"Tidak Dad! Aku menolak perjodohan itu!" tolak Julie lagi.
Julie menolak perjodohan anaknya dengan pria yang baru ditemui ibunya. Latar belakang yang tidak jelas, bahkan status sosial yang tidak mungkin disandingkan dengan anaknya yang seorang CEO muda. Saudara perempuan Julie hanya mentertawakannya, mereka beruntung karena mereka tidak menjadi korban ramalan tidak jelas itu.“Bukan kamu dan suamimu yang menentukannya, tetapi aku, itupun kalau kamu mau menerima setengah harta keluarga Thomson,” ucap Tuan Thomson.“Kalau Kenny tidak mau, biar aku saja yang dijodohkan dengan pria itu Kek,” pinta Dora cepat saat mendengar kakeknya mau memberikan setengah kekayaan keluarga Thomson.“Tidak! Tidak! Aku setuju Kenny menikah dengan pria rendahan itu, tapi pegang janji Daddy,” timpal Julie.Tentu saja Julie menerima perjodohan itu untuk anaknya Kenny, iming-iming yang diberikan daddynya sangat menggiurkan. Harta Thomson tidak akan dilepaskan begitu saja, apalagi diberikan kepada saudara kandungnya. Julie memang terkenal congkak dan juga haus akan harta, beruntung Kenny menuruni sifat Nyonya Thomson.“Mom! Bukankah pendapatku juga penting? Ini hidupku dan aku yang menjalaninya, bagaimana bisa Mommy menerima perjodohan ini hanya karena harta? Aku yakin kalau Mommy mengincar harta kakek saja,” protes Kenny.“Tenang saja, Mommy sudah melihat pria itu, dia tampan, tidak akan membuatmu malu,” balas Julie.Austin masih setia memperhatikan percakapan mereka. Hatinya bimbang, apakah dia harus menerima perjodohan yang mendadak seperti ini? Belum lagi penolakan-penolakan yang disebutkan oleh mereka."Ternyata benar wanita itu yang dimaksud Nyonya Thomson. Cantik, tapi kenapa hati ini merasa takut?" gumam Austin."Maaf Dad, beri kami waktu sebentar untuk berdiskusi," pamit Julie sambil menarik tangan Kenny keluar ruangan."Silahkan," balas Tuan Thomson.Jenifer mambawa Kenny keluar dari ruang keluarga, dia ingin meyakinkan putrinya untuk menerima perjodohan. Kenny terus saja memberontak berusaha melepaskan cengkraman ibunya."Apa yang ingin mereka lakukan?" tanya Austin saat melihat Julie dan Kenny keluar ruangan.Tidak berselang lama, Kenny masuk sambil mengembuskan napasnya dengan sangat berat. Kali ini dia menghampiri neneknya dan merangkul lengan Nyonya Thomson. Berharap sang Nenek menolak permintaan suaminya.“Tidak apa sayang, Austin sangat baik dan ramah, Nenek yakin dia tidak akan mengecewakanmu,” ucap Nyonya Thomson meyakinkan cucunya sambil menepuk-nepuk tangan cucunya.“Apa yang kau takutkan sayang? Peramal itu bilang, siapa saja yang menikahinya akan hidup bahagia tanpa kekurangan apapun, percaya saja dengan keputusan Kakek,” ucap Tuan Thomson.Semua anak dan cucunya memandang iri pada Kenny, kali ini Kenny sudah dipastikan akan mendapatkan setengah dari kekayaan Thomson Company. Mereka tidak suka dengan keputusan orangtuanya, orangtuanya terlalu membanding-bandingkan Kenny dengan anak-anak mereka.“Baiklah kalau begitu, aku akan bicarakan ini dengan Austin, kalau dia setuju maka pernikahan akan kita gelar seminggu lagi,” ucap Nyonya Thomson.“Apa! Seminggu lagi! Apakah itu tidak terlalu cepat Nek? Aku saja belum pernah melihat wajahnya,” timpal Kenny dengan wajah keterkejutannya.“Semakin cepat maka semakin baik,” ucap Tuan Thomson.Nyonya Thomson merasa sangat bahagia sekali, bahkan setelah mendengar perkataan suaminya dia pamit untuk memanggil Austin di kamarnya, dan mengajaknya berkumpul di ruang keluarga. Austin melihat itu semua dan dia bergegas masuk ke dalam kamarnya, ia tidak mau dianggap lancang oleh penolongnya.Tokk, tokk, tokk“Austin, ini aku, apakah kamu sedang tidur?” tanya Nyonya Thomson sambil mengetuk pintu kamar Austin.Ceklekk“Tidak nek, aku tidak tidur,” jawab Austin setelah membuka pintu, dia masih menggunakan pakaian lusuh karena belum sempat membersihkan tubuhnya. Waktunya terbuang karena menguping pembicaraan keluarga Thomson.“Kenapa kamu masih memakai pakaian ini?” tanya Nyonya Thomson.“Maaf nek, aku tidak memiliki pakaian lain,” balasnya seraya menundukkan kepala, tangannya juga tidak lepas melinting ujung pakaian yang dikenakannya.“Di kamar ini ada pakaian pria, kamu bisa memakainya. Bersihkan dirimu dan gantilah pakaianmu, lalu turun ke ruang keluarga, ada yang ingin kami sampaikan.“Mendengar perintah Nyonya Thomson, Austin langsung mengiyakannya dan masuk kembali ke dalam kamarnya. Nyonya Thomson langsung turun ke bawah menunggu kehadiran Austin, begitu juga dengan Tuan Thomson dan yang lainnya. Mereka sangat penasaran seperti apa wajah pria yang akan membuat Kenny memiliki setengah kekakayaan Thomson.Begitu Austin turun, semua mata memandang kagum kepadanya. Wajahnya yang tampan, serta pakaian yang rapi membuatnya semakin rupawan. Tapi sayang, saat mereka mengingat Austin hanya dipungut dari jalan, mereka langsung memalingkan wajahnya.“Tampan sih, tapi sayang gembel!” ucap Dora dengan wajah congkaknya.“Wah… tampan sekali calon cucu mantuku,” puji Tuan Thomson.Austin hanya tersenyum menerima pujian dari Tuan Thomson, dia membungkukkan tubuhnya memberikan hormat pada anggota keluarga lainnya. Nyonya Thomson yang sedang berbahagia langsung menyuruhnya duduk di samping Kenny. Kenny tidak mengeluarkan ekspesi apapun, pria tampan sudah banyak ditemuinya, bahkan dia sering menolak ajakan dari para pria yang menyukainya.“Pasti kamu bingung kenapa aku suruh ke sini? Perkenalkan, ini semua adalah anggota keluargamu yang baru,” ucap Nyonya Thomson memperkenalkan anggota keluarganya.“Perkenalkan, aku suami dari wanita yang membawamu ke sini. Apakah kamu memliki keluarga lain atau kamu hanya seorang diri di dunia ini?” tanya Tuan Thomson.“Aku tidak memiliki keluarga Tuan,” balas Austin dengan tubuh bergetar karena pertanyaan itu mengingatkannya pada keluarga yang baru saja tiada karena kekuatannya.“Tidak masalah, sekarang kami adalah keluargamu, panggil aku Kakek sama seperti yang lainnya,” pinta Tuan Thomson.Austin langsung memandang wajah Tuan Thomson dan memberikan senyumannya. Dia merasa bahagia dengan kebaikan dari pasangan tua ini. Kenny melihat senyuman Austin langsung tersihir dan ikut tersenyum. Nyonya Thomson melihat mereka bertukar senyum dan itu membuatnya bahagia. Tapi sayang, tidak dengan Julie, dia malah memandang sinis ke arah Austin. Dia menerima perjodohan ini dengan sangat terpaksa, jika bukan karena harta Thomson, pasti dia akan menolaknya dengan sangat keras.“Aku senang kamu ada di sini, apakah kamu mau menjadi bagian dari keluarga Thomson?” tanya Nyonya Thomson.“Tentu saja jika di izinkan,” jawab Austin.“Tentu kami mengizinkannya, tetapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?” tanya Austin berpura-pura tidak mengetahui niat mereka yang sebenarnya.“Kamu harus menikahi cucuku Kenny. Kalau kamu setuju, pernikahan akan kami laksanakan seminggu lagi,” balas Nyonya Thomson dengan sangat bahagia.“Kenny?” tanya Austin dengan kepura-puraannya, padahal ia sudah mengetahui siapa wanita yang akan dijodohkan padanya.“Iya! Anakku! Anak satu-satunya yang aku punya, kenapa?! Kamu tidak mau menikah dengan wanita cantik dan memiliki karir seperti anakku?!” timpal Julie dengan nada ketusnya.Austin paham siapa Kenny yang akan dinikahinya, wanita itu adalah wanita yang membalas senyumannya.“Tidak nek, aku tidak berani menolaknya, kalian sudah terlalu baik mau menampungku, bagaimana bisa aku mengecewakan kalian?” balas Austin.“Bagus kalau begitu! Sadar diri juga kamu!”“Bicara yang sopan Julie! Dia juga akan menjadi anggota keluarga kita.""Maaf, Dad."Julie langsung bungkam tidak bersuara lagi, begitupun dengan anggota keluarga yang lainnya. Mereka tidak bisa merendahkan Austin di hadapan ketua keluarga Thomson, mereka semua tidak mau menjadi sasaran kemarahan pria tua yang selalu berkuasa di keluarga itu. “Terima kasih karena kamu mau menikahi Kenny, aku sangat senang sekali. Aku yakin kamu adalah pria yang baik,” timpal Nyonya Thomson sambil menggenggam tangan Austin. “Tidak nek, aku yang seharusnya berterima kasih, kalian sudah berbaik hati menerimaku di keluarga ini.” Semua anak dan cucu keluarga Thomson harus menerima keputusan ini, meskipun dengan berat hati. Mereka semua pasti akan bersatu, untuk menjatuhkan Kenny, dan melengserkannya dari Thomson Company. Setelah semua pembahasan tentang pernikahan terselesaikan, mereka semua pulang ke kediaman masing-masing, begitupun dengan Kenny dan Julie. *** Hari pernikahan akhirnya tiba, semua orang bersuka cita, tetapi tidak dengan Julie dan saudara lainnya. Mereka
"Kenapa diam? Benarkan apa yang aku katakan?" ucap Julie lagi sambil berkacak pinggang. Hati Austin seperti sedang disayat ribuan silet tak kasat mata saat menerima hinaan dari mertuanya. Bahkan saat Julie menghinanya Kenny tidak perduli, dan dia dengan acuh masuk ke dalam rumah. Julie yang sudah puas menghina Austin langsung masuk bersama dengan suaminya. Austin merasa bingung, ia hanya duduk di teras rumah sambil memeluk tasnya. Austin merasa tidak diterima di rumah sehingga ia tidak berani melangkah masuk. Hampir satu jam Austin duduk dan berdiam diri di teras, hingga Kenny datang dan menyuruhnya masuk ke dalam rumah. “Kenapa kau tidak masuk?” tanya Kenny, tangannya terlipat di dada sambil menatap wajah suami barunya. “Aku merasa kalian tidak menerimaku, aku takut melangkah masuk dan membuat ibumu marah. Aku juga tidak tahu harus meletakkan barangku di mana.” “Ayo ikut aku." Austin menerima ajakan Kenny dan mengikutinya dari belakang. Kali ini Kenny tidak berkomentar apapun sa
"I-iya Nyonya," balas Auztin kaku. Ibu mertuanya selalu menatapnya dengan tatapan permusuhan, Austin sudah biasa melihat tatapan permusuhan seperti itu dari para keluarganya dulu. Austin meneguk air liurnya saat bentakan demi bentakan terlontar dari bibir Julie. 'Kenapa sikapnya sangat berbeda sekali dengan Nyonya Thomson? Padahal Nyonya Thomson wanita yang sangat lembut,' batinnya. Melihat Austin terdiam membuat Julie merasa geram. "Kenapa memandangku seperti itu?! Pasti kamu sedang memakiku di dalam hatimu 'kan?!" bentak Jenifer lagi. Austin terkejut saat wajahnya dituding oleh Ibu mertuanya. Tanpa ia sadari, kakinya mengambil langkah mudur dan tidak sengaja menjatuhkan vas bunga yang ada di belakangnya. Pecahan vas bunga mengalihkan perhatian Julie, matanya membola saat vas bunga kesayangannya dipecahkan oleh menantu yang tak diharapkan. "Vas kesayanganku! Kamu! Kamu pria pembawa sial! Kamu lihat vas ini, vas ini adalah vas kesayanganku dan kamu tidak akan bisa menggantinya seu
'Oh tidak,' batin Austin, ia mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir istrinya. Austin berusaha mengenyahkan kemarahan yang saat ini melingkupi hati. Ia memejamkan mata, berusaha mengontrol kekuatannya. Tanpa ia inginkan, senyuman Kenny saat di kediaman Nyonya Thomson terlintas dalam ingatannya, sontak ia pun tersenyum saat mengingat itu. Api yang tadi keluar sudah diserap kembali oleh telapak tangannya. Saat Austin membuka matanya, ternyata Kenny sudah ada di hadapannya. 'Semoga dia tidak melihat api tadi,' harapnya dalam hati. "Sinar apa tadi?" tanya Kenny lagi karena tidak mendapat jawaban dari Austin. "Sinar apa?" balas Austin pura-pura tidak tahu sinar apa yang dilihat istrinya. "Aku melihat sinar merah seperti cahaya api, atau aku salah melihat?" tanya Kenny bingung. "Mungkin hanya perasaanmu saja, atau kamu sedang bermimpi," balas Austin sambil tersenyum. "Aku yakin, aku tidak bermimpi, atau memang benar aku bermimpi?" gumam Kenny sambil berjalan lagi ke ranjangnya,
"Mencuci pakaian," balas Austin singkat. "Bodoh! Bukan seperti ini jika mencuci, menantu sampah yang sia-sia, mencuci saja tidak bisa!" bentak Julie. Austin merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Ibu mertuanya, ia merasa sudah benar mencuci pakaian tersebut. Tapi saat pandangannya melihat ke bawah, ia terkejut saat melihat begitu banyak busa yang keluar dari sela mesin cuci. "Berapa banyak detergent yang kau tuangkan? Kalau seperti ini rusak semua pakaianku! Dasar pria tidak berguna!" maki Julie. Austin terdiam, ia memang merasa salah dan tidak berguna. Berulang kali Austin memohon maaf pada Ibu mertuanya. Ia juga berulang kali membungkukkan tubuhnya di hadapan Julie. Julie memiliki hati yang keras, dan tidak bisa menerima permohonan maaf menantunya. Justru Julie memukul-mukul kepala Austin sambil terus memakinya. "Bodoh! Dasar bodoh! Pagiku kacau karena pria bodoh sepertimu," maki Julie sambil terus memukulinya dengan botol detergent. Kehebohan yang dibuat Julie tertang
"Apa yang terjadi Mom?" tanya Kenny. Aktivitasnya terusik karena teriakan Austin. Austin berjongkok dengan memeluk erat kedua kakinya, kepalanya pun ditundukkan. "Aku mohon matikan itu! Matikan itu!" teriak Austin histeris. Kenny bingung dengan ketakutan suaminya, ia menoleh pada ibunya, mananyakan maksud Austin dengan mengangkat dagu. "Tanya saja pada pria gila itu! Dia berteriak histeris setelah aku mematik api," balas Julie. Kenny paham dengan ketakutan suaminya, dia mematikan kompor, lalu pergi begitu saja meninggalkan Austin yang sedang dilingkupi rasa ketakutan. Julie memandang hina menantunya, ia menarik tangan Austin hingga kaki berdiri dengan kokoh. "Benar-benar menantu tidak berguna, hanya api kecil saja kamu takut," gumam Julie sambil memandang Austin. Austin masih terpaku di tempatnya, matanya melihat kompor yang sudah dimatikan oleh Kenny. Ia bernapas lega, meski hanya kecil, tapi api mampu mengingatkannya pada kejadian malam naas itu. Tentu saja Julie dan Kenny tida
"Bukan urusanmu!" balas Julie. Edward mengejar langakah istrinya, ia tidak tega melihat Austin diseret paksa layaknya hewan. Sedangkan Kenny, ia hanya melihat perbuatan sang Ibu tanpa ada niat ingin membantu. "Lepaskan! Semakin lama sikapmu semakin menjadi saja," ucap Edward. "Apa perdulimu? Jangan ikut campur urusanku, cukup tahu diri saja karena kau hidup dari belas kasihku. Kau dan dia sama-sama tidak berguna," balas Julie. Kenny menggelengkan kepala melihat sikap ibunya, sedangkan Edward mengepalkan tangannya, nampak jelas kemarahan dalam dirinya. Lagi-lagi Austin menggelengkan kepala pada Ayah mertuanya untuk mencegah keributan lebih dalam lagi. Tanpa menghiraukan suaminya, Julie menarik tangan Austin dan memasukkannya ke dalam mobil. "Kita mau ke mana Nyonya?" tanya Austin. "Jalan Pak!" ucap Julie pada supir yang ada di hadapannya tanpa menjawab pertanyaan Austin. "Kita mau ke mana Nyonya?" tanya sang supir sambil melihat dari kaca spion dalam. "Tidak usah banyak tanya
"Benar, dia Tuan muda Austin, cepat alihkan mobil Tuan Robet, jangan sampai dia melihat Tuan muda Austin! Jika ia melihatnya pasti kita juga terkena hukuman," ucap pengawal Robert yang dulu membantu Austin. Robert hanya mendapat kabar dari pengawalnya jika mereka sudah berhasil membuang Austin ke jurang. Dan Robert mempercayai itu semua. Pengawal itu mengemudikan mobil mendahului kendaraan pengawal yang ada di hadapannya. Begitu sampai di samping mobil Robert, mereka memelankan laju kendaraannya, berusaha menutupi pandangan Robert agar tidak melihat Austin. Jantung kedua pengawal itu berdetak tak menentu, mereka juga takut akan kemarahan Robert yang terkenal kejam pada bawahannya. Rupanya Austin meyadari pemilik kendaraan yang melintas, lalu menyembunyikan diri di balik batang pohon. Ia tidak mau tertangkap oleh pamannya dan berakhir meregang nyawa. Kali ini ia tidak ingin mati, ia ingin menjalani kehidupan barunya meski terasa berat. "Beruntung Tuan muda Austin bersembunyi," gumam