Share

BAB 8

Penulis: Nuraselina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Oh tidak,' batin Austin, ia mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir istrinya.

Austin berusaha mengenyahkan kemarahan yang saat ini melingkupi hati. Ia memejamkan mata, berusaha mengontrol kekuatannya. Tanpa ia inginkan, senyuman Kenny saat di kediaman Nyonya Thomson terlintas dalam ingatannya, sontak ia pun tersenyum saat mengingat itu. Api yang tadi keluar sudah diserap kembali oleh telapak tangannya.

Saat Austin membuka matanya, ternyata Kenny sudah ada di hadapannya. 'Semoga dia tidak melihat api tadi,' harapnya dalam hati.

"Sinar apa tadi?" tanya Kenny lagi karena tidak mendapat jawaban dari Austin.

"Sinar apa?" balas Austin pura-pura tidak tahu sinar apa yang dilihat istrinya.

"Aku melihat sinar merah seperti cahaya api, atau aku salah melihat?" tanya Kenny bingung.

"Mungkin hanya perasaanmu saja, atau kamu sedang bermimpi," balas Austin sambil tersenyum.

"Aku yakin, aku tidak bermimpi, atau memang benar aku bermimpi?" gumam Kenny sambil berjalan lagi ke ranjangnya, tangannya pun tidak tinggal diam, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena kebingungan yang ia rasakan.

Austin melihat punggung Kenny yang menjauh, ia tersenyum melihat istrinya kebingungan. Ia juga merasa lega karena Kenny tidak melihat kekuatan yang dimilikinya.

'Aku tidak boleh terbawa emosi, jika tidak, keluarga ini yang akan menjadi korbannya,' ucapnya dalam hati.

Austin mengikuti langkah istrinya dari belakang, ia berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya. Kenny pun sama, ia telah merebahkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut. Austin melihat punggung istrinya sambil tersenyum senang.

'Ternyata senyummu mampu mengalihkan emosiku,' batinnya sambil tersenyum.

Austin mencoba untuk meraih alam mimpi sama seperti yang dilakukan Kenny. Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia sudah terlelap.

***

"Mana pria itu?!" tanya Julie dengan berteriak, ia memasuki kamar mereka dengan menghentakkan kaki.

Kenny dan Austin yang masih tertidur terkejut mendengar teriakan Julie, sontak mereka bangun dan menatap wajah Julie.

"Bagus kalau kamu tahu diri tidak tidur dengan putriku! Pria malas! Sudah jam segini masih tidur, bangun kamu!" teriak Julie lagi.

Kenny menggelengkan kepala melihat sikap ibunya pada Austin, tapi ia mengacuhkannya, tidak membela Austin ataupun menegur ibunya. Kenny berjalan dengan gontai menuju kamar mandi. Sedangkan Austin langsung berdiri tegap hingga selimutnya terjatuh ke lantai.

"I-iya Nyonya," balas Austin.

"Bersihkan rumah, jangan menganggap dirimu Tuan di sini. Pembantu di rumah ini sudah aku pecat dan kamu yang menggantikannya," ucap Julie lagi dengan congkak.

Austin menganggukkan kepalanya meski ragu, ia tidak menyangka jika ia dijadikan pembantu di rumah ini. Julie melempar pakaian kotor yang ada di tangannya hingga berhamburan di hadapan Austin. Karena tidak siap, Austin tidak bisa menangkap cucian kotor yang baru saja dilempar Julie.

"Cuci itu sampai bersih!" perintah Julie lalu pergi meninggalkan Austin dengan segala kebingungannya.

Austin memunguti pakaian kotor yang ada di lantai, lalu membawanya ke ruang cuci. Austin melihat beberapa mesin cuci, ia berdiri memandangi mesin yang ada di hadapannya.

"Bagaimana cara menggunakannya?" tanya Austin pada diri sendiri.

Selama ini ia selalu dilayani oleh maid yang ada di kediaman Jacob. Ia sama sekali tidak pernah menyentuh pekerjaan selama hidupnya. Ia diperlakukan spesial layaknya pangeran yang selalu diberikan fasilitas untuk mempermudah hidupnya.

Lama memandangi mesin cuci yang ada di hadapannya, tapi ia masih belum menemukan cara untuk mengoperasikannya. Matanya beralih pada tumpukan datergent dan pelembut yang ada di etalase.

"Ini untuk apa?" gumamnya lagi sambil memegang satu botol detergent.

Austin memutar-mutar botol itu mencari tahu apa kegunaannya. Setelah ia mengetahuinya, ia langsung menuangkan detergent itu ke dalam mesin cuci. Dilihatnya banyak tombol di bagian atas mesin cuci, ia memencet asal beberapa tombol, tapi mesin cuci masih belum menunjukkan kinerjanya.

"Pantas tidak hidup, aku belum menyambungkan listriknya," gumamnya saat melihat sambungan listrik.

Austin menyambungkan listrik dan memasukkan semua pakaian yang ada di tangannya ke dalam mesin cuci.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kurnia S Kotah
saya suka cerita nya
goodnovel comment avatar
Supriyono Susanto
bagus banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 9

    "Mencuci pakaian," balas Austin singkat. "Bodoh! Bukan seperti ini jika mencuci, menantu sampah yang sia-sia, mencuci saja tidak bisa!" bentak Julie. Austin merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Ibu mertuanya, ia merasa sudah benar mencuci pakaian tersebut. Tapi saat pandangannya melihat ke bawah, ia terkejut saat melihat begitu banyak busa yang keluar dari sela mesin cuci. "Berapa banyak detergent yang kau tuangkan? Kalau seperti ini rusak semua pakaianku! Dasar pria tidak berguna!" maki Julie. Austin terdiam, ia memang merasa salah dan tidak berguna. Berulang kali Austin memohon maaf pada Ibu mertuanya. Ia juga berulang kali membungkukkan tubuhnya di hadapan Julie. Julie memiliki hati yang keras, dan tidak bisa menerima permohonan maaf menantunya. Justru Julie memukul-mukul kepala Austin sambil terus memakinya. "Bodoh! Dasar bodoh! Pagiku kacau karena pria bodoh sepertimu," maki Julie sambil terus memukulinya dengan botol detergent. Kehebohan yang dibuat Julie tertang

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 10

    "Apa yang terjadi Mom?" tanya Kenny. Aktivitasnya terusik karena teriakan Austin. Austin berjongkok dengan memeluk erat kedua kakinya, kepalanya pun ditundukkan. "Aku mohon matikan itu! Matikan itu!" teriak Austin histeris. Kenny bingung dengan ketakutan suaminya, ia menoleh pada ibunya, mananyakan maksud Austin dengan mengangkat dagu. "Tanya saja pada pria gila itu! Dia berteriak histeris setelah aku mematik api," balas Julie. Kenny paham dengan ketakutan suaminya, dia mematikan kompor, lalu pergi begitu saja meninggalkan Austin yang sedang dilingkupi rasa ketakutan. Julie memandang hina menantunya, ia menarik tangan Austin hingga kaki berdiri dengan kokoh. "Benar-benar menantu tidak berguna, hanya api kecil saja kamu takut," gumam Julie sambil memandang Austin. Austin masih terpaku di tempatnya, matanya melihat kompor yang sudah dimatikan oleh Kenny. Ia bernapas lega, meski hanya kecil, tapi api mampu mengingatkannya pada kejadian malam naas itu. Tentu saja Julie dan Kenny tida

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 11

    "Bukan urusanmu!" balas Julie. Edward mengejar langakah istrinya, ia tidak tega melihat Austin diseret paksa layaknya hewan. Sedangkan Kenny, ia hanya melihat perbuatan sang Ibu tanpa ada niat ingin membantu. "Lepaskan! Semakin lama sikapmu semakin menjadi saja," ucap Edward. "Apa perdulimu? Jangan ikut campur urusanku, cukup tahu diri saja karena kau hidup dari belas kasihku. Kau dan dia sama-sama tidak berguna," balas Julie. Kenny menggelengkan kepala melihat sikap ibunya, sedangkan Edward mengepalkan tangannya, nampak jelas kemarahan dalam dirinya. Lagi-lagi Austin menggelengkan kepala pada Ayah mertuanya untuk mencegah keributan lebih dalam lagi. Tanpa menghiraukan suaminya, Julie menarik tangan Austin dan memasukkannya ke dalam mobil. "Kita mau ke mana Nyonya?" tanya Austin. "Jalan Pak!" ucap Julie pada supir yang ada di hadapannya tanpa menjawab pertanyaan Austin. "Kita mau ke mana Nyonya?" tanya sang supir sambil melihat dari kaca spion dalam. "Tidak usah banyak tanya

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 12

    "Benar, dia Tuan muda Austin, cepat alihkan mobil Tuan Robet, jangan sampai dia melihat Tuan muda Austin! Jika ia melihatnya pasti kita juga terkena hukuman," ucap pengawal Robert yang dulu membantu Austin. Robert hanya mendapat kabar dari pengawalnya jika mereka sudah berhasil membuang Austin ke jurang. Dan Robert mempercayai itu semua. Pengawal itu mengemudikan mobil mendahului kendaraan pengawal yang ada di hadapannya. Begitu sampai di samping mobil Robert, mereka memelankan laju kendaraannya, berusaha menutupi pandangan Robert agar tidak melihat Austin. Jantung kedua pengawal itu berdetak tak menentu, mereka juga takut akan kemarahan Robert yang terkenal kejam pada bawahannya. Rupanya Austin meyadari pemilik kendaraan yang melintas, lalu menyembunyikan diri di balik batang pohon. Ia tidak mau tertangkap oleh pamannya dan berakhir meregang nyawa. Kali ini ia tidak ingin mati, ia ingin menjalani kehidupan barunya meski terasa berat. "Beruntung Tuan muda Austin bersembunyi," gumam

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 13

    "Untuk apa dia di sini?" gumam pria itu lagi. Pria tua itu menghampiri Austin dengan langkah pendekknya, ia berjalan dengan bantuan tongkat tua yang selalu setia menemainya di hari tua. Matanya tidak lepas memandangi cucu menantunya. Ia heran, mengapa Austin bisa ada di desa terpencil seperti ini? "Austin, mengapa kau bisa berada di sini nak?" tanya Tuan Thomson. Austin terkejut melihat sosok tua yang ia kenal, Austin pun menghela napas lega karena dipertemukan dengan Tuan Thomson. "Tadinya aku sedang mencari pekerjaan, Kek. Tapi aku tersesat dan aku senang melihat mereka semua menjaring ikan itu," balas Austin berbohong. Tuan Thomson melihat pemandangan yang baru saja Austin sebutkan, ia juga merasa senang dengan apa yang ia lihat. Kebahagiaan terukir di wajah warga desa, tidak sedikit warga yang datang untuk menjaring ikan di danau itu. "Tuhan memberkati mereka dengan rezeki yang melimpah, tidak biasanya bongkahan es di kawasan ini bisa mencair dengan tiba-tiba," ucap Tuan Tho

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 14

    "Maaf Tuan, di depan ada rombongan keluarga Jacob," balas supir. "Baiklah, tunggu saja, jangan membuat masalah dengan keluarga Jacob," ucap Tuan Thomson. Austin mengerenyitkan kening saat nama keluarganya disebut, jantungnya pun berdetak tak menentu. Pandangannya mencari rombongan yang dimaksud. Ia tahu jika pamannya memiliki sifat kejam, tapi ia tidak menyangka kekejaman itu bahkan sampai ke negara luar. "Kenapa kau seperti ketakutan?" tanya Tuan Thomson. "Tidak Kek, aku hanya takjub saja melihat rombongan di depan," balas Austin berbohong. Beruntung rombongan Jacob berada di depannya hingga tidak memungkinkan Robert melihat dirinya. Kelegaan kian terasa saat rombongan yang ada di hadapannya menghilang. Begitu juga dengan Tuan Thomson. Meski keluarga Thomson menduduki peringkat pertama di negaranya, mereka tak akan bisa menandingi keluarga Jacob. Robert terkenal dengan kekejamannya saat berbisnis, hingga siapa saja pasti akan tunduk pada perintahnya. Berbeda dengan sang kakek,

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 15

    "Pemuda siapa yang kau maksud?" "Wilson, putra Robert Jacob," balas Nyonya Thomson. Austin membeku di tempat saat mendengar nama sepupunya disebut, ia tidak menyangka Wilson berkunjung ke kediaman keluarga Thomson. 'Apakah Wilson sudah mengetahui keberadaanku?' batin Austin. Bukan hanya Austin yang membeku mendengar kabar kedatangan Wilson Jacob. Tuan Thomson juga sama terkejutnya saat mendengar nama keluarga yang sangat ia hindari berkunjung langsung ke kediamannya. "Apa yang ia katakan?" tanya Tuan Thomson. "Seperti biasa, mereka menginginkan Kenny," balas Nyonya Thomson. Tanpa Austin ketahui, selama ini Wilson sudah mengincar Kenny untuk dijadikan istrinya. Tapi Kenny terus menolak keinginan Wilson, beruntungnya, Wilson benar-benar mencintainya, hingga Wilson tak ada niat sedikit pun untuk menyakiti Kenny dan keluarganya. Austin terkejut saat mendegar perkataan Nyonya Thomson, ia memikirkan bagaimana cara menjauhkan diri dari keluarganya? Meski ia memiliki kekuatan untuk mel

  • Menantu Hina Yang Dihormati   BAB 16

    "Tentu saja aku memperlakukannya dengan baik, bukankah begitu Austin?" Julie masuk ke dalam rumah, ia langsung menjawab pertanyaan Tuan Thomson sebelum Austin membuka suara. Ia takut Austin mengatakan apa yang ia perbuat pagi tadi. Julie tidak mau membuat orangtuanya marah dan menarik kembali harta yang sudah diberikan. "Benarkah begitu, Nak?" tanya Nyonya Thomson tak percaya pada perkataan putrinya, ia sangat paham bagaimana watak Julie selama ini. Julie duduk di samping Austin, ia menatap Austin dengan tatapan tajam, tapi tatapan itu tersamarkan dengan senyum yang ia berikan. Julie mendekati tubuh menantunya, lalu mencubit pinggang Austin untuk memperingatinya. "T-tentu Nek, Momy sangat baik dan perhatian padaku," balas Austin sambil menggeser tubuhnya menjauh dari Julie. "Bagus jika memang seperti itu, aku harap kau memperlakukan menantumu dengan baik, jangan sampai kau menyesali perbuatanmu nanti," ucap Nyonya Thomson memperingati putrinya, "Tentu saja Mom," balas Julie samb

Bab terbaru

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 58 (Tamat)

    "Semoga dia sudah tiada, aku ingin hidup dengan damai bersamamu dan juga putra kita," ucap Kenny penuh harap. Kenny membiarkan suaminya untuk beristirahat, sedangkan ia menunggu dengan tenang di dalam ruangan itu. Edward mulai membantu para pengawal untuk merapikan kota. Begitu juga dengan Tuan Arthur dan Peter. Meski kerusakan terlalu parah di Madripoor city, tapi mereka bisa mengendalikannya. Belum lagi kekayaan Nick yang sudah terendus oleh Tuan Arthur dan juga Peter. Keduanya mengambil alih semua perusahaan juga aset, lalu menjualnya atas persetujuan pemerintah setempat. Selama ini Nick dan juga putranya bersembunyi di perbatasan kota dengan penyamaran. Bahkan perusahaan besar atas nama Palmer bisa berdiri dengan megah tanpa terendus oleh Tuan Arthur dan pengawalnya. Keduanya menjadikan kekayaan Nick untuk memperbaiki kota, memberikan santunan pada para keluarga yang terluka juga berduka. Membangun kembali tata kota yang telah dihancurkan oleh Nick Perneco. "Pantas saja dia bi

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 57

    "Tenanglah sayang, suamimu pasti akan selamat. Tuhan pasti akan membantunya," ucap Julie. Julie meraih tubuh anaknya dan menuntunnya ke bangku panjang di depan ruang tindakan. Kenny masih saja menangis dan terisak di dalam dekapan sang Ibu. Membuat Tuan Edward pun merasakan kesedihannya. Hingga tak berselang waktu lama Nyonya Aldrik keluar dengan tersenyum. Ia menghampiri Kenny dan memeluknya. "Tenanglah sayang, suamimu baik-baik saja. Dia hanya pingsan karena energinya terkuras habis. Lebih baik kita bawa suamimu ke ruang rawat sekarang," ucap Nyonya Aldrik menenangkan Kenny. "Benarkah Nyonya?" tanya Kenny sambil menghapus air matanya. "Untuk apa aku berbohong, sekarang para perawat sedang bersiap untuk membawa suamimu ke ruang rawat. Mintalah para pengawalmu untuk mengambil pakaian ganti," balas Nyonya Aldrik yang membuat hati Kenny, Julie juga Tuan Edward merasa lega. "Syukurlah, tidak ada yang harus kita cemaskan. Aku sudah panik saat melihatnya mengeluarkan banyak darah. Ak

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 56

    "Sudah saatnya kau menyusul putramu," ucap Austin. "Kau membunuh putraku?! Berengsek!" maki Nick dengan tatapan penuh amarah. "Mungkin sekarang dia sudah merengang nyawa karena kekejaman pasukanku," ucap Austin sambil menyeringai. "Berengsek! Kau yang harus mati lebih dulu!" Nick langsung berdiri, memusatkan perhatiannya pada Austin lalu mengeluarkan tembakan api yang sangat luar biasa. Austin yang sudah memokuskan kekuatan juga pikirannya melompat tinggi ke udara untuk menghindari serangan Nick. Tanpa menunggu lama Austin langsung menggerakkan tongkat naga di tangannya. Serangannya tepat sasaran, kekuatan yang ia keluarkan membuat Nick tak berkutik. Belenggu darah yang ia keluarkan sama deperti Palmer saat ia menangkapnya. "Berengsek! Kekuatan apa ini?" tanya Nick terkejut dan terus berusaha melepas belenggu benang darah yang melilit tubuhnya. "Bergeraklah terus dan kau akan menyusul kematian putramu," balas Austin terkekeh. "Tapi tenang saja, aku tak akan memberimu kematian y

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 55

    "Bersiaga!" perintah Austin saat melihat rombongan Perneco mulai memasuki hutan. Tuan Edwar memberikan keamanan CCTV di dekat markasnya. Semua itu untuk berjaga jika ada penyusup datang, bahkan alarm pendeteksi pun telah ia pasang untuk memberikan peringatan pada pasaukannya untuk bersiap. "Terima kasih karena kau telah mengantar nyawamu sendiri ke sini," gumam Austin sambil melihat layar yang ada di hadapannya. Pria tampan nan gagah itu turun dan menunggu Nick di gerbang markas. Ia tak akan membiarkan Nick dan pasukannya memasuki markas, apalagi menghancurkannya. Niatnya hanya menggiring Nick ke padang gersang dan membunuhnya tanpa menumbulkan kekacauan lebih. "Dad, lebih baik siagakan pasukan di depan markas. Sisakan untuk berjaga di dalam. Aku akan memastikan untuk menggiring Nick ke padang gersang," pinta Austin. "Kau tenang saja, pasukanku akan menahan mereka di sini. Kau fokus saja dengan misimu, habisi pria berengsek itu agar tak menjadi racun di kehidupan Max nanti," bala

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 54

    "Apa maksudmu?" tanya Palmer takut.Ia menatap ngeri pada Austin yang kini sudah ada di hadapannya. Austin menyeringai puas melihat ketakutan Palmer, ia menjulurkan tangannya hendak meraih wajah Palmer. Tapi pria itu lebih dulu meludahi wajah Austin, hingga tanpa sadar Austin mencekik dan membuat kekuatannya keluar begitu saja."Aaa!...." erangan kesakitan terdengar di pendengaran yang lain. Hingga Austin melepaskan tangannya, karena kekesalannya itu leher Palmer terbakar. Pria itu tak kuasa menahan rasa sakitnya, bahkan tangan tak sanggup bergerak untuk menyentuh area leher."Berengsek!" maki Palmer di tengah erangannya.Austin menatap Palmer dengan penuh kebencian, ia keluar dan membasuh wajahnya yang terkena air liur pria di dalam sana. "Siksa dia semau kalian! Bersenang-senanglah dengan tubuhnya," perintah Austin pada anak buah Tuan Edward. "Baik Tuan," balas mereka."Ingat, jangan berikan kematian yang mudah padanya. Buat dia memohon kehidupannya," ucap Austin lagi memperingati

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 53

    "Cepat masuk! Jangan banyak bicara!" bentak penjaga penjara. Pria bertubuh kekar itu mendorong tubuh Plamer dengan senjata laras panjang di tangannya. Austin menyeringai saat tubuh Palmer dipenjarakan di penjara khusus. "Sejak kapan Daddy memiliki penjara khusus seperti itu?" tanya Austin melihat oenjara yang hampir sama seperti penjara buatan Robert dulu. "Sudah lama, biasanya penjara itu dipakai untuk penjahat kelas tinggi. Semua itu untuk menghalaunya mencapatkan signal dan meminta bantuan dari kerabatnya," balas Tuan Edward. "Apakah penjara itu juga tahan api?" tanya Austin lagi. "Sepertinya begitu, aku membuatnya khusus menggunakan besi tebal. Agar mereka tak bisa menghancurkannya. Bahkan lantainya pun terbuat dari besi yang sama agar mereka tak bisa mengelabui kami," balas Tuan Edward. "Kau sungguh luar biasa Dad," puji Austin."Ayo kita ke lantai atas. Lebih baik kita bersantai di sana sejenak sebelum kembali ke kota," ajak Tuan Edward. Austin dan Tuan Arthur menganggukk

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 52

    "Dad, kau punya markas?" tanya Kenny terkejut. Tuan Edward menganggukkan kepalanya pada Kenny. Ia tak ingin menutupi apa pun dari sang putri. "Benar, Daddy punya pasukan sendiri di sini yang dikhususkan untuk menjaga kekuarga kita. Semua itu Daddy buat untuk melindungi kalian. Tak bisa dipungkiri jika perusahaan Thomson mengundang banyak orang untuk melakukan kejahatan. Bahkan dulu ada banyak orang yang mengincarmu," balas Tuan Edward. Julie yang berada di sana pun tercengang, ia tak menyangka jika suami yang selama ini ia hinakan juga memiliki kekuatan di belakangnya. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya, Julie tertunduk malu dengan sikap yang ia berikan dulu pada suaminya. "Aku masih tak menyangka, kalian para pria terlalu banyak rahasia," gumam Kenny sambil menggelengkan kepalanya. "Semua itu untuk melindungi keluarga yang dikasihi. Sekarang kalian masuklah ke dalam, kami ingin ke markas daddymu," perintah Tuan Arthur pada Kenny dan Julie. Keduanya mengangagguk, Kenny membaw

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 51

    "Tunggulah kehancuranmu," gumam Austin saat mengendarai mobilnya. Ia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri, melesat dengan para mengawalnya di belakang. Bahkan tak ada satu kendaraan pun yang bisa menghalau perjalanannya menuju kediaman Dora. Perumahan mewah dengan pengaman ketat bahkan tak mampu menghentikan rombongan Austin. Mereka tunduk saat tahu siapa yang memasuki kawasannya. "Bodoh sekali, bersembunyi di tempat seperti ini," maki Austin begitu melihat banyak penjagaan di depan rumah Dora. "Lumpuhkan mereka semua dalam diam," perintah Austin karena tak ingin membuat kegaduhan di lingukungan itu. Tapi sayang, kedatangan rombongannya sudah terendus oleh pengawal Palmer. Mereka sudah bersiaga di depan rumah dengan senjata di tangannya. Berbeda dengan Palmer yang saat ini sedang bermain gila dengan Dora. Mereka masih memacu kenikmatan sampai suara tembakan mengalihkan kegiatan mereka. "Berengsek! Apa yang terjadi?" maki Plamer tanpa menghentikan kenikmatannya. Gerakanny

  • Menantu Hina Yang Dihormati   Season 2 Bab 50

    "Benarkah mereka mengikuti kita sampai ke sini?" tanya Kenny cemas ambil membekap Max yang masih menatap ke arah jendela. Austin mengangguk, tak menutupi apa yang baru saja ia lihat. Pria itu langsung keluar melompati jendela dan melihat penyusup yang baru saja meregang nyawa. Austin melihat pergelangan tangan mereka, dan benar saja, inisial P ada di sana. "Perneco tidak main-main dengan dendamnya," gumam Austin. "Pengawal!" teriak Austin memanggil pengawalnya yang berjaga. Paraengawal berlarian ke arahnya, lalu tercengang melihat dua musuh yang sudah tak memiliki nyawa. Mereka menunduk, meminta maaf pada sang Tuan karena kelalaian yang mereka lakukan. "Maafkan kami Tuan, kami sangat ceroboh," ucapnya memohon ampunan. Mereka masih menundukkan wajah sebelum Austin memberikan pengampunanya. "Berjagalah, Perneco pasti akan datang lagi, bereskan mayat ini. Beruntung anakku menyadari kedatangannya," balas Austin lalu pergi dari hadapan mereka. "Baik, Tuan," balas mereka bersamaan.

DMCA.com Protection Status