Di dalam ruang kerja, Brandon menggelar kasur lipat sambil menahan perasaan tak berdaya di dalam hatinya.Dia bisa mengerti perasaan Hannah. Jika hal itu dialami dirinya, dirinya juga mungkin tidak akan bisa merasa tenang.Belum lagi Tansri yang malah menambah rumit masalah yang sudah ada. Masalah ini pasti akan tambah merepotkan.....Keesokan paginya, Brandon sengaja menyiapkan sarapan, dengan maksud menunjukkan kepada Hannah betapa sayangnya dia.Namun, Hannah malah tidak makan. Dia muncul di hadapan Brandon dan merobek surat perjanjian cerai yang dia buat.Brandon terdiam tidak mengerti. Dia paham, semua masalah ini tidak akan semudah ini selesai.Hannah pun menjelaskan, “Perceraian di antara kita bisa ditunda, tapi kamu harus berjanji padaku satu hal.”“Aku pasti akan memenuhinya.” Brandon dengan cepat membalas.“Kamu bahkan nggak bertanya padaku aku mau apa, kamu langsung setuju begitu saja? Apa kamu nggak takut aku akan memintamu melakukan hal-hal aneh atau berbahaya?” Hannah me
Tepat ketika Tansri sedang membayangkan bagaimana dia akan menghabiskan uang dari Brandon, sebuah kejadian besar terjadi di bandara Kota Manthana.Penerbangan di Kota Manthana tidak tergolong banyak. Paling-paling hanya penerbangan dari provinsi saja.Pada saat ini, seorang pria dengan setelan jas rapi dan rambut klimis, dengan tangannya yang sambil menyilang di belakang tubuhnya, sedang berdiri di pintu penjemputan bandara.Dia tidak memainkan ponselnya seperti orang kebanyakan. Tangan di belakang punggungnya sedang menyembunyikan seikat bunga.Banyak perempuan begitu terkesima begitu melihat pria ini.Di zaman sekarang ini, kebanyakan laki-laki pasti akan sibuk dengan ponselnya, bahkan saat berkencan sekali pun. Namun, pria ini masih tahu bagaimana cara memperlakukan perempuannya dengan baik.Tidak lama kemudian, akhirnya seseorang keluar dari dalam bandara.Diawali dengan beberapa pengawal serba hitam yang membuka jalan, sebelum akhirnya terlihat perempuan di tengah-tengah kepungan
Di Kediaman Limantara.Brandon baru saja pulang dari bank untuk menarik uang.Dia kemudian melemparkan tas berisi uang tunai 10 miliar ke atas meja. Mata Tansri langsung berubah hijau begitu melihat uang yang ada di hadapannya.Pada saat ini, dia sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Brandon. Dia mengecek uang yang ada di depan matanya. Setelah memastikan bahwa semua uang itu asli, senyum lebar merekah di wajahnya.“Mana surat pernyataanmu? Bukannya kamu kusuruh membuat surat pernyataan?” Tansri mendongak, dia berkata dengan nada penuh penekanan.Brandon mengeluarkan sebuah map yang sudah disiapkannya. Di dalamnya tidak hanya berisi surat pernyataan yang sudah ditandatangani oleh dirinya, juga ada tanda tangan dari pengacaranya. Ini resmi membuktikan bahwa 20 miliar adalah utang pribadi Brandon, tidak ada kaitannya dengan Hannah.Tansri membaca surat pernyataan dengan teliti. Setelah itu, dia menelepon ke beberapa kenalannya yang mengerti tentang hal-hal berbau perjanjian resmi. S
Dengan wajah yang masih memucat, Tansri tiba-tiba berdiri dari tempatnya dan menunjuk ke arah Brandon. Dia berkata, “Hei, sampah, jangan kamu kira 10 miliar ini bisa menyelesaikan masalah yang sudah kamu perbuat. Kamu harus memberikan lagi 10 miliar kepadaku. Ingat juga, semuanya itu nggak ada hubungannya dengan keluarga ini!”“Boleh, nggak masalah, tapi mungkin aku baru bisa memberikannya beberapa tahun lagi. Uang itu juga aku dapat dari temanku, dia sudah meminjamkan aku 20 miliar. Nggak mungkin dia meminjamkan uang lagi padaku, padahal aku belum melunasinya, ‘kan?” Brandon menjawab perkataan Tansri.“Brandon ….” Ekspresi Tansri langsung berubah lagi, kini emosi kesal terpancar dari wajahnya. Dia kemudian berkata, “Kamu ini menantu yang cuma menumpang hidup di Keluarga Limantara. Kamu bilang kamu sudah bekerja, kalau begitu berikan kartu ATM-mu kepadaku, biar aku yang mengatur gaji bulananmu!”“Jika Ibu memang menginginkannya, aku bisa memberikannya kepada Ibu.” Brandon tersenyum tip
Martin yang tadinya diam saja kini sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia memelotot ke arah Brandon dan berkata, “Halah! Brandon, kamu tahu dirilah! Memangnya kamu pantas menjadi presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya? Kamu nggak takut kena masalah main-main dengan nama orang hebat?”Semua orang jelas tidak percaya sampah modelan seperti Brandon ini bisa menjadi presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya.Dulu saat Keluarga Limantara mengadakan pertemuan dengan Nelson untuk membahas pernikahan, Brandon juga tanpa malu mengaku bahwa dia adalah seorang presdir. Namun, apa kenyataannya? Dia hanyalah sampah rendahan.Sekarang, dia kembali mengaku kalau dirinya adalah seorang presdir.Hannah yang berada di samping Brandon maju selangkah dan berbicara pelan kepada Herman, “Kakek, Brandon mungkin menggunakan kartu keanggotaan milik bosnya.”“Bos yang meminjamkannya mobil Porsche itu?” Herman mengangguk, dia lebih bisa percaya dengan kemungkinan yang dibilang Hannah.Sebuah mobil Porsch
“Ingat, ini yang terakhir, jangan sampai kamu mengulanginya lagi!” Tatapan mata Herman begitu tajam“Jangan karena Hannah sekarang memegang urusan keuangan perusahaan dan bertanggung jawab atas proyek itu, kamu malah menjadi sombong. Jangan hanya karena itu, kamu berani melawanku!”“Jika aku mau, aku bisa mencabut jabatannya sekarang juga. Dengan begitu, kamu nggak akan lagi punya modal untuk berlagak di depanku!”“Aku harap Kakek bisa mengambil keputusan secara bijak.” Brandon menjawab santai, kemudian langsung beranjak pergi.Ancaman yang dikeluarkan Herman dianggap bagai candaan bagi Brandon.Karena status Hannah sebagai manajer keuangan, bisa dibilang masa depan Keluarga Limantara juga ada di tangannya. Dengan status Hannah yang masih manajer keuangan saja, Brandon sudah berani bertingkah. Kalau nanti Hannah semakin tinggi posisinya, mungkin Brandon semakin menjadi-jadi, bukan?Namun, Brandon tidak mungkin membuat keluarga istrinya sampai jatuh. Herman menggertakkan giginya sambi
“Gimana caranya?” Herman menatap Martin dengan sorot mata penasaran. Martin biasanya punya rencana yang bagus, hanya saja dia selalu buruk dalam hal eksekusi.Kira-kira Martin punya rencana apa kali ini? “Kakek, alasan kenapa Brandon bisa begitu angkuh karena Kakek terlalu lembut. Kakek juga kurang memberi tekanan kepada Hannah.” “Aku mengerti, Hannah memang sudah banyak berkontribusi untuk keluarga ini, dan dia juga cucu Kakek. Kakek nggak perlu bersikap terlalu sadis sama dia.” Martin berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Biar aku yang menjadi orang jahat itu.”Herman mengerutkan dahinya. Apa maksudnya ini?“Kamu nggak mungkin memintaku mewariskan posisi presdir padamu sekarang juga, ‘kan?” Herman curiga.“Kakek, hanya dengan cara itu aku bisa menghalangi jalan Hannah. Dengan identitasku sebagai presdir, maka aku bisa menekan Hannah.”“Selain itu, apa Kakek tidak menyadari, Hannah sekarang ini sudah mulai licik? Meskipun Hannah terlihat baik, Kakek seharusnya sadar kan bagaimana sik
Tansri sedang duduk di kamar Hannah. Dia menatap kartu ATM di tangannya dengan wajah yang berseri-seri. Kartu ATM itu baru saja diberikan Brandon kepadanya. Brandon sudah mengatur agar perusahaan mentransfer beberapa belas juta setiap bulannya ke dalam rekening itu.Sambil terus mengelus kartu ATM di tangannya, Tansri bergumam, “Hannah, kamu pasti paham kan maksud perkataan Kakek tadi? Sementara ini Kakek nggak akan suruh kalian bercerai, tapi dia juga nggak akan membiarkan Brandon terus sombong seperti itu.”“Hannah, kamu harus awasi suamimu dengan baik. Akhir-akhir ini perilakunya nggak benar. Aku rasa, dia sudah mendapatkan banyak uang dari perusahaan teman kuliahnya. Kalau bisa, kamu harus mencari cara bagaimana memindahkan uang itu ke tanganmu. Ingat kata-kata Ibu, seorang pria akan mulai bertingkah kalau punya banyak uang!”Hannah membalas sambil mengernyit, “Bu, biar aku urus sendiri masalah aku dengannya.”“Dengar, Ibu hanya ingin yang terbaik buat kamu. Meskipun kamu sekarang