Menantu Egois
BAB 04Setelah melihat isi yang tertulis dikertas itu, aku langsung pulang dari rumah Ibu dengan hati yang sangat marah.Setelah sampai rumah, aku langsung masuk kekamar dan menghubungi Mas Tejo."Hallo Mas!"sapaku ketika panggilan diangkat."Ya Dek ada apa?"tanyanya."Mas! kamu gila ya! Kenapa kamu tulis j kita punya hutang sama Ibumu sebesar seratus juta?"tanyaku kesal."Iya gak apa-apa biar aku ingat saja berapa uang yang sudah kita pinjam dari Ibu selama dua tahun ini."jawabnya enteng."Ibumu pasti yang nyuruh kamu untuk menotal semua uang yang kita pinjam!"bentakku."Gak! Ibu tidak ngomong apa-apa. Aku memang mencatat semua uang yang kita pinjam setelah kita menikah."jawabnya santai."Ibumu itu keterlaluan sekali! Masak ngasih anak dihitung hutang!"bentakku."Bukan, Ibu yang keterlaluan tapi kita. kita ini sudah tidak pernah ngasih Ibu. Tapi malah minta terus ke Ibu. Giliran sekarang aku mampu, kamu larang aku kasih uang ke Ibu. Ya jadi aku total semua uang yang Ibu kasih untuk kita selama lima tahun ini!"ujarnya dengan nada terdengar sedikit kesal."Pokoknya aku tidak mau tahu, uangmu adalah milikku jadi harus kamu kasih ke aku semua. Jika tidak, maka aku akan pergi dari rumah!"uajrku dengan nada tinggi sambil mengancam Mas Tejo.Biasanya Mas Tejo akan luluh jika mendengar ancamanku dan pasti menuruti ucapanku. Aku yakin mas Tejo akan mengambil uang itu kembali dari tangan ibu.Aku memang tidak pernah ikhlas jika ibu menikmati uang hasil keringat suamiku. Oleh karena itu, setiap Mas Tejo mau memberi uang Ibu, aku akan berusaha sebisa mungkin uang itu masuk kekantongku dengan berbabagai cara dan aku selalu berhasil melakukan hal itu."Kali ini aku tidak bisa mengikuti perintahmu terus. Aku bisa bekerja jadi seorang manager juga karena Ibu yang menyekolahkanku hingga perguruan tinggi. Jadi, sekarang saatnya aku berbakti kepada Ibuku. Jika kamu tidak mau peduli dengan Ibuku ya sudah sana pergi!"bentaknya.Aku tercengang mendengar penuturan Mas Tejo. Karena tidak pernah mas Tejo seperti ini. Apakah mas Tejo benar marah kepadaku? Apa Mas Tejo sudah tidak takut lagi dengan ancamanku?Ini tidak bisa dibiarkan. Mas Tejo harus seperti dulu lagi. Aku tidak mau mas Tejo berubah.Awas saja jika Ibu adalah orang dibalik perubahan sikap Mas Tejo.Panggilan telepon dimatikan sepihak oleh Mas Tejo. Aku sebenarnya sangat marah. Tapi di sisi lain ada rasa takut dihatiku. Aku takut jika Mas Tejo benar-benar serius dengan omongannya tadi.Aku tidak mau kembali hidup miskin.Ibuku selalu mengatakan jika uang suami adalah hak istri. Jadi tidak salahkan jika aku mengikuti apa yang Ibuku selalu katakan kepadaku.Perkataan Mas Tejo tadi membuatku teringat akan masa laluku yang susah dan menderita.Aku terlahir dari keluarga yang cukup mampu ketika ayahku masih hidup.Namun setelah Ayahku meninggal, kehidupan kami berubah dratis. Harta kami satu persatu kami jual untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena Ibuku adalah orang yang tidak pernah bekerja sama sekali.Setelah semua harta habis. Kami tinggal disebuah rumah kontrakan. Ibu selalu menyuruhku untuk bekerja. Sedangkan Dia hanya ongkang-ongkang kaki dikontrakkan.Jika aku pulang tidak membawa uang Ibu akan marah dan memakiku.Pekerjaan apapun selalu aku terima asalkan aku bisa mendapatkan uang.Waktu itu, tanpa sengaja aku bertemu dengan Mas Tejo diwarung tempatku bekerja. Aku bekerja sebagai buruh cuci piring di sana.Mas Tejo adalah seorang mahasiswa disebuah perguruan tinggi.Mas Tejo orang yang sangat ramah. Mas Tejo sering membelikanku sebungkus nasi. Karena kebaikannya itulah yang membuat ku jatuh cinta kepadanya.Awalnya aku takut jika Mas Tejo akan menolak cintaku. Tapi ternyata tidak. Mas Tejo menyambut perasaanku ternyata dia juga mencintai aku. Setelah cukup pendekatanAkhirnya kami resmi berpacaran. Selama berpacaran, Mas Tejo tidak pernah malu jika mengajakku jalan bersama teman-temannya. Setelah setahun berpacaran dan Mas Tejo sudah lulus kuliah. Akhirnya Mas Tejo mengajakku untuk menikah.Awalnya Ibu Mas Tejo tidak merestui pernikahan kami karena aku adalah orang yang tidak memiliki harta. Tapi lambat laun Ibu Mas Tejo akhirnya merestui kami. Karena Mas Tejo mengancam akan pergi dari rumah jika tidak diijinkan menikahiku.Setelah Mas Tejo mendapat restu dari Ibunya lalu Mas Tejo melamarku.Namun masalah baru muncul. Kali ini masalah muncul dari Ibuku. Ibu memberikan sebuah syarat kepada Mas Tejo jika ingin menikahiku.Ibu akan mengijinkan aku menikah asal Ibu dibelikan sebuah rumah dan setiap bulan Kami harus memberi jatah uang belanja kepada Ibu.Kami yang saat itu dibutakan oleh cinta jadi mengiyakan semua permintaan Ibu ku tanpa berpikir terlebih dahulu.Dan benar saja, setelah kami menikah Ibuku menuntut itu dari kami.Kami awalnya sangat kebingungan mencari uang untuk membelikan Ibu sebuah rumah, karena waktu itu Mas Tejo belum bekerja dan kami pun masih menumpang hidup sama Ibu mertuaku.Karena terus didesak oleh Ibu ku akhirnya Mas Tejo meminta ijin kepada Ibunya untuk menjual tanah dibelakang rumahnya dengan alasan untuk modal usaha.Awalnya ibu mertua menolaknya. Karena mas Tejo mengatakan untuk usaha akhirnya Ibu mertuaku mengijinkan tanah itu dijual.Tanah itu laku terjual sebesar delapan puluh juta.Mas Tejo memberikan uang kepada ibunya sebesar sepuluh juta. Sedangkan yang lima puluh dikasih ke Ibuku untuk membeli sebuah rumah yang sederhana dan yang bisa dicicil.Sedangkan sisa uang yang dua puluh juta, kami pake untuk mencoba membuka usaha toko kelontong kecil-kecilan agar Ibu mertua tidak curiga.Setelah empat bulan membuka toko ternyata kami bangkrut. Karena modalnya tidak bisa diputar kembali. Karena kami harus membayar cicilan rumah Ibuku sebesar dua juta setiap bulan.Ibu mertua mulai curiga dan akhirnya kami mengakui semuanya.Ibu mertua sangat marah dan mengusir kami dari rumahnya. Setelah kami pergi dari rumah Ibu mertua, kami menyewa sebuah rumah kecil yang bulanannya murah.Aku dan Mas Tejo mulai mencari kerja dibidang masing-masing.Aku kembali bekerja serabutan. Sedangkan Mas Tejo mencoba mengirimkan lamaran kesemua perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.Namun nihil tidak ada satupun panggilan dari perusahaan itu. Waktu berjalan begitu cepat, sudah dua tahun kami menikah. Tapi Mas Tejo belum juga mendapatkan pekerjaan.Untuk mengisi kekosongannya. Mas Tejo bekerja sebagi ojek dipasar. Sedangkan aku tetap menjadi buruh cuci piring.Ibu mertuaku sering memberi uang kepada Mas Tejo, karena kasihan terhadap kesulitan kami.Aku sebenarnya heran dengannya. Ibu kasihan melihat penderitaan kami. Tapi, Ibu tidak mau menerima kami tinggal dirumahnya lagi. Dia ingin kami hidup mandiri dan tidak bergantung dengannya lagi.Setelah hubungan Mas Tejo mulai membaik dengan Ibu mertua. Mas Tejo mendapat panggilan kerja dengan jabatan yang sekarang ini.Setelah Mas Tejo bekerja, kehidupan kami berubah dratis.Kami bisa membeli rumah ini. Ya walaupun nyicil tapi setidaknya kami tidak lagi ngontrak rumah kecil dan kumuh.Aku mulai berubah. Aku sangat takut jika nanti jatuh miskin lagi. Jadi aku akan menyimpan uang hasil kerja Mas Tejo sebaik mungkin.Aku hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan Ibuku setiap bulan sebesar dua juta, sedangkan untuk Ibu mertua, aku tidak memberikan uang bulanan sepeserpun.Aku berpikir, jika Ibu mertuaku masih sanggup bekerja dan Ibu mertuaku sudah biasa bekerja keras dan hidup mandiri.Sangat berbeda dengan Ibuku yang tidak pernah bekerja, jadi kalau bukan aku yang mencukupi kebutuhan Ibuku lalu siapa lagi?Aku jadi takut mendengar ucapan Mas Tejo tadi. Aku akan berusaha merayu Mas Tejo lagi.Aku akan berpura-pura berubah dan membiarkan uang dua puluh juta itu diambil Ibu.Agar Mas Tejo luluh lagi denganku dan setelah aku mendapat hatinya kembali, aku akan buat perhitungan kepada Ibu mertua.Tunggu saja Bu pembalasan dariku"sungutku"Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m
Menantu Super Duper Antik.BAB 06Keesokan paginya aku mendatangi rumah Ibu mertuaku.Aku langsung berlari kearahnya dan menangis sesenggukan dipelukakannnya."Ada apa to Rin?"tanyanya bingung."Apa kamu bertengkar sama Tejo?"imbuhnya lagi karena melihat ku masih menangis sesenggukan."Ibu. Maafin Rina selama ini Bu...hu...hu...hu..."jawabku sambil masih terus menangis."Ayo duduk dulu dan cerita kepada Ibu ada apa sebenarnya, siapa tahu Ibu bisa membantumu?"ujarnya sambil mengajak ku duduk.Aku lalu bersimpuh dikakinya. Aku sangat menyesal dengan perilaku ku selama lima tahun menjadi menantunya.Aku berjanji akan berubah dan memperlakukan Ibu mertuaku seperti Ibuku sendiri.Lalu setelah aku duduk. aku menceritakan semuanya kepadanya."Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf."ujarnya sambil mengelus rambutku."Ibu benar sudah memaafkan Rina?"tanyaku tak percaya."Iya Nak. Bagi Ibu, kamu bukanlah sekedar menantu tapi sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."jawabnya dengan kel
Setelah pulang dari rumah Ibu, aku langsung istirahat karena capek.Aku rebahkan tubuhku diatas kasur.Aku diam sejenak mengingat kembali masa-masa dimana ketika Ayah ku masih hidup.Dulu, aku sering tanpa sengaja melihat Ayah duduk diam diruang makan dan mengusap kedua matanya.Mungkin saat itu Ayah sedang menangis atau capek menghadapi sikap egois Ibu. Aku tidak berani mendekat ataupun bertanya kepadanya. Nenek dan kakek tidak pernah mendapat uang dari Ayah, Karena Ibu selalu melarang Ayah. Dan karena malas ribut Ayah selalu menuruti apa kata Ibu. Jadi Kakek dan Nenekku tidak pernah merasakan hasil jerih payah Ayah selama ini. Semua uang Ayah dikendalikan oleh Ibuku.Bahkan untuk sekedar uang bensin Ayah dijatah hanya lima ratus ribu sebulan.Dan Uang jajanku pun sama lima ratus ribu untuk satu bulan. Jadi aku tidak pernah merasakan jajan enak di kantin sekolah. Karena uang itu tidaklah cukup jika aku pakai untuk membeli makanan. Aku selalu membawa bekal. Agar tidak kelaparan.
Menantu EgoisBAB 08Seminggu kemudian aku menemui Ibu mertuaku."Assalamualaikum Bu."sapaku"Waalaikum sallam Rin."jawabnya."Ibu lagi ngapain?""Ini Ibu habis bersih-bersih rumah.""Bu. Apa ibu tidak kesepian tinggal sendirian disini?""Ya kesepian to Rin. Makanya cepet kasih Ibu cucu.""Bu bagaimana kalau Ibu tinggal bersama aku dan Mas Tejo?""Lho kok tumben?""Iya Bu. Aku ingin mengurus Ibu. Selama aku jadi mantu ibu, aku sering nyakitin hati Ibu, jadi ijinkan aku untuk menebus kesalahanku ya Bu.""Ibu tidak pernah marah kok sama kamu, Rin.""Iya. Tapi Rina ingin merawat Ibu. Tolong jangan tolak permintaan Rina ya Bu.""Gimana ya Rin? Ibu mana betah tinggal di rumah bagus itu? Ibu lebih senang tinggal disini.""Ayolah Bu. Dicoba sebulan aja tinggal sama Rina.""Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau Ibu gak betah Ibu pulang ya.""Iya Bu. Rumah Rina kan dekat juga jadi Ibu bisa pulang kapan saja kesini.""Ya sudah kalau begitu Ibu siap-siap."Setelah itu Ibu masuk kedalam kamar u
Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Aku pergi tak menoleh lagi kearah mereka. Di dalam mobil aku hanya bisa menangis. Aku sedih Ibuku ternyata manusia yang tidak punya hati nurani. Bagi Ibuku uang adalah segalanya dan Dia bahkan tak peduli dengan orang disekitarnya. Aku juga tidak tahu kenapa Ibuku bisa setega itu dengan Ibu mertuaku. Jika Ibu iri dengan mertuaku seharusnya Ibuku berpikir ulang. Karena Ibu sebenarnya tahu jika aku tidak pernah memberikan uang kepada Ibu mertuaku. Sudahlah percuma juga aku berpikir keras mengenai ibuku yang aku sendiri sudah tahu jika Dia hanya akan peduli dengan uang. Aku berhenti di sebuah rumah makan untuk membelikan makanan si Mbok. Karena aku yakin Mbok pasti sudah lapar. Setelah membeli makanan aku langsung balik ke rumah sakit. Aku takut mas Tejo mencariku. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung masuk keruangan Ibu. Tapi, tak ku lihat mas Tejo di ruangan itu. Aku lalu mendekat kearah si Mbok yang sedang tertidur di sofa. Aku memang memilih ruangan VIP agar temp
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Super Duper AntikBAB 10Rina sangat terkejut ketika sang ibu mengungkit tentang perjanjian yang pernah Tejo buat ketika melamarnya."Bu. Apa ibu lebih senang jika aku menjadi janda?""Ya jelas dong. Jadi ibu bisa menikahkan kamu dengan orang yang lebih kaya dan gak pelit tentunya.""Apa! Hanya karena uang ibu tega membuatku menjadi janda.""Ya mau bagaimana lagi. Salah sendiri Tejo sekarang pelit."Seno terlihat menyunggingkan senyum ketika mendengar hal itu."Aku memang anak ibu, tapi, aku bukan boneka yang bisa ibu atur sesuka hati.""Aku berhak atas dirimu. Ingat! Aku yang melahirkan mu!""Bukankah memang tugas seorang ibu melahirkan? jadi apa karena ibu sudah melahirkan aku lantas bisa dengan seenaknya ibu menyuruhku bercerai dengan suamiku yang tidak pernah melakukan kesalahaan.""Apa kamu bilang? Tidak melakukan kesalahan? Kalian memotong uang bulanan ku itu artinya kalian telah melakukan kesalahan besar!""Yang salah itu aku bukan mas Tejo. Karena aku yang memotong uan
Setelah Ibu tinggal bersama kami. Aku tidak lagi merasa canggung dengan Ibu mertuaku.Ibu benar-benar memperlakukan ku seperti anaknya sendiri.Waktu berjalan begitu cepat sudah satu bulan Ibu tinggal bersama kami.Ya... walaupun Ibu masih sering pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah dan mengambil sisa dagangannya di warung. Sore itu aku dan Ibu mertua sedang duduk santai di teras rumah.Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi aku langsung membuka pagar.Dan betapa terkejutnya aku ketika pagar aku buka. Ternyata Ibuku datang bersama Seno.Ibu langsung menyelonong masuk tanpa permisi padaku.Ibu mertuaku yang melihat ke datangan Ibuku langsung menyapa dengan ramah."Eh... Ada Bu besan."sapa Ibu mertua dengan sopan.Tapi Ibuku mengabaikan sapaan Ibu mertua."Oh! Jadi karena Ibu mertua mu disini kamu tidak mau menjawab telepon Ibu!"hardiknya."Sudahlah Bu. Rina malas berdebat dengan Ibu."jawabku kesal"Sejak kapan Ibu Darsih tinggal disini?"tanya ketus ibuku"Sudah sebulan I
Menantu EgoisBAB 08Seminggu kemudian aku menemui Ibu mertuaku."Assalamualaikum Bu."sapaku"Waalaikum sallam Rin."jawabnya."Ibu lagi ngapain?""Ini Ibu habis bersih-bersih rumah.""Bu. Apa ibu tidak kesepian tinggal sendirian disini?""Ya kesepian to Rin. Makanya cepet kasih Ibu cucu.""Bu bagaimana kalau Ibu tinggal bersama aku dan Mas Tejo?""Lho kok tumben?""Iya Bu. Aku ingin mengurus Ibu. Selama aku jadi mantu ibu, aku sering nyakitin hati Ibu, jadi ijinkan aku untuk menebus kesalahanku ya Bu.""Ibu tidak pernah marah kok sama kamu, Rin.""Iya. Tapi Rina ingin merawat Ibu. Tolong jangan tolak permintaan Rina ya Bu.""Gimana ya Rin? Ibu mana betah tinggal di rumah bagus itu? Ibu lebih senang tinggal disini.""Ayolah Bu. Dicoba sebulan aja tinggal sama Rina.""Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau Ibu gak betah Ibu pulang ya.""Iya Bu. Rumah Rina kan dekat juga jadi Ibu bisa pulang kapan saja kesini.""Ya sudah kalau begitu Ibu siap-siap."Setelah itu Ibu masuk kedalam kamar u
Setelah pulang dari rumah Ibu, aku langsung istirahat karena capek.Aku rebahkan tubuhku diatas kasur.Aku diam sejenak mengingat kembali masa-masa dimana ketika Ayah ku masih hidup.Dulu, aku sering tanpa sengaja melihat Ayah duduk diam diruang makan dan mengusap kedua matanya.Mungkin saat itu Ayah sedang menangis atau capek menghadapi sikap egois Ibu. Aku tidak berani mendekat ataupun bertanya kepadanya. Nenek dan kakek tidak pernah mendapat uang dari Ayah, Karena Ibu selalu melarang Ayah. Dan karena malas ribut Ayah selalu menuruti apa kata Ibu. Jadi Kakek dan Nenekku tidak pernah merasakan hasil jerih payah Ayah selama ini. Semua uang Ayah dikendalikan oleh Ibuku.Bahkan untuk sekedar uang bensin Ayah dijatah hanya lima ratus ribu sebulan.Dan Uang jajanku pun sama lima ratus ribu untuk satu bulan. Jadi aku tidak pernah merasakan jajan enak di kantin sekolah. Karena uang itu tidaklah cukup jika aku pakai untuk membeli makanan. Aku selalu membawa bekal. Agar tidak kelaparan.
Menantu Super Duper Antik.BAB 06Keesokan paginya aku mendatangi rumah Ibu mertuaku.Aku langsung berlari kearahnya dan menangis sesenggukan dipelukakannnya."Ada apa to Rin?"tanyanya bingung."Apa kamu bertengkar sama Tejo?"imbuhnya lagi karena melihat ku masih menangis sesenggukan."Ibu. Maafin Rina selama ini Bu...hu...hu...hu..."jawabku sambil masih terus menangis."Ayo duduk dulu dan cerita kepada Ibu ada apa sebenarnya, siapa tahu Ibu bisa membantumu?"ujarnya sambil mengajak ku duduk.Aku lalu bersimpuh dikakinya. Aku sangat menyesal dengan perilaku ku selama lima tahun menjadi menantunya.Aku berjanji akan berubah dan memperlakukan Ibu mertuaku seperti Ibuku sendiri.Lalu setelah aku duduk. aku menceritakan semuanya kepadanya."Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf."ujarnya sambil mengelus rambutku."Ibu benar sudah memaafkan Rina?"tanyaku tak percaya."Iya Nak. Bagi Ibu, kamu bukanlah sekedar menantu tapi sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."jawabnya dengan kel
Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m