Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Aku pergi tak menoleh lagi kearah mereka. Di dalam mobil aku hanya bisa menangis. Aku sedih Ibuku ternyata manusia yang tidak punya hati nurani. Bagi Ibuku uang adalah segalanya dan Dia bahkan tak peduli dengan orang disekitarnya. Aku juga tidak tahu kenapa Ibuku bisa setega itu dengan Ibu mertuaku. Jika Ibu iri dengan mertuaku seharusnya Ibuku berpikir ulang. Karena Ibu sebenarnya tahu jika aku tidak pernah memberikan uang kepada Ibu mertuaku. Sudahlah percuma juga aku berpikir keras mengenai ibuku yang aku sendiri sudah tahu jika Dia hanya akan peduli dengan uang. Aku berhenti di sebuah rumah makan untuk membelikan makanan si Mbok. Karena aku yakin Mbok pasti sudah lapar. Setelah membeli makanan aku langsung balik ke rumah sakit. Aku takut mas Tejo mencariku. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung masuk keruangan Ibu. Tapi, tak ku lihat mas Tejo di ruangan itu. Aku lalu mendekat kearah si Mbok yang sedang tertidur di sofa. Aku memang memilih ruangan VIP agar temp
Menantu EgoisNamaku Rina. Aku memiliki suami bernama Tejo.Suamiku adalah anak satu-satunya Ibu mertuaku bernama Darsih.Ibu mertuaku seorang janda, walaupun janda, Dia adalah orang yang sangat mandiri, Ibu mertuaku tidak pernah meminta uang kepada Suamiku.Aku menikah dengan Mas Tejo sudah hampir lima tahun.Selama itu pula, aku selalu melarang Mas Tejo memberi uang kepada Ibunya.Bagiku uang Mas Tejo ya hanya untuk ku. Sedangkan Ibu mertuaku tidak berhak atas gaji mas Tejo. Mas Tejo bekerja sebagai Manager disebuah perusahaan terbesar dikota Surabaya.Kami tinggal disebuah perumahan yang cukup elite dengan rumah yang cukup mewah.Sedangkan Ibu mertuaku, tinggal di sebuah perkampungan yang berada dibelakang perumahan kami.Rumah Ibu mertuaku sangatlah sederhana berbanding terbalik dengan rumah kami.Pernah suatu hari Mas Tejo mendapat tunjangan dari kantor sebesar dua puluh juta dan aku tidak mengetahui hal itu.Aku tahunya ketika Ibu mertuaku mulai merenovasi rumahnya.Aku yang m
Menantu EgoisAku pulang dengan perasaan sangat marah dan kesal.Awas kamu Mas! Sudah mulai berani kamu memberi uang Ibu tanpa sepengetahuan Ku! gumamku dalam perjalanan pulang.Setelah sampai rumah, aku segera menyuruh Mbok Nah untuk membuatkan minum untuk ku karena sangat haus."Ini Bu minumnya."ujarnya sambil menyodorkan gelas berisi air yang sudah dicampur sirup dan ditambah es batu.Aku langsung meraih gelas itu dan langsung menenggak isinya."Pelan-pelan Bu nanti kesedak."ujar Mbok Nah."Mbok! Aku mau tanya tapi mbok harus jawab dengan jujur. Apa aku salah jika marah kepada Bapak, karena ngasih uang ke Ibunya untuk renovasi rumah?"tanyaku padanya."Gak salah dong Bu."jawabnya."Nah kan benar. Aku berhak atas uang suamiku lalu kenapa Ibu mertuaku marah ya Mbok?"tanyaku."Mungkin ada penyampaian Ibu yang menyinggung Beliau."jawabnya.Aku diam sejenak untuk mengingat kejadian tadi. Seingatku tak ada ucapanku yang bisa membuat ibu mertauku tersinggung dech. "Gak ada dech Mbok. Aku
Menantu EgoisBAB 03Setelah menunggu cukup lama akhirnya Mas Tejo selesai mandi. Sepertinya mas Tejo sengaja berlama-lama di kamar mandi untuk meredakan amarahnya. "Mas! Pokoknya aku tidak mau tahu! Kamu harus minta uang itu kembali dari Ibu!"ujarku kesal."Kamu itu Dek suami pulang kerja capek. Coba disuruh makan dulu atau apa kek. Ini malah diajak berantem."jawabnya kesal.Mas Tejo lalu keluar kamar sepertinya Dia menuju ke meja makan.Aku lalu mengekor dibelakangnya."Mas!"ujarku kesal."Hmmm..."jawabnya sambil menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya dikursi meja makan."Aku belum selesai ngomong."ujarku ketus."Sudah! Mas mau makan lapar."jawabnya dengan sedikit marah. Aku diam sejenak mendengar penuturan Mas Tejo.Mas Tejo langsung menyendok nasi beserta lauk pauknya dan langsung melahapnya sepertinya memang benar, Dia sangat lapar terlihat dari caranya menikmati makanan di piringnya. Setelah selesai makan Mas Tejo duduk diruang keluarga untuk minum kopi.Aku kembali mendeka
Aku pergi tak menoleh lagi kearah mereka. Di dalam mobil aku hanya bisa menangis. Aku sedih Ibuku ternyata manusia yang tidak punya hati nurani. Bagi Ibuku uang adalah segalanya dan Dia bahkan tak peduli dengan orang disekitarnya. Aku juga tidak tahu kenapa Ibuku bisa setega itu dengan Ibu mertuaku. Jika Ibu iri dengan mertuaku seharusnya Ibuku berpikir ulang. Karena Ibu sebenarnya tahu jika aku tidak pernah memberikan uang kepada Ibu mertuaku. Sudahlah percuma juga aku berpikir keras mengenai ibuku yang aku sendiri sudah tahu jika Dia hanya akan peduli dengan uang. Aku berhenti di sebuah rumah makan untuk membelikan makanan si Mbok. Karena aku yakin Mbok pasti sudah lapar. Setelah membeli makanan aku langsung balik ke rumah sakit. Aku takut mas Tejo mencariku. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung masuk keruangan Ibu. Tapi, tak ku lihat mas Tejo di ruangan itu. Aku lalu mendekat kearah si Mbok yang sedang tertidur di sofa. Aku memang memilih ruangan VIP agar temp
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu EgoisBAB 08Seminggu kemudian aku menemui Ibu mertuaku."Assalamualaikum Bu."sapaku"Waalaikum sallam Rin."jawabnya."Ibu lagi ngapain?""Ini Ibu habis bersih-bersih rumah.""Bu. Apa ibu tidak kesepian tinggal sendirian disini?""Ya kesepian to Rin. Makanya cepet kasih Ibu cucu.""Bu bagaimana kalau Ibu tinggal bersama aku dan Mas Tejo?""Lho kok tumben?""Iya Bu. Aku ingin mengurus Ibu. Selama aku jadi mantu ibu, aku sering nyakitin hati Ibu, jadi ijinkan aku untuk menebus kesalahanku ya Bu.""Ibu tidak pernah marah kok sama kamu, Rin.""Iya. Tapi Rina ingin merawat Ibu. Tolong jangan tolak permintaan Rina ya Bu.""Gimana ya Rin? Ibu mana betah tinggal di rumah bagus itu? Ibu lebih senang tinggal disini.""Ayolah Bu. Dicoba sebulan aja tinggal sama Rina.""Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau Ibu gak betah Ibu pulang ya.""Iya Bu. Rumah Rina kan dekat juga jadi Ibu bisa pulang kapan saja kesini.""Ya sudah kalau begitu Ibu siap-siap."Setelah itu Ibu masuk kedalam kamar u
Setelah pulang dari rumah Ibu, aku langsung istirahat karena capek.Aku rebahkan tubuhku diatas kasur.Aku diam sejenak mengingat kembali masa-masa dimana ketika Ayah ku masih hidup.Dulu, aku sering tanpa sengaja melihat Ayah duduk diam diruang makan dan mengusap kedua matanya.Mungkin saat itu Ayah sedang menangis atau capek menghadapi sikap egois Ibu. Aku tidak berani mendekat ataupun bertanya kepadanya. Nenek dan kakek tidak pernah mendapat uang dari Ayah, Karena Ibu selalu melarang Ayah. Dan karena malas ribut Ayah selalu menuruti apa kata Ibu. Jadi Kakek dan Nenekku tidak pernah merasakan hasil jerih payah Ayah selama ini. Semua uang Ayah dikendalikan oleh Ibuku.Bahkan untuk sekedar uang bensin Ayah dijatah hanya lima ratus ribu sebulan.Dan Uang jajanku pun sama lima ratus ribu untuk satu bulan. Jadi aku tidak pernah merasakan jajan enak di kantin sekolah. Karena uang itu tidaklah cukup jika aku pakai untuk membeli makanan. Aku selalu membawa bekal. Agar tidak kelaparan.
Menantu Super Duper Antik.BAB 06Keesokan paginya aku mendatangi rumah Ibu mertuaku.Aku langsung berlari kearahnya dan menangis sesenggukan dipelukakannnya."Ada apa to Rin?"tanyanya bingung."Apa kamu bertengkar sama Tejo?"imbuhnya lagi karena melihat ku masih menangis sesenggukan."Ibu. Maafin Rina selama ini Bu...hu...hu...hu..."jawabku sambil masih terus menangis."Ayo duduk dulu dan cerita kepada Ibu ada apa sebenarnya, siapa tahu Ibu bisa membantumu?"ujarnya sambil mengajak ku duduk.Aku lalu bersimpuh dikakinya. Aku sangat menyesal dengan perilaku ku selama lima tahun menjadi menantunya.Aku berjanji akan berubah dan memperlakukan Ibu mertuaku seperti Ibuku sendiri.Lalu setelah aku duduk. aku menceritakan semuanya kepadanya."Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf."ujarnya sambil mengelus rambutku."Ibu benar sudah memaafkan Rina?"tanyaku tak percaya."Iya Nak. Bagi Ibu, kamu bukanlah sekedar menantu tapi sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."jawabnya dengan kel
Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m