“Bukan … aku bukan bermaksud untuk menghinamu. Aku hanya ingin beri pelajaran terhadap orang bodoh itu ….” William berkata dengan kaget.Bukannya percakapan kedua orang sangat gembira? Kenapa sekarang Robert tiba-tiba marah? Kenapa Robert bisa tersinggung? Bukankah uang yang dibayarkan William cukup besar? Apa masih kurang?“Apa maumu?!” Robert berjalan maju, lalu menendang William. Baru saja anak buah yang berada di samping melangkah maju, Robert pun mengingatkan, “Siapa pun nggak boleh maju! Beraninya bocah ini menghinaku?! Aku akan habisi dia!”“Kak Robert, aku nggak hina kamu. Aku datang untuk kasih kamu uang ….”“Kak Robert, aku tambah! Aku tambah uangnya, oke?”“Kak Robert, ada apa ini? Kenapa?!”“Ah ….”Pada akhirnya terdengar suara jerit histeris. Rasa sakit terasa dari kedua kaki hingga ke atas kening. William yang biasanya hidup mewah tentu saja tidak pernah mengalami hal seperti ini. Saat ini, dia pun sedang terkapar lemas di atas lantai. Saking sakitnya, William pun sudah t
Robert membalas dengan serius, “Keluarga Sentana bergerak di bisnis legal dan ilegal. Mereka juga memiliki sebuah perusahaan keamanan yang hampir memonopoli sebagian besar Kota Manthana.”“Sebelumnya ada dua karyawan Perusahaan Investasi Sinjaya ditugaskan untuk mengurus prosedur pencabutan investasi. Mereka berdua malah dipukul hingga babak belur. Kalau bukan karena kami datang tepat waktu, sepertinya kedua karyawan itu sudah cacat.”“Mereka ingin melawan Keluarga Sinjaya?” Brandon menyeringai. “Apa Keluarga Sentana punya nyali sebesar itu?”Robert kembali membalas dengan wajah serius, “Keluarga Sentana memang tidak punya nyali besar. Hanya saja, anak muda dari Keluarga Sentana dekat dengan Brian Sumandi. Itulah alasan kenapa mereka berani bersikap arogan.”Brian Sumandi yang dikatakan Robert adalah salah seorang bos besar di dunia gangster Kota Manthana. Kekuatannya boleh dikatakan mengimbangi Robert. “Maksudmu, Brian adalah sandaran Keluarga Sentana?” tanya Brandon. “Kamu beri tahu
Sore harinya, ponsel Brandon tiba-tiba berdering. Panggilan itu adalah panggilan dari Hannah. Begitu panggilan diangkat, terdengar suara merdu Hannah dari ujung telepon. “Brandon, tadi kami sudah menerima dana investasi tahap pertama dari Perusahaan Investasi Sinjaya. Nanti kamu bantu aku untuk ucapin terima kasih sama Bu Karen, ya.”“Emm?” Brandon terbengong sejenak. Jangan-jangan Hannah sudah menyadarinya?Kemudian, terdengar lanjutan ucapan Hannah, “Bukankah dia itu teman kuliahmu? Kalau memungkinkan, aku ingin traktir dia makan.”“Coba kita lihat nanti. Dengar-dengar dia itu sibuk sekali,” balas Brandon dengan asal-asalan.Bercanda? Makan bersama dua wanita ini? Semua orang juga tahu apa yang akan terjadi!“Oh ya, malam ini aku ada sedikit urusan, pulangnya agak malam.” Brandon teringat masalah lain, dan dia pun berkata.Hannah terdiam beberapa saat baru berkata, “Malam ini … pintu kamarku … sepertinya … seharusnya … nggak dikunci ….”“Tut, tut, tut ….”Selesai Hannah melontarkan u
Pada saat yang sama, di dalam ruangan VIP sasana tinju bawah tanah. Seorang lelaki tua berpakaian rapi sedang berdiri dengan melipat kedua tangan di belakang. Saat ini si lelaki terlihat sangat galak, sepertinya dia tidak menyukai tempat ini.Semua yang pernah menyaksikan acara verifikasi barang antik di acara televisi seharusnya mengenalinya. Lelaki itu tak lain adalah Master Lucas Marlon, tokoh terkemuka di dunia barang antik.Saat ini, Lucas bisa muncul di Kota Manthana karena dia ingin meminta bantuan Brandon untuk memverifikasi sebuah barang peninggalan yang cukup berharga.Hanya saja, kedatangan Lucas ke sasana tinju tidak ada hubungannya dengan barang peninggalan tersebut. Dia hanya ingin bertemu dengan seorang teman lama saja. Saat ini, Dessy yang menemani kakeknya juga terlihat sangat dingin.Dari jendela ruangan mereka, kebetulan dapat terlihat pertandingan sengit di atas arena tinju.Mereka semua berasal dari keluarga besar, tapi sebagai seorang kolektor barang antik, merek
Sekarang adalah ronde paling khusus dan paling menguji adrenalin di sasana tinju bawah tanah. Ronde ini adalah ronde interaksi petinju dengan penonton. Penonton bisa merasakan langsung tinjuan yang diayunkan petinju. Jika penonton bisa mengalahkan petinju, mereka pun akan mendapatkan hadiah yang cukup besar. Hanya saja, kondisi seperti itu tidak pernah terjadi.Bagaimanapun juga, penonton hanyalah penonton. Mana mungkin mereka bisa mengalahkan petinju profesional? “Aku ingin coba.” Brandon tersenyum, lalu memasang masker di wajahnya. Kemudian, tangan kanannya menepuk-nepuk arena tinju, dan meloncat naik ke atas arena tinju.“Sepertinya nyali penonton misterius ini besar sekali. Mungkin dia ingin menjadi orang pertama yang memenangkan pertandingan ini,” ucap wasit dengan tersenyum. Hanya saja, tatapannya penuh dengan penghinaan. Apa gunanya berlagak misterius? Sebentar lagi dia juga akan dipukul hingga tidak bergigi lagi?!Bahkan orang yang memakai topeng besi juga bisa dipukul hingga
Ketika melihat ekspresi mereka berdua, raut wajah Brian tidak berubah sama sekali. Dia malah tersenyum dalam hati. Brian juga tidak bodoh. Tentu saja dia bisa melihat lelaki bermasker di atas arena tinju memiliki hubungan istimewa dengan Dessy. Awalnya Brian tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan Dessy. Namun saat ini, dia malah menemukan harapan baru.Kepikiran hal ini, Brian mengeluarkan ponselnya lekas mengirim pesan singkat. Kemudian, dia mengintip Dessy sekilas. Sepertinya malam ini wanita cantik ini akan berbaring di atas ranjang kamarnya.…Di atas arena tinju.Brandon mengambil perban putih untuk membalut lengannya. Saat ini ekspresinya terlihat sangat datar.Sementara itu, petinju yang akan melawan Brandon malah tersenyum sambil berkata, “Hei, kalau aku jadi kamu, sekarang aku pasti akan berlutut untuk minta ampun, lalu turun dari arena tinju. Siapa pun tahu tenaga kedua tanganku ini sangat besar. Aku tidak jamin aku bisa mengontrolnya. Jangan gara-gara ingin terkenal, n
Selesai melontarkan ucapan itu, ekspresi Brian terlihat muram. Petinju yang dikalahkan oleh Brandon tadi sebenarnya adalah petinju yang cukup terkenal di area tinju bawah tanah ini. Dia bahkan pernah menang sepuluh kali berturut-turut. Dia memang bukan orang terkuat di sini, tapi kekuatannya tergolong di atas standar. Sepertinya akan sulit bagi peserta lain untuk mengalahkannya.“Nona Dessy, orang yang aku utus selanjutnya bukanlah orang biasa. Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?” Brian spontan melirik Dessy sekilas.Raut wajah Dessy langsung berubah pucat. Hanya saja, dia tetap berkata, “Pak Brian, tadi anggotamu sudah kalah ….”“Iya, anggotaku memang sudah kalah, tapi aku ingin menunjukkan pertandingan seru untuk Nona Dessy. Aku nggak mungkin akan kecewain kamu.” Brian tersenyum. “Begini saja, kalau Nona Dessy ingin aku menghentikan pertandingan, kamu bisa langsung berteriak. Kalau nggak, aku nggak tahu bakal terjadi apa lagi.”Selesai berbicara, kali ini Brian mengambil ponselny
“Bukannya tidak memungkinkan. Waktu itu, aku juga pernah bertemu dengan kejadian seperti ini di ibu kota. Banyak master yang memiliki bakat terpendam. Mereka mungkin tidak bisa terbang ke atas atap dan memanjat dinding seperti di televisi, tapi bisa jadi dia sendiri sanggup melawan ratusan orang,” ucap Lucas dengan tersenyum.Setelah mendengar ucapan ini, raut wajah Brian semakin muram lagi. Semakin tinggi rasa ketertarikan Lucas, Brian pun merasa semakin malu lagi.Kali ini Dessy tidak mendengar percakapan kedua orang. Dia masih tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya.Lelaki ini lebih hebat daripada yang dibayangkan. Tinjuan mematikannya bahkan telah membuat dua petinju tidak sanggup untuk berdiri lagi. Mana mungkin tokoh hebat seperti ini adalah seorang pecundang?Hanya saja, kenapa dia rela untuk hidup dibiayai oleh istrinya? Bahkan juga rela untuk menjadi bahan lelucon orang-orang Kota Manthana?Jangan-jangan demi wanita itu? Bukannya mereka berdua tidak pernah bergandengan