“Haruskah aku mempertegasnya lagi?” tanya Raja–dingin. Shinta malah menunjukkan senyum manisnya, walau sebenarnya dia mulai kesal. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku cuma ingin membalas kebaikanmu. Hanya satu malam saja,” bujuk Shinta. “Tidak!” Raja menjawab dengan tegas. “Jika kamu ingin berterima kasih, bersikaplah seperti biasanya.” “Aku nggak berubah kok. Aku hanya merasa nggak tenang kalau aku belum memenuhi hajatku buat mentraktir kamu,” balas Shinta. Shinta sengaja mengulur waktu untuk lebih lama dekat-dekat dengan Raja, karena tujuan sebenarnya agar dilihat oleh sebagian karyawan yang ujung-ujungnya akan menjadi buah bibir di lingkungan perusahaan. Raja memalingkan wajah ke arah lain, menatap seorang security yang kebetulan lewat di tempat itu. “Pak,” panggil Raja, dan seketika security itu menghentikan langkahnya. Security itu menoleh ke arah Raja, “Bapak memanggil saya?” tanyanya memastikan. Raja mengangguk, “Benar, Pak. Kami butuh bantuan Bapak.” Security itu
Melihat Ayyara masih terdiam, Bambang semakin merasa berdosa. Namun, dia tidak punya pilihan lain. “Sebagai gantinya, aku janji akan membantu mencarikan perusahaan besar yang mau berkerja sama dengan Jaya Kosmetik,” ucap Bambang kemudian. Ayyara mengatur napas sambil memejamkan mata sejenak, mencoba bersikap profesional walaupun masih sulit menerima kabar buruk ini. “Segala sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya. Saya minta penjelasan dari Bapak, dengan begitu saya akan menerima keputusan Bapak,” kata Ayyara dengan wajah seriusnya. Masalahnya Bambang tidak bisa berterus terang. Semakin dia sering berhubungan dengan Ayyara, bayang-bayang kejadian 20 tahun silam langsung muncul di hadapannya. Apalagi saat Anton mengintrogasinya kemarin, dia terus kepikiran. “Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, Bu Ayya. Saya menerima jika Bu Ayya ingin menuntut masalah ini melalui jalur hukum,” balas Bambang. Mendengar jawaban itu, alis Ayyara berkedut. Dia justru curiga Bambang terpaksa m
Ayyara senang melihat Bambang datang menemuinya lagi. Dia pikir pria itu sudah mau terbuka dengan masalah yang sedang dihadapi. “Ada apa, Pak?” tanya Ayyara basa-basi. Bambang melangkah mendekat, “Maaf, ponselku ketinggalan,” jawabnya sambil mengambil benda pipih itu di kursi. Bambang langsung berbalik pergi setelah berpamitan kepada pasangan suami istri itu. “Sepertinya Pak Bambang masih was-was,” ucap Ayyara lalu menoleh ke arah sang suami yang berdiri di sampingnya. “menurut Mas kira-kira siapa yang mengancam Pak Bambang?” Raja hanya mengedikkan bahu. Dia sebenarnya merasa kasihan kepada Ayyara yang masih salah persepsi. “Yang jelas orang itu memanfaatkan Pak Bambang untuk balas dendam sama kita,” kata Ayyara. “siapapun orangnya, kita harus membantu Pak Bambang.” “Ara tidak perlu memikirkan masalah ini. Serahkan semuanya padaku,” tanggap Raja sambil mengusap lembut rambut Ayyara. Ayyara menyunggingkan senyuman. Dia percaya Raja bisa menyelesaikan masalah ini dengan mudah. “
[Keputusanku sudah bulat. Saya ingin mengakhiri kerja sama dengan Jaya Kosmetik,] tulis Bambang. Raja yang melihat Ayyara tampak muram, lantas dia pun menyentuh pundak istrinya dan bertanya, “Ada apa, Ara?” Ayyara memberikan ponsel miliknya kepada Raja. “Kita harus segera menemukan siapa yang mengancam Pak Bambang, Mas. Aku yakin dia sedang tertekan dan nggak bisa melawan. Bukan karena Ara nggak ingin kontrak kerja sama ini batal, tapi Ara benar-benar ingin membantu Pak Bambang,” ucap Ayyara. Raja mengerti dengan niat tulus Ayyara, tetapi masalahnya istrinya itu masih belum menyadari bahwa perubahan sikap Bambang disebabkan masalah lain yang lebih rumit. Namun, Raja berujung mengangguk, “Aku janji akan menyelesaikan hari ini juga.” “Makasih ya, Mas,” ucap Ayyara sambil menerima ponsel dari Raja. “Mas, aku mau ganti baju dulu,” imbuhnya kemudian. Raja membalasnya dengan anggukan kecil, “Aku tunggu di sini. Aku mau menghubungi Anton untuk meminta bantuannya.” “Iya, Mas.” Ayyara m
“Jangan banyak alasan. Bukannya kamu tadi–” sindir Ema. “Maaf, saya tadi tidak fokus.” Shinta menyela cepat. “saya janji tidak mengulangi kesalahan yang sama.” Ayyara curiga, kentara jelas kalau Shinta berusaha menutupi sesuatu yang diketahui oleh Ema. Saat Ema hendak berbicara, lagi-lagi suara Shinta keluar terlebih dahulu, “Jika saya mengulangi kesalahan yang sama, saya siap menerima hukuman dari perusahaan.” Ayyara justru semakin curiga. Karena itu, dia pun bertanya kepada Ema, “Apa yang dilakukan Shinta?” “Tadi–” Baru satu kata terucap dari bibir Ema, lagi-lagi Shinta menyelanya. “Aku mengaku salah.” Shinta benar-benar tidak memberi kesempatan untuk Ema berbicara. Dia takut kalau wanita itu benar-benar melihat isi pesan di ponsel miliknya dan membocorkannya kepada Ayyara. “Coba kalau orang bicara jangan dipotong terus.” Ema mulai kesal. “tidak tahu sopan santun sama sekali.” Shinta menundukkan kepala dan menampilkan ekspresi bersalah, “Maaf, Bu. Saya janji kedepannya akan b
Nugraha mengusap kasar wajahnya. Dia memang masih membayar seseorang untuk mencari identitas Raja, tetapi saat ini bukan waktunya untuk memikirkan sang menantu, karena asalah warisan keluarga jauh lebih penting. Dia harus meyakinkan Ayyara untuk menerima warisan tersebut. Dengan begitu dia bisa sedikit menebus dosa-dosanya.***Saat jam istirahat kerja, Raja dan Ayyara memutuskan untuk pergi ke restoran Chinese. Namun, di sebuah lobi mereka berpapasan dengan Shinta.“Ayya? Raja?” sapa Shinta dengan senyum kecil. “Kalian mau ke mana?”“Aku dan Mas Raja mau makan di restoran Chinese,” jawab Ayyara.“Oh gitu. Boleh ikut nggak?” tanya Shinta.Ayyara tak langsung menjawab. Dia hanya ingin makan berdua dengan suaminya, tetapi juga tidak enak hati untuk menolak Shinta.“Boleh,” kata Ayyara akhirnya. Shinta menyengir lebar, “Ngggak, nggak, aku bercanda. Aku nggak mau jadi nyamuk, hehe.” Shinta berpura-pura menunjukkan sisi baiknya, berusaha membodohi Ayyara agar percaya kalau dirinya sudah
‘Jadi kamu yang bermain-main denganku?’ ucap Raja dalam batinnya.Raja melihat sebuah mobil hitam yang biasa dipakai anak buah Bagas sedang terparkir di pinggir jalan. ‘Baiklah, jika itu yang kamu mau!’Raja sebenarnya sangat murka karena insiden rem blong barusan hampir saja mencelakai Ayyara. Dalam benaknya, dia berjanji akan memberi pelajaran kepada Bagas atau siapapun yang telah berniat mencelakai istrinya.***Bagas dan seorang pria tengah berada di sebuah taman di rumah yang cukup luas.Di titik ini juga ada seorang pria bertato datang mendekat. Tentu saja Bagas yang sudah menanti kedatangan pria itu langsung mengulas senyuman seringai di bibir.“Bagaimana? Apakah televisi sudah menayangkan peristiwa kecelakan Ayyara dan suaminya?”“Maaf, Bos. Mereka saat ini bahkan sedang makan di rumah makan,” lapor pria bertato.“Apa?!” Bagas spontan berdiri dengan mata terbelalak sempurna. “Jangan bercanda kamu!”“Maaf, Bos. Tapi itulah kenyataannya.”“Apa?!” Bagas sekali lagi terkejut buk
“Kamu culik Nugraha, dan disaat bersamaan orang-orangku akan beraksi,” jawab Bagas. Jamal manggut-manggut disertai senyuman miring, “Baiklah, Pak. Sekarang juga aku akan menyusun strategi untuk menculik Nugraha.” Bagas menatap Jamal dengan tatapan serius, “Apa rencanamu?” Jamal membalasnya dengan senyuman penuh arti, “Bapak akan melihat kecerdasanku. Aku pastikan tidak ada satu orang pun yang tahu kalau Nugraha telah diculik.” *** Jam istirahat siang. Nugraha memutuskan pergi makan di sebuah restoran. Namun, baru saja tubuhnya mendarat di kursi, seorang pria berpakaian polisi menghampirinya. “Selamat siang, Pak,” sapa polisi itu dengan senyuman ramah. “Siang, Pak,” balas Nugraha. “Mohon maaf, Pak. Kami dari kepolisian membawa surat penangkapan Bapak,” ucap polisi itu sambil menyodorkan sebuah kertas. “kami harap Bapak koperatif dan ikut kami ke kantor polisi.” Nugraha terkejut mendengarnya. Dalam benaknya bertanya-tanya ‘Apa jangan-jangan Pak Anton berubah pikiran dan melapor
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal