"Yah, benar juga, pecundang sepertimu yang nggak berani melawan balik saat dimarahi, mungkin termasuk dalam kelompok submisif.""Jadi, makin seorang wanita memandang rendah kamu, kamu makin terdorong untuk mendekatinya.""Tapi, apa kamu pikir aku akan tertarik dengan pecundang sepertimu? Hanya pria terhormat seperti presdir Grup Susanto Raya yang masuk dalam kriteria pria idamanku.""Ardika, sebaiknya kamu lupakan saja pemikiranmu itu. Kita sudah ditakdirkan bukan berasal dari dunia yang sama."Dengan menunjukkan sikap arogan, Julia terus mengolok-olok Ardika.Sangat jelas dia sedang melampiaskan kekesalannya karena penolakan Jesika tadi pada Ardika."Hmm? Presdir Grup Susanto Raya?"Ardika tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, Julia, aku sarankan padamu untuk melupakan pemikiran itu saja. Presdir Grup Susanto Raya nggak akan tertarik padamu.""Uhuk ... uhuk ...."Jane yang berdiri di samping Julia berdeham pelan, seakan-akan sedang mengingatkan Ardika untu
Setelah menerima laporan tersebut, hati Elsy langsung diliputi tanda tanya.Secara logika, pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan kali ini adalah tugas mereka.Namun, Elsy malah merasakan firasat buruk.Beberapa waktu yang lalu, Jiko yang sedang bersembunyi tanpa terdengar kabar itu, tiba-tiba mengiriminya pesan."Elsy, kalau kamu nggak menyetujui syarat perceraianku, aku akan membuat Grup Bintang Darma bangkrut. Mari kita mulai dari 'hidangan pembuka'. Haha ...."Melalui kata-kata itu, terlihat jelas seberapa arogannya Jiko.Elsy sudah menerima saran dari Ardika untuk menggugat cerai pria biadab itu. Dia memang tidak ingin memedulikan Jiko lagi.Namun, hal yang terjadi setelah dia menerima pesan itu adalah, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan langsung datang melakukan pemeriksaan tanpa memberinya pemberitahuan terlebih dahulu.Menurut laporan dari bawahannya, tim pengawas memberikan pemberitahuan secara dadakan kepada pabrik.Elsy merasa tidak ada hal yang b
"Halo, Pak Gulko."Elsy sedikit jijik melihat sorot mata agresif pria itu. Dengan menahan ketidaknyamannya, dia berjabat dengan pria itu.Saat menyentuh tangan Elsy yang lembut, Gulko seperti enggan melepaskannya lagi.Wanita di hadapannya ini benar-benar cocok dengan kriterianya, dia ingin sekali menikmati tubuh indah wanita itu sekarang juga."Aku sudah lama mendengar tentang Bu Elsy. Aku nggak menyangka ternyata kamu secantik ini.""Selain cantik, kamu juga memimpin perusahaan sebesar ini. Benar-benar seorang wanita yang cantik dan berbakat. Pria mana pun yang bisa memilikimu, benar-benar beruntung."Gulko melontarkan kata-kata itu dengan percaya diri, dia yakin Elsy akan jatuh ke tangannya.Saat ini, hidup dan mati pabrik obat Grup Bintang Darma sudah jatuh ke tangannya.Terlebih lagi, wanita di hadapannya ini memang bukan wanita suci. Setelah menikah dengan Jiko, Elsy tidak tertarik pada suaminya, melainkan menjalin hubungan dengan pria lain.Dia yakin selama dia menggunakan trik-
"Aku nggak menyangka ternyata Pak Gulko nggak suka minum teh. Aku benar-benar minta maaf pada Bapak atas tindakan gegabahku.""Tapi, mengenai produksi pabrik obat kami, aku harap Bapak bisa mempertimbangkannya lagi.""Grup Bintang Darma juga termasuk salah satu dari penyumbang pajak terbesar Kota Banyuli. Sebelumnya, hubungan yang terjalin antara kami dengan instansi pemerintahan selalu baik ...."Sebelum Elsy sempat menyelesaikan kalimatnya, Gulko langsung melambaikan tangan untuk menyela ucapannya."Kamu nggak perlu membicarakan hal-hal nggak penting seperti ini padaku. Kami hanya bertindak sesuai peraturan. Kalau aku mengatakan pabrik kalian nggak memenuhi persyaratan, itu artinya memang nggak memenuhi persyaratan!"Gulko mengucapkan satu kalimat itu dengan seulas senyum dingin tersungging di wajahnya. Kemudian, dia melanjutkan langkahnya dan berjalan keluar dengan secepat kilat.Dia sengaja bertindak seperti ini untuk memberikan tekanan besar kepada Elsy.Elsy menarik napas dalam-d
"Menantu benalu Keluarga Basagita yang berhasil merebut Grup Bintang Darma kembali dengan mengelabui tiga keluarga besar ...."Jiko memperkenalkan Ardika kepada Gulko dengan sederhana, lalu tertawa tajam."Kak Gulko, seharusnya kamu pernah mendengar tentang Luna, istrinya, 'kan?""Wanita itu adalah wanita cantik yang terkenal."Tentu saja Gulko pernah bertemu dengan Luna. Tanpa butuh waktu lama, dia langsung mengingat sosok wanita itu. Dalam sekejap, dia juga terkekeh dan berkata, "Aku kenal wanita itu. Kalau aku juga bisa memainkannya, tentu saja lebih bagus lagi.""Haha ...."Terdengar suara tawa cabul dari kedua sisi telepon.Saat dalam perjalanan kembali ke Grup Bintang Darma, dengan suasana hati kurang baik, Elsy menghubungi Ardika."Halo, Pak Ardika, apa malam ini kamu punya waktu senggang? Bisakah kamu menemaniku menghadiri sebuah acara makan malam?""Acara makan malam apa?"Saat ini, Ardika baru saja berjalan keluar dari gedung Grup Susanto Raya. Dia mengajukan pertanyaan itu d
"Gulko, malam ini kami bisa memanjakan mata kami dengan mengandalkanmu!"Hanya dengan sekali pandang saja, sudah sangat jelas bahwa beberapa orang pria tersebut adalah petinggi dalam instansi pemerintahan. Saat ini, topik pembicaraan mereka hanya fokus pada Gulko.Selain itu, mereka bahkan seperti sengaja menyanjung Gulko, seakan-akan ada sesuatu yang layak mereka takutkan dalam diri pria itu."Haha, menemani makan saja bukan apa-apa. Nanti aku akan meminta wanita itu untuk menemani kalian minum-minum. Aku yakin kalian pasti akan senang!"Saat berbicara, Gulko duduk santai di kursinya dengan menyilangkan kakinya sambil mengisap rokok.Begitu Elsy dan Ardika tiba di depan pintu ruang pribadi, mereka langsung mendengar pembicaraan tersebut. Dalam sekejap, wajah mereka berubah menjadi sedikit muram.Setelah menarik napas dalam-dalam, Elsy mengetuk pintu ruangan dengan lembut, lalu berjalan memasuki ruangan. "Maaf, sudah membuat Pak Gulko menunggu lama.""Oh, Bu Elsy sudah datang, ya. Kamu
"Kalau kamu bisa membuat mereka senang dan membuatku bangga di hadapan rekan-rekanku, sebenarnya masalah perbaikan hanya masalah sepele, dilakukan atau nggak, juga nggak masalah."Setelah mendengar ucapan itu, Ardika mengerutkan keningnya.Apa katanya? Masalah perbaikan hanya masalah sepele? Dilakukan atau nggak, juga nggak masalah? Bukankah itu sama saja dengan Gulko sudah mengakui dia hanya sedang mempersulit Grup Bintang Darma?Semua orang mengetahui hal ini dengan sangat jelas.Namun, karena Gulko berbicara secara blak-blakan seperti itu, itu artinya tingkat arogansi pria itu benar-benar sudah mencapai puncaknya.Sambil berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya, Elsy mengatupkan giginya dengan rapat dan berkata, "Oke, kalau begitu, aku akan bersulang kepada mereka semua."Selesai berbicara, dia bersulang kepada beberapa orang pria itu satu per satu, tentu saja disertai dengan senyuman dan melontarkan kata-kata yang enak didengar.Secara logika, meminta seorang wanita un
"Oke, bocah. Aku menyetujui permintaanmu. Kalau kamu bisa mengalahkan kami semua, aku akan membiarkan pabrik obat kembali beroperasi tanpa berkomentar apa pun lagi."Kemudian, Gulko menyunggingkan seulas senyum jahat dan berkata, "Tapi, kami punya aturan minum-minum sendiri, yaitu nggak boleh mengaku kalah dengan mengatakannya saja.""Hanya ada dua pilihan, yaitu keluar dari pintu ruangan ini dalam kondisi tergeletak atau telentang.""Siapa yang mengaku kalah, orang itu adalah pengecut!"Gulko melontarkan kata-kata itu dengan dingin, sorot matanya juga tampak sangat dingin.Berani-beraninya Ardika memprovokasinya berkali-kali, benar-benar cari mati!Kalau begitu, dia tidak keberatan "menghabisi" bocah itu di sini.Biarpun Ardika tidak mati, juga harus membuat bocah itu minum sampai lambungnya berdarah!Mendengar ucapan dingin Gulko, ekspresi Elsy langsung berubah drastis.Ini bukan hanya sekadar sedang minum-minum, melainkan sedang mempertaruhkan nyawa!Gulko benar-benar orang yang san