“Jangan asal bicara!”“Ada Kakek di sini, jangan kurang ajar!”“Jaga mulutmu!”Semua sepupu yang sudah mencapai kesepakatan dengan Martin langsung maju untuk mengutarakan ketidakpuasan. Jelas sekali Martin sangat memahami karakter Kakek Herman. Pemikiran lelaki tua itu sangatlah konservatif. Jadi, Martin yang lainnya mesti menjalankan rencana dengan penuh hati-hati, jangan sampai meninggalkan jejak. Hanya saja, dengan bantuan orang-orang, rencana baru bisa berjalan lancar.Saat ini, Martin memang masih belum mendapatkan bukti apa-apa. Berhubung Martin yakin Hannah dan David sudah berhubungan badan semalam, dia pun tidak memedulikan masalah bukti lagi.“Kenapa kalian heboh sekali? Apa mungkin aku akan bercanda dengan masalah seperti ini?” ucap Gabriel dengan ekspresi dingin.Setelah ucapan dilontarkan, semua sepupu termasuk yang bersekongkol dengan Martin pun terlihat syok.Tidak sedang bercanda? Itu berarti semua ini adalah kenyataan?Hannah malah main dengan lelaki lain? Dia sudah me
“Kakek, aku benar-benar nggak tahu apa yang sudah dia lakukan di rumah David. Hanya saja, masalah dia nggak pulang semalaman itu … harusnya benar. Hmm ….” Martin berlagak serba salah, dan tertegun sejenak baru melanjutkan, “Kakek, nggak peduli masalah ini benar atau nggak, aku cuma ingin bilang dia bisa pergi cari David juga demi masalah proyek. Jangan salahkan dia ….”“Prang ….”Herman membanting gelas ke lantai, lalu berkata dengan geram, “Ini bukan masalah proyek! Ini masalah reputasi keluarga! Aku tidak peduli apa alasannya. Kalau dia benar-benar melakukan hal yang memalukan nama Keluarga Limantara, aku tidak akan maafkan dia!”“Kakek, Kakek jangan bicara seperti ini. Meski Hannah melakukannya, semua itu juga demi proyek Keluarga Limantara!”“Iya, Kek. Kita seharusnya pengertian sama dia! Jadi wanita itu nggak gampang! Apalagi suaminya itu pecundang. Siapa lagi yang bisa diharapkan Hannah selain dirinya sendiri?”“Cih! Suaminya itu memang nggak berguna banget! Gara-gara si pembawa
“Gabriel, apa maksudmu?!” Suasana hati Hannah sedang tidak bagus. Ditambah lagi, dia adalah manajer proyek kawasan pusat bisnis, kedudukannya di Keluarga Limantara jelas berbeda dari sebelumnya. Saat ini, dia menatap Gabriel dengan geram.Gabriel malah tersenyum menyeringai melirik sekujur tubuh Hannah, baru berkata, “Apa maksudku? Hannah, kamu tahu sendiri! Sebelumnya aku cukup kasihan sama kamu karena punya suami nggak berguna. Terkadang aku juga bakal belain kamu, tapi aku nggak nyangka kamu itu cewek murahan?!”“Dengar-dengar selama tiga tahun ini, kamu nggak pernah berhubungan badan sama suamimu. Awalnya aku nggak percaya, sekarang … aku percaya! Karena kamu punya selingkuhan di luar sana!”Selingkuhan?Kedua mata Hannah spontan berkobaran api. Dia sungguh geram lantaran Gabriel sudah mencemari nama baiknya!“Gabriel, tadi pagi kamu belum gosok gigi? Kenapa mulutmu bau sekali? Apa kamu nggak tahu memfitnah itu melanggar hukum?” tanya Hannah dengan emosi tinggi.Gabriel berdiri, la
“Hannah, sebenarnya apa yang terjadi? Jelaskan!” Herman tidak sanggup menahan emosinya lagi. Dia menggebrak meja, lalu menjerit meminta penjelasan dari Hannah.Tatapan Hannah tertuju pada Gabriel, lalu beralih ke sisi Martin. Jelas sekali ada yang menjelek-jelekkan nama Hannah tadi, dan kemungkinan besar pelakunya adalah Martin. Alhasil, Kakek Herman memperlakukan Hannah dengan sangat galak dan dingin.Awalnya Hannah masih tidak mencurigai Martin, dan malah mencurigai Brandon. Namun saat ini, dia semakin kebingungan entah siapa yang sebenarnya sudah menjebaknya? Sepertinya Martin lebih patut untuk dicurigai?Hannah menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya, lalu berkata, “Kakek, aku sudah selesaikan masalah di lapangan.” “Iya, kami tahu. Sekarang yang ingin kami tahu itu gimana kamu selesaikan masalahnya?” tanya Gabriel dengan tidak sabaran.“Semalam kamu semalaman tinggal di pedesaan, ‘kan? Hannah, ngapain kamu ke sana malam-malam? Kamu tidur sama selingkuhanmu, ‘k
“Kak Robert, memang benar Keluarga Limantara sangat hormat terhadapmu. Kami tidak pernah menyinggungmu, ‘kan?” Raut wajah Herman agak berubah. Meskipun Herman tidak tahu apa maksud kedatangan Robert, dia pun merasa gugup.Jika masalah tidak ditangani dengan baik, sepertinya akan ada pertumpahan darah di ruangan.“Hormat? Kalau kamu hormat sama aku, kenapa kalian malah menjebakku?” Robert tersenyum sinis, lalu mencabut karung goni di atas kepala sanderanya.Ketika Martin melihat tampang lelaki itu dengan saksama, wajahnya langsung memucat. Bukannya dia itu David? Dia adalah bos besar di dunia gangster? Kenapa dia bisa ditahan oleh Robert?Robert menendang David, lalu berkata dengan dingin, “Ternyata kalian ingin jadikan adikku sebagai kambing hitam untuk mencari masalah dengan Perusahaan Investasi Sinjaya? Kalau Keluarga Limantara sudah bosan hidup, itu urusan kalian! Aku masih ingin hidup!”Seluruh bulu kuduk Herman berdiri. “Kak Robert, apa yang terjadi?”“Katakan sendiri!” Robert men
“Martin, kamu keterlaluan sekali. Kita semua adalah keluarga. Kenapa kamu melakukan hal rendahan seperti itu?”“Hannah sudah susah payah untuk mempertahankan proyek besar kita. Kenapa kamu malah ingin celakai dia?”“Sia-sia aku percaya sama kamu! Ternyata kamu dalangnya!”“Aku sungguh kecewa sama kamu!”Gabriel yang awalnya berbicara ketus dengan Hannah pun terlihat muram. Dia yang memulai permasalahan ini. Jika Kakek Herman menyalahkannya, sepertinya dia juga tidak bisa lari dari tanggung jawab.“Kakek, aku nggak tahu apa-apa. Semua ini nggak ada hubungannya sama aku!” Gabriel segera membela diri.“Ayah, Martin hanya ceroboh sesaat. Ayah jangan marah! Untung saja nggak terjadi apa-apa. Nanti aku akan beri pelajaran sama dia!” Saat ini, raut wajah Renald tampak sangat muram. Tidak ada yang berani untuk membela Martin, hanya saja Renald juga tidak berdaya. Martin adalah putra kandungnya. Jika nantinya mereka diusir dari Keluarga Limantara gara-gara masalah ini, sepertinya kehidupannya
Martin hampir tertawa.Setelah melakukan kesalahan yang boleh dikatakan cukup fatal, dia hanya tidak digaji selama setengah tahun dan disuruh pulang untuk merenungkan kesalahannya. Itu berarti setelah terjadi masalah ini, kedudukannya di Keluarga Limantara masih tidak berubah.‘Hannah, kamu hanya wanita jalang, kamu kira kamu bisa lawan aku? Heh!’ maki Martin dalam hati. Kemudian, Martin berlagak menyesali perbuatannya, lalu berkata, “Kakek, aku sudah menyesali kesalahanku. Aku akan merenungkan kesalahanku. Kelak aku akan melakukan kontribusi lagi untuk Keluarga Limantara!”“Setelah mendengar ucapanmu, Kakek pun merasa tenang,” ucap Herman dengan datar.“Bagaimanapun juga masalah ini adalah masalah Keluarga Limantara, tidak ada untungnya kalau kabar ini sampai tersebar keluar. Jadi, aku ingin kalian merahasiakan masalah ini. Kalau ada yang berani berbicara sepatah kata pun, aku pasti tidak akan mengampuni orang itu!” Herman melirik orang-orang di ruangan, lalu berbicara dengan serius.
Setelah mendengar ucapan Tansri, Brandon mengerutkan keningnya dan berkata, “Kakek sungguh keterlaluan. Martin sudah melakukan kesalahan fatal, setidaknya jabatannya harus diturunkan atau diberi hukuman lain? Sekarang dia hanya disuruh merenungkan kesalahan di rumah. Konyol sekali!”“Lagi pula, perbuatan Kakek bukan hanya membuktikan kalau dia berpihak pada Martin, perbuatannya juga membuktikan kalau dia nggak peduli dengan Hannah. Dia bahkan nggak peduli sama perasaan Hannah ….”“Sekarang kamu jadi psikolog? Sudah pintar analisis? Tapi apa ada gunanya? Nggak ada, ‘kan?” tanya Tansri dengan emosi. “Ke mana kamu hari ini? Kenapa kamu nggak temani Hannah tadi? Kalau ada kamu, setidaknya ada yang bela Hannah! Dasar nggak berguna!”Brandon tidak membalas. Dia sudah terbiasa dengan sikap kasar Tansri. Dia hanya tidak habis pikir Herman malah begitu pilih kasih.Mungkin Kakek Herman tahu Hannah hanya akan diam dan tidak akan melawan? Dia sungguh licik dan tidak berperikemanusiaan ….“Sudahla