Menantu Egois
BAB 03Setelah menunggu cukup lama akhirnya Mas Tejo selesai mandi. Sepertinya mas Tejo sengaja berlama-lama di kamar mandi untuk meredakan amarahnya."Mas! Pokoknya aku tidak mau tahu! Kamu harus minta uang itu kembali dari Ibu!"ujarku kesal."Kamu itu Dek suami pulang kerja capek. Coba disuruh makan dulu atau apa kek. Ini malah diajak berantem."jawabnya kesal.Mas Tejo lalu keluar kamar sepertinya Dia menuju ke meja makan.Aku lalu mengekor dibelakangnya."Mas!"ujarku kesal."Hmmm..."jawabnya sambil menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya dikursi meja makan."Aku belum selesai ngomong."ujarku ketus."Sudah! Mas mau makan lapar."jawabnya dengan sedikit marah. Aku diam sejenak mendengar penuturan Mas Tejo.Mas Tejo langsung menyendok nasi beserta lauk pauknya dan langsung melahapnya sepertinya memang benar, Dia sangat lapar terlihat dari caranya menikmati makanan di piringnya.Setelah selesai makan Mas Tejo duduk diruang keluarga untuk minum kopi.Aku kembali mendekat kearahnya."Mas! Kapan kamu mau ambil uang itu!"ucapku dengan nada yang masih kesal"Sudah Mas bilang tidak ya tidak!"jawabnya sambil menyeruput kopi."Kalau Mas tidak mau maka besok aku sendiri yang akan meminta uang itu dari Ibu!"ujarku lantang dan berlalu pergi kembali kekamar.Awas saja kalau sampai besok Ibu tidak mau mengembalikan uang itu. Aku akan buat perhitungan dengannya gumamku dalam hati.Karena jengkel dengan sikap Mas Tejo akhirnya aku tinggal tidur duluan.***Keesokan paginya, Mas Tejo sudah bersiap akan berangkat kekantor."Lho Mas tidak sarapan dulu?"tanyaku."Gak Dek. Mas sudah telat, kamu saja yang sarapan."jawabnya sambil berlalu pergi menuju mobilnya dan pergi meninggalkanku.Aku langsung segera sarapan karena mau kerumah Ibu.Setelah selesai sarapan aku pamit sama Mbok Nah..Aku menaiki motor kerumah Ibu karena jaraknya dekat dan gang di rumah ibu tidak bisa di lalui kendaraan roda empat.Ketika aku sampai dirumah Ibu. Aku lihat Ibu sedang membuat kopi untuk para tukang bangunan itu.Aku lalu mendekat kearahnya."Bu! Aku kesini disuruh Mas Tejo untuk meminta uang itu kembali."ujarku ketus.Ibu hanya tersenyum kearah ku tanpa menjawab."Ibu ini tuli kah?"ujarku kesal karena dicuekin."Bu!!!"bentakku.Mendengar suaraku yang sedikit meninggi, membuat beberapa tukang menoleh kearah ku. Mereka melihatku dengan tatapan yang aneh."Jangan begitu sama orang tua!"ujar seorang Tukang kepadaku."Sudah kalian diam saja ini urusan ku sama Ibu mertuaku."jawabku ketus.Lalu Ibu menyuruh para tukang untuk bekerja kembali.Ibu mendekat kearah ku."Aduh mantu Ibu yang paling baik disini to rupanya."ujarnya sambil tersenyum kearah ku."Ibu ini jangan pura-pura dech!"jawabku ketus."Pura-pura apa to Nak cah ayu?"ujarnya lagi.Aku semakin kesal diperlakukan seperti itu oleh Ibu mertuaku."Sudah Bu! Aku tidak mau basa basi lagi! Mana uang yang dikasih sama Mas Tejo!"ujarku sambil mengenadahkan tanganku."Sebentar ya mantuku cah ayu. Ibu ingat-ingat dulu berapa uang yang dikasih sama Tejo kemarin."jawab Ibu sambil tersenyum.Lalu, Ibu masuk kekamarnya dan tidak begitu lama keluar lagi dengan membawa sebuah amplop tebal berwarna coklat."Sini duduk dulu mantuku cah ayu."ujarnya kepada ku sambil menepuk kursi.Aku lalu duduk di kursi seberang Ibu."Ini uang yang dikasih Tejo kemarin."ujarnya sambil menyerahkan amplop itu.Mataku berbinar dan langsung meraihnya.Aku langsung membuka amplop itu dan menghitung isinya.Setelah ku hitung uang didalam amplop itu berjumlah dua puluh juta.Aku terbelalak ketika tahu jumlah uang itu. Nominal yang tidak sedikit. Pantas saja ibu bisa renovasi rumah.Aku lalu memasukkan kembali uang itu kedalam amplop dan setelah itu aku lalu beranjak dari kursiku dan akan langsung pulang.Ketika aku beranjak dari kursiku. Ibu berkata kepada ku."Bagaimana cah ayu? Sudah dihitung jumlah uang itu?"tanya Ibu kepada ku."Sudah Bu! Semua pas dua puluh juta."jawabku sumringah."Memang Tejo ngomong berapa jumlah yang diberikan kepada Ibu?"tanyanya kepada ku.Aku sontak kaget dengan pertanyaan Ibu. Karena semalam Mas Tejo tidak ngomong jumlahnya, hanya ngomong jika Dia membayar hutang kepada Ibu."Su-sudah jumlahnya dua puluh juta."jawabku tergagap."O...o...o...jadi Tejo sudah ngomong jumlahnya. lalu Tejo ngomong apa lagi?"tanyanya santai sambil menatap ku."Ya-ya Mas Tejo nyuruh aku kesini meminta uang itu kembali."jawabku sedikit ragu."Ya sudah kalau begitu silahkan bawa uang itu dan coba kamu bacakan sebuah kertas yang ada didalam amplop itu."ujarnya sambil tersenyum kearah ku.Aku lalu membuka amplop itu kembali dan benar saja ada sebuah kertas putih, lalu aku segera mengeluarkan kertas itu dan membukanya.Mataku terbelalak melihat tulisan yang ada dikertas itu."Ayo nak cah ayu. Bacakan untuk Ibu agar Ibu bisa tahu apa tulisan dikertas itu."ujarnya kepada ku dengan senyum semakin lebar."Ayo baca dong mantuku cah ayu."ujarnya lagi."I-ini apa maksudnya Bu?"tanyaku bingung."Lho disitukan tertulis dengan jelas to cah ayu."jawabnya dengan nada yang sedikit aneh"Ta-tapi kok..."aku menggantung kata-kata ku."Lho... Tadi katamu. Kamu di suruh Tejo untuk mengambil uang itu kembali. Jadi silahkan kamu bawa saja, tapi, sebelum pergi tolong bacakan dengan keras tulisan didalam kertas itu."ujar Ibu mulai sedikit ketus nada bicaranya."I-ibu kok mulai perhitungan sama anak sendiri."ujarku ketus."Coba dipikir dulu siapa yang perhitungan?"ujarnya dengan senyum meledek."Lha! Ini buktinya!"jawabku ketus sambil menunjukkan kertas itu kearah Ibu."Kamu bisa tanyakan sama Tejo, jadi salah jika kamu tanya sama Ibu. Apa kamu tidak bisa baca tulisan itu dan apa kamu juga tidak bisa mengenali tulisan suamimu sendiri!"hardiknya kepadaku."Tapi ini tidak masuk akal! Ibu macam apa yang minta uang kepada anaknya. Padahal masih sehat bugar begini dan ibu juga punya warung yang lumayan rame."ucapku lantang."Ya itulah cah ayu. Ibu juga bingung. Menantu macam apa yang ada didepan Ibu ini? Sampai seorang anak dilarang berbakti kepada Ibunya!"bentaknya kepada ku.Aku terdiam ketika mendengar penuturan Ibu.Tapi didalam hati aku mengumpat Ibu mertuaku."Ya wajar dong Bu jika aku melarang Mas Tejo memberi uang Ibu. Aku yang mengurus Mas Tejo selama lima tahun ini. Jadi semua uang Mas Tejo adalah hakku."jawabku lantang."Oalah mantuku yang paying ayu nan cuantik. Ternyata lama juga ya kamu ngurus Tejo. Sangat benar jika uang Tejo adalah uangmu. Apalah Ibu ini yang hanya sebentar mengurus Tejo cuma dua puluh delapan tahun. Apalah ibu ini di banding kamu yang menemani Tejo dari nol. Ibu ini hanya seorang perempuan yang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya dan seorang perempuan yang membesarkannya sampai dia bisa menikah denganmu."ujarnya lembut tapi tegas.Aku terdiam dan menelan saliva mendengar ucapan ibu."Wajar dong seorang ibu melahirkan dan mengurus anaknya. Jadi ibu minta mas Tejo mengganti rugi hal itu?" ucapku ketus"OH... Tidak mantuku cah ayu... Ibu sangat sadar diri jika sekarang Tejo bukanlah milik ibu lagi. Tapi milikmu." jawabnya dengan nada mulai lembut."Na. Ibu sadarkan sekarang! Jadi ibu harus tahu diri dong mulai sekarang." ucapku lagi dengan senyum kemenangan."Ya sudah sana bawa uang itu kembali jika memang benar Tejo yang menyuruh mu!"ujarnya lembut.Aku letakkan kembali uang itu dimeja dan aku langsung pulang tanpa pamit kepada Ibu mertuaku.Hanya selembar kertas itu yang aku bawa, karena aku ingin tanya apa maksud Mas Tejo menulis itu.Ibu mertuaku tersenyum ketika melihat kepergianku tanpa membawa uang itu. Pasti dia sangat senang karena aku meninggalkan uang itu.Menantu EgoisBAB 04Setelah melihat isi yang tertulis dikertas itu, aku langsung pulang dari rumah Ibu dengan hati yang sangat marah.Setelah sampai rumah, aku langsung masuk kekamar dan menghubungi Mas Tejo."Hallo Mas!"sapaku ketika panggilan diangkat."Ya Dek ada apa?"tanyanya."Mas! kamu gila ya! Kenapa kamu tulis j kita punya hutang sama Ibumu sebesar seratus juta?"tanyaku kesal."Iya gak apa-apa biar aku ingat saja berapa uang yang sudah kita pinjam dari Ibu selama dua tahun ini."jawabnya enteng."Ibumu pasti yang nyuruh kamu untuk menotal semua uang yang kita pinjam!"bentakku."Gak! Ibu tidak ngomong apa-apa. Aku memang mencatat semua uang yang kita pinjam setelah kita menikah."jawabnya santai."Ibumu itu keterlaluan sekali! Masak ngasih anak dihitung hutang!"bentakku."Bukan, Ibu yang keterlaluan tapi kita. kita ini sudah tidak pernah ngasih Ibu. Tapi malah minta terus ke Ibu. Giliran sekarang aku mampu, kamu larang aku kasih uang ke Ibu. Ya jadi aku total semua uang yang Ibu
Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m
Menantu Super Duper Antik.BAB 06Keesokan paginya aku mendatangi rumah Ibu mertuaku.Aku langsung berlari kearahnya dan menangis sesenggukan dipelukakannnya."Ada apa to Rin?"tanyanya bingung."Apa kamu bertengkar sama Tejo?"imbuhnya lagi karena melihat ku masih menangis sesenggukan."Ibu. Maafin Rina selama ini Bu...hu...hu...hu..."jawabku sambil masih terus menangis."Ayo duduk dulu dan cerita kepada Ibu ada apa sebenarnya, siapa tahu Ibu bisa membantumu?"ujarnya sambil mengajak ku duduk.Aku lalu bersimpuh dikakinya. Aku sangat menyesal dengan perilaku ku selama lima tahun menjadi menantunya.Aku berjanji akan berubah dan memperlakukan Ibu mertuaku seperti Ibuku sendiri.Lalu setelah aku duduk. aku menceritakan semuanya kepadanya."Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf."ujarnya sambil mengelus rambutku."Ibu benar sudah memaafkan Rina?"tanyaku tak percaya."Iya Nak. Bagi Ibu, kamu bukanlah sekedar menantu tapi sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."jawabnya dengan kel
Setelah pulang dari rumah Ibu, aku langsung istirahat karena capek.Aku rebahkan tubuhku diatas kasur.Aku diam sejenak mengingat kembali masa-masa dimana ketika Ayah ku masih hidup.Dulu, aku sering tanpa sengaja melihat Ayah duduk diam diruang makan dan mengusap kedua matanya.Mungkin saat itu Ayah sedang menangis atau capek menghadapi sikap egois Ibu. Aku tidak berani mendekat ataupun bertanya kepadanya. Nenek dan kakek tidak pernah mendapat uang dari Ayah, Karena Ibu selalu melarang Ayah. Dan karena malas ribut Ayah selalu menuruti apa kata Ibu. Jadi Kakek dan Nenekku tidak pernah merasakan hasil jerih payah Ayah selama ini. Semua uang Ayah dikendalikan oleh Ibuku.Bahkan untuk sekedar uang bensin Ayah dijatah hanya lima ratus ribu sebulan.Dan Uang jajanku pun sama lima ratus ribu untuk satu bulan. Jadi aku tidak pernah merasakan jajan enak di kantin sekolah. Karena uang itu tidaklah cukup jika aku pakai untuk membeli makanan. Aku selalu membawa bekal. Agar tidak kelaparan.
Menantu EgoisBAB 08Seminggu kemudian aku menemui Ibu mertuaku."Assalamualaikum Bu."sapaku"Waalaikum sallam Rin."jawabnya."Ibu lagi ngapain?""Ini Ibu habis bersih-bersih rumah.""Bu. Apa ibu tidak kesepian tinggal sendirian disini?""Ya kesepian to Rin. Makanya cepet kasih Ibu cucu.""Bu bagaimana kalau Ibu tinggal bersama aku dan Mas Tejo?""Lho kok tumben?""Iya Bu. Aku ingin mengurus Ibu. Selama aku jadi mantu ibu, aku sering nyakitin hati Ibu, jadi ijinkan aku untuk menebus kesalahanku ya Bu.""Ibu tidak pernah marah kok sama kamu, Rin.""Iya. Tapi Rina ingin merawat Ibu. Tolong jangan tolak permintaan Rina ya Bu.""Gimana ya Rin? Ibu mana betah tinggal di rumah bagus itu? Ibu lebih senang tinggal disini.""Ayolah Bu. Dicoba sebulan aja tinggal sama Rina.""Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau Ibu gak betah Ibu pulang ya.""Iya Bu. Rumah Rina kan dekat juga jadi Ibu bisa pulang kapan saja kesini.""Ya sudah kalau begitu Ibu siap-siap."Setelah itu Ibu masuk kedalam kamar u
Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Aku pergi tak menoleh lagi kearah mereka. Di dalam mobil aku hanya bisa menangis. Aku sedih Ibuku ternyata manusia yang tidak punya hati nurani. Bagi Ibuku uang adalah segalanya dan Dia bahkan tak peduli dengan orang disekitarnya. Aku juga tidak tahu kenapa Ibuku bisa setega itu dengan Ibu mertuaku. Jika Ibu iri dengan mertuaku seharusnya Ibuku berpikir ulang. Karena Ibu sebenarnya tahu jika aku tidak pernah memberikan uang kepada Ibu mertuaku. Sudahlah percuma juga aku berpikir keras mengenai ibuku yang aku sendiri sudah tahu jika Dia hanya akan peduli dengan uang. Aku berhenti di sebuah rumah makan untuk membelikan makanan si Mbok. Karena aku yakin Mbok pasti sudah lapar. Setelah membeli makanan aku langsung balik ke rumah sakit. Aku takut mas Tejo mencariku. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung masuk keruangan Ibu. Tapi, tak ku lihat mas Tejo di ruangan itu. Aku lalu mendekat kearah si Mbok yang sedang tertidur di sofa. Aku memang memilih ruangan VIP agar temp
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu EgoisBAB 08Seminggu kemudian aku menemui Ibu mertuaku."Assalamualaikum Bu."sapaku"Waalaikum sallam Rin."jawabnya."Ibu lagi ngapain?""Ini Ibu habis bersih-bersih rumah.""Bu. Apa ibu tidak kesepian tinggal sendirian disini?""Ya kesepian to Rin. Makanya cepet kasih Ibu cucu.""Bu bagaimana kalau Ibu tinggal bersama aku dan Mas Tejo?""Lho kok tumben?""Iya Bu. Aku ingin mengurus Ibu. Selama aku jadi mantu ibu, aku sering nyakitin hati Ibu, jadi ijinkan aku untuk menebus kesalahanku ya Bu.""Ibu tidak pernah marah kok sama kamu, Rin.""Iya. Tapi Rina ingin merawat Ibu. Tolong jangan tolak permintaan Rina ya Bu.""Gimana ya Rin? Ibu mana betah tinggal di rumah bagus itu? Ibu lebih senang tinggal disini.""Ayolah Bu. Dicoba sebulan aja tinggal sama Rina.""Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau Ibu gak betah Ibu pulang ya.""Iya Bu. Rumah Rina kan dekat juga jadi Ibu bisa pulang kapan saja kesini.""Ya sudah kalau begitu Ibu siap-siap."Setelah itu Ibu masuk kedalam kamar u
Setelah pulang dari rumah Ibu, aku langsung istirahat karena capek.Aku rebahkan tubuhku diatas kasur.Aku diam sejenak mengingat kembali masa-masa dimana ketika Ayah ku masih hidup.Dulu, aku sering tanpa sengaja melihat Ayah duduk diam diruang makan dan mengusap kedua matanya.Mungkin saat itu Ayah sedang menangis atau capek menghadapi sikap egois Ibu. Aku tidak berani mendekat ataupun bertanya kepadanya. Nenek dan kakek tidak pernah mendapat uang dari Ayah, Karena Ibu selalu melarang Ayah. Dan karena malas ribut Ayah selalu menuruti apa kata Ibu. Jadi Kakek dan Nenekku tidak pernah merasakan hasil jerih payah Ayah selama ini. Semua uang Ayah dikendalikan oleh Ibuku.Bahkan untuk sekedar uang bensin Ayah dijatah hanya lima ratus ribu sebulan.Dan Uang jajanku pun sama lima ratus ribu untuk satu bulan. Jadi aku tidak pernah merasakan jajan enak di kantin sekolah. Karena uang itu tidaklah cukup jika aku pakai untuk membeli makanan. Aku selalu membawa bekal. Agar tidak kelaparan.
Menantu Super Duper Antik.BAB 06Keesokan paginya aku mendatangi rumah Ibu mertuaku.Aku langsung berlari kearahnya dan menangis sesenggukan dipelukakannnya."Ada apa to Rin?"tanyanya bingung."Apa kamu bertengkar sama Tejo?"imbuhnya lagi karena melihat ku masih menangis sesenggukan."Ibu. Maafin Rina selama ini Bu...hu...hu...hu..."jawabku sambil masih terus menangis."Ayo duduk dulu dan cerita kepada Ibu ada apa sebenarnya, siapa tahu Ibu bisa membantumu?"ujarnya sambil mengajak ku duduk.Aku lalu bersimpuh dikakinya. Aku sangat menyesal dengan perilaku ku selama lima tahun menjadi menantunya.Aku berjanji akan berubah dan memperlakukan Ibu mertuaku seperti Ibuku sendiri.Lalu setelah aku duduk. aku menceritakan semuanya kepadanya."Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf."ujarnya sambil mengelus rambutku."Ibu benar sudah memaafkan Rina?"tanyaku tak percaya."Iya Nak. Bagi Ibu, kamu bukanlah sekedar menantu tapi sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."jawabnya dengan kel
Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m