Martin hampir tertawa.Setelah melakukan kesalahan yang boleh dikatakan cukup fatal, dia hanya tidak digaji selama setengah tahun dan disuruh pulang untuk merenungkan kesalahannya. Itu berarti setelah terjadi masalah ini, kedudukannya di Keluarga Limantara masih tidak berubah.‘Hannah, kamu hanya wanita jalang, kamu kira kamu bisa lawan aku? Heh!’ maki Martin dalam hati. Kemudian, Martin berlagak menyesali perbuatannya, lalu berkata, “Kakek, aku sudah menyesali kesalahanku. Aku akan merenungkan kesalahanku. Kelak aku akan melakukan kontribusi lagi untuk Keluarga Limantara!”“Setelah mendengar ucapanmu, Kakek pun merasa tenang,” ucap Herman dengan datar.“Bagaimanapun juga masalah ini adalah masalah Keluarga Limantara, tidak ada untungnya kalau kabar ini sampai tersebar keluar. Jadi, aku ingin kalian merahasiakan masalah ini. Kalau ada yang berani berbicara sepatah kata pun, aku pasti tidak akan mengampuni orang itu!” Herman melirik orang-orang di ruangan, lalu berbicara dengan serius.
Setelah mendengar ucapan Tansri, Brandon mengerutkan keningnya dan berkata, “Kakek sungguh keterlaluan. Martin sudah melakukan kesalahan fatal, setidaknya jabatannya harus diturunkan atau diberi hukuman lain? Sekarang dia hanya disuruh merenungkan kesalahan di rumah. Konyol sekali!”“Lagi pula, perbuatan Kakek bukan hanya membuktikan kalau dia berpihak pada Martin, perbuatannya juga membuktikan kalau dia nggak peduli dengan Hannah. Dia bahkan nggak peduli sama perasaan Hannah ….”“Sekarang kamu jadi psikolog? Sudah pintar analisis? Tapi apa ada gunanya? Nggak ada, ‘kan?” tanya Tansri dengan emosi. “Ke mana kamu hari ini? Kenapa kamu nggak temani Hannah tadi? Kalau ada kamu, setidaknya ada yang bela Hannah! Dasar nggak berguna!”Brandon tidak membalas. Dia sudah terbiasa dengan sikap kasar Tansri. Dia hanya tidak habis pikir Herman malah begitu pilih kasih.Mungkin Kakek Herman tahu Hannah hanya akan diam dan tidak akan melawan? Dia sungguh licik dan tidak berperikemanusiaan ….“Sudahla
Keesokan paginya, Brandon yang sedang tidur di ruang baca dibangunkan oleh Hannah. “Brandon, Kakek panggil kita semua ke Kediaman Limantara. Kamu juga mesti ke sana!”“Baik!” Brandon mengangguk. Dia tentu tahu apa yang terjadi. Semalam setelah Brandon berpesan, Karen pasti akan langsung melaksanakannya. Bisa jadi semalam Kakek Herman sudah menerima surat tuntutan dari pengacara Perusahaan Investasi Sinjaya?Pada jam sembilan pagi, semua orang sudah berkumpul di Kediaman Limantara. Herman yang duduk di kursi utama terlihat sangat muram saat ini.Semalam Herman sudah menerima surat dari pengacara Perusahaan Investasi Sinjaya. Maksudnya sangat sederhana. Mereka marah lantaran Grup Limantara berani mencari orang untuk membuat kerusuhan dalam proyek yang diinvestasi Perusahaan Investasi Sinjaya. Mereka mengira Grup Limantara sedang menipu uang perusahaan mereka.Sekarang mereka hanya dihadapkan dengan dua pilihan saja. Pilihan pertama adalah memberi penjelasan kepada Perusahaan Investasi Si
“Iya, Hannah, sebelumnya nggak ada yang berhasil untuk mendapatkan kontrak, cuma kamu saja yang berhasil. Sepertinya kamu bisa menyelesaikan masalah kali ini.”“Kamu itu penanggung jawab proyek penting Grup Limantara! Seharusnya kamu nggak akan nolak, ‘kan?”“Hannah, aku juga merasa usulan ini bagus sekali. Gimana kalau kamu pergi ke Perusahaan Investasi Sinjaya?”Tiba-tiba semua orang menyorot Hannah. Sekarang mereka semua berharap Hannah bisa menangani masalah Grup Limantara, jangan sampai Grup Limantara berjalan ke jurang kebangkrutan. Tidak ada dari mereka yang bersedia untuk hidup sengsara.Saat ini, Hannah sungguh tidak berdaya. Dia sungguh tidak menyangka masalah semalam masih belum berakhir, melainkan berkembang menjadi lebih parah lagi.Bukankah mereka semua merasa Martin adalah harapan mereka semua? Sekarang? Mereka malah menyuruh Hannah untuk menyelesaikan masalah lagi? Hannah sungguh emosi. Saking emosinya, dia pun hampir menggila.“Hannah, jangan-jangan kamu nggak bersedia
Lagi-lagi anggota Keluarga Limantara lainnya mulai memuji Martin. Berhubung mereka semua juga tidak bisa menyelesaikan masalah, mereka terpaksa mengucapkan kata-kata yang bisa menyenangkan hati kakek mereka.Wajah Hannah pun memucat. Martin terlalu tidak tahu malu. Padahal semua ini terjadi gara-gara dia. Sekarang dia tidak sanggup menyelesaikan masalah, tapi dia malah berbicara dengan sok hebat.“Kalau begitu, mohon penerus Keluarga Limantara menyelesaikan masalah ini,” ucap Hannah dengan sinis.“Cih, memangnya aku itu manajer proyek, untuk apa aku ikut campur? Hannah, kalau kamu nggak sanggup selesaikan masalah ini, utang 6 triliun itu jadi utangmu!” ucap Martin dengan ketus.Martin tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah Perusahaan Investasi Sinjaya. Jadi, satu-satunya cara adalah mendorong utang itu menjadi tanggung jawab Hannah.Inilah konsekuensi untuk menjadi penanggung jawab. Kepikiran hal ini, Martin pun merasa gembira dengan kepintarannya.“Emm, sepertinya ini ide bagus!”“
Semua anggota Keluarga Limantara terkejut. Mereka semua menatap Brandon dengan mata terbelalak. Mereka sungguh tidak menyangka Brandon akan tiba-tiba melempar asbak ke wajah Martin.Sepertinya Martin cukup sial! Entah sudah berapa kali dia dilempar oleh Brandon, dan dia tidak berhasil mengelak sama sekali.Hanya saja, sepertinya Brandon tidak seharusnya menghadiri rapat keluarga ini. Sebab, dia suka sekali main kasar!“Brandon, kamu kira aku nggak berani beri pelajaran sama kamu? Percaya nggak kalau aku bakal habisi kamu?” Martin memegang hidungnya dengan emosi tinggi.“Panggil si David?” tanya Brandon dengan acuh tak acuh.“Iya, aku akan panggil Kak David. Asal kamu tahu Kak David itu teman baikku. Dia ….” Saat ini Martin merasa sangat emosi. Saking emosinya, dia bahkan berbicara dengan blak-blakan. Hanya saja, ketika berbicara sampai belakang, dia tiba-tiba merespons dan wajahnya langsung memucat.“Kak David, akrab sekali, ya?” Brandon tersenyum, lalu berkata, “Kamu jangan lupa masal
Tatapan semua orang tertuju pada diri Hannah, dan Hannah pun semakin emosi lagi.Brandon juga hanya bisa menghela napas saja. Dia tahu tak peduli apa pun yang terjadi, Kakek Herman tetap tidak akan memecat Martin dari Grup Limantara.Bagi Kakek Herman, terdapat perbedaan signifikan di antara perempuan dengan laki-laki.Masalah sudah berkembang hingga tahap sekarang. Brandon juga tahu dirinya tidak seharusnya ikut campur lagi. Jika tidak, istrinya pun akan semakin dipersulit.Setelah dipikir-pikir, Brandon mengirim pesan singkat kepada Hannah.Hannah langsung membaca pesan ponselnya. Tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar. Sebab, Brandon malah membujuk Hannah untuk menyetujui permintaan tidak masuk akal mereka. Selain itu, Hannah disuruh untuk mengajukan persyaratan.Ketika menyadari Hannah melihat dirinya, Brandon pun berkata dengan tersenyum, “Percaya sama aku.”Hannah kepikiran kejadian dua hari silam, dan akhirnya dia memilih untuk memercayai Brandon. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu
Jujur saja, Herman juga tidak bersedia untuk menyerahkan kendali keuangan kepada Hannah. Sebab, jika hal itu sampai terjadi, kedudukan Hannah akan menggoyangkan kedudukan Martin.Namun saat ini, Herman sudah tidak memiliki pilihan lain lagi. Sebab, jika Hannah tidak bersedia untuk menyelesaikannya, bisa jadi Grup Limantara akan kembali ke ambang kebangkrutan.“Kakek, Kakek jangan percaya sama dia! Mana mungkin dia bisa selesaikan masalah ini? Perusahaan Investasi Sinjaya bahkan sudah mengirim surat tuntutan! Aku khawatir cewek ini lagi bersekongkol dengan Perusahaan Investasi Sinjaya. Kemudian, dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi!”Martin juga kepanikan. Dia sungguh takut Herman akan menyetujui permintaan Hannah. Jika Herman menyetujuinya, sepertinya posisi Martin sebagai pewaris Grup Limantara hanya tinggal khayalan saja.“Hannah, beraninya kamu bohongi Kakek? Apa kamu kira Kakek itu gampang untuk dibohongi?” tanya Gabriel dengan te