar menyinggung wali kota baru itu, maka tamatlah riwayatnya!Bulir-bulir keringat dingin bercucuran di kening Pendo. Diam-diam, dia mengintip Ardika yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan segera menyimpan senjata apinya seolah-olah tidak ada yang terjadi.Kemudian, dia berbalik dan berkata, "Tuan Humni, aku tiba-tiba ada urusan mendadak, aku harus kembali terlebih dahulu, kalian sendiri saja yang tangani masalah ini."Sekarang Pendo hanya ingin menarik dirinya keluar dari permasalahan ini, dia tidak berani menyinggung salah satu pihak
Melihat Pendo yang berlutut di bawah kaki Ardika dengan patuh itu, semua orang yang berada di tempat itu tidak bisa berkata-kata lagi.Pria itu adalah seorang wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli. Walaupun kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa dibandingkan dengan keluarga kaya terkemuka, tetapi dia juga bukanlah orang yang bisa ditundukkan oleh sembarang orang.Namun, pemandangan di luar nalar itu benar-benar terpampang nyata di hadapan mereka.Kalau tidak memiliki latar belakang yang luar biasa, Ardika benar-benar adalah seseorang yang bertindak semena-mena!"Bam!"Ardika langsung menendang Pendo hingga terpental keluar, lalu berkata tanpa melirik pria itu sama sekali, "Pergi sana.""Ayo pergi!"Pendo menyeka bekas darah di sudut bibirnya, lalu segera merangkak bangkit. Dengan dipapah oleh beberapa orang anak buahnya, dia segera pergi meninggalkan tempat itu seperti orang yang sedang melarikan diri.Saat ini, bahkan Humni juga menatap Ardika dengan sorot mata yang serius.Dia a
"Oh? Tokoh besar? Siapa?"Ardika mengangkat alisnya, menatap Humni dengan tatapan penuh minat.Dia merasa sangat menarik.Keluarga Sudibya memang layak disebut sebagai keluarga terpandang, mereka memiliki banyak relasi, ibarat patah satu, tumbuh seribu.Sebelumnya, mereka memanggil Pendo yang merupakan wakil ketua kantor polisi pusat Kota Banyuli kemari. Sekarang, tokoh besar seperti apa lagi yang mereka panggil kemari?Namun, tentu saja Ardika tidak menganggap serius tokoh besar itu.Tidak peduli sebanyak apa pun orang yang datang hari ini, dia akan menyingkirkan mereka semua.Hari ini, dia sudah bertekad untuk menyiksa Yudin di bawah kakinya, menghancurkan harga diri pria itu sepenuhnya!Humni tahu Ardika tidak menganggap serius ucapannya. Dia tertawa dingin dan berkata, "Eh, Ardika, jangan bangga dulu.""Bagi Keluarga Sudibya, orang yang akan datang kemari ini tentu saja bukan apa-apa.""Tapi, di tempat kecil seperti Kota Banyuli ini, dia sudah dapat dipastikan sebagai tokoh besar y
"Tuan siapa, ya?"Tidak tahu apakah karena ucapan Humni enak didengar, atau karena pria itu adalah orang Keluarga Sudibya, Tiano bersikap lebih sopan padanya.Humni menangkupkan tangannya dan berkata, "Namaku Humni, aku adalah ahli bela diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Sudibya.""Ternyata Tuan Humni, ya."Tiano menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku dengar-dengar Tuan Muda Keluarga Sudibya mengalami sedikit masalah. Sebagai tetangga, wajar saja kalau aku datang membantu.""Perkenalkan, ini adalah cucuku, Ponipa Boganta. Ponipa, cepat kemari beri salam kepada tetua."Sambil berbicara, dia memanggil pemuda di belakangnya untuk memberi hormat kepada Humni.Tiano berinisiatif datang membantu, sebenarnya untuk membukakan jalan untuk cucunya.Sekarang dia sudah lanjut usia, dia berinisiatif keluar menunjukkan diri dan membantu orang lain, hanya karena mempertimbangkan masa depan anak cucunya.Humni tahu jelas pemikiran Tiano. Dia bersabar, memuji cucu pria tua itu, "Ponipa adalah anak