Share

Part 8

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku hanya bisa geleng-geleng mendengar pengakuan Aish. Dia sangat cerdas. Meskipun, rasa tidak tega sangat kuat kepada Mas Wisnu.

"Aish, apa tidak bahaya? kenapa Mas Wisnu yang dikasih obat pencahar. Harusnya si Aida."

"Aish sengaja melakukan itu, agar Mbak bisa caper sama Mas Wisnu. Biar dia sadar, kalau Mbak adalah perempuan yang sangat tulus mencintainya. Ya meskipun, pada waktu yang tepat, Aish berharap kalian bercerai."

Perkataan Aish menampar hatiku. Cepat atau lambat, perasaan ini harus sirna. Aku sendiri tidak yakin, bisa kuat saat dipoligami. Walaupun Mas Wisnu berusaha adil, tetap saja, masalah hati tidak bisa dikontrol. Mas Wisnu akan sulit untuk berbuat sama rata menyikapi perasaanku dan Aida.

"Terus Mbak harus Apa?"

"Aduh, nanya mulu. Untung punya adik yang kesabarannya seluas sungai A****n. Nih, kasih obat ini sama Mas Wisnu. Sebelumnya, bawakan teh hangat sama biskuit buat mengganjal perutnya yang kosong."

"Ide luar biasa."

"Iya dong, siapa dulu dalangnya, Aish."

"Hahaha, siap-siap. Mbak harus memainkan simpati Mas Wisnu, agar dia mau jujur tentang alasan pernikahan keduanya."

"Nah cakep. Gitu dong, berpikir encer. Jangan emosi mulu, percuma gak menyelesaikan masalah, tapi malah nambah ribet. Terus, Mbak jadi cepat tua, hahaha."

"Sembarangan. Ya sudah, Mbak ke kamar dulu. Mas Wisnu masih nongkrong di WC kayanya."

"Hahahaha, sip. Awas Mbak, jangan baper, yah."

"Pasti. Hati ini terlalu sakit untuk kembali."

Aish tersenyum meledek mendengarkan penuturanku. Biar saja aku buktikan, jika perkataan ini memang benar adanya. Selingkuh dan kebohongan, dua hal fatal dalam sebuah hubungan.

"Mas."

Mas Wisnu sedang bersandar di kasur. Wajahnya pucat, dan lemas. Rasa tidak tega, segera aku tepis, saat mengingat kejahatannya padaku.

"Neng, perut Mas, sakit banget. udah sepuluh kali bulak balik WC."

"Minum teh pahitnya dulu, Mas. Biar gak lemes. Elin, juga bawain biskuit, biar Mas gak pingsan kehabisan asupan makanan," ujarku datar.

"Makasih, Neng."

Mas Wisnu memakan beberapa biskuit dan meminum teh. Dia terus memandangiku. Aku berusaha menghindar dari tatapannya, dengan cara menyibukkan diri bermain gawai.

"Neng, Boleh minta ambilin air putih?" 

"iya."

Aku kembali ke dapur mengambilkan Air dan membawa obat penawar dari Aish. Sudah cukup, pelajaran untuk Mas Wisnu malam ini. Aku akan melancarkan jurus rayuan maut untuk mensukseskan rencana selanjutnya.

"Minum obat ini Mas. Tadi, Aish sengaja aku suruh membelikannya."

"Iya Neng. Makasih yah, kamu tetap jadi istri yang berbakti, padahal Mas sudah menyakiti."

Jika bukan karena niat ingin membalaskan rasa sakit Hati, aku sudah menggugat cerai sejak kemarin. Namun, berusaha tidak gegabah.  Tak rela melepas Mas Wisnu begitu saja. Sebelum dia merasakan sakit hatiku.

Tak akan aku biarkan, Aida merasa di atas awan. Enak saja, aku yang menemani Mas Wisnu dari nol. Saat dia masih menjadi mahasiswa, sampai sekarang, diangkat sebagai Planning manager di perusahaan BUMN. Dengan gaji puluhan juta, masa aku akan melepasnya semudah itu? tentu tidak. 

Beberapa bulan kedepan, kita akan bermain-main dulu. Membuat posisiku semakin kuat di hati Mas Wisnu. Saat dia sadar, bahwa aku berharga, barulah mencampakkannya. 

"Sudah kewajibanku sebagai Istri untuk berbakti. Selama kata talak dan gugatan cerai belum dilayangkan."

"Apa Neng, akan menggugat cerai?"

"Mungkin."

"Tapi Neng, Mas sangat mencintai Neng."

"Jangan bicara cinta, jika secara bersamaan, melukai hati orang yang dicintai."

"Pernikahan Mas dengan Aida hanya terpaksa. Keluarga Mas, berhutang banyak pada Aida. Saat Ayah meninggal, yang membiayai hidup Mas dan Ibu, adalah bapaknya Aida. Maka, saat Aida tidak punya siapa-siapa lagi, Mas terpaksa menikahinya."

Hahaha, basi alasan kamu, Mas. Jika kamu benar-benar mencintaiku, tidak akan memilih jalan mendua. Membalas budi, tidak harus dengan cara menikah, bukan? aku tahu, perkataanmu hanya sebuah alibi untuk membenarkan poligami.

"Terserah, Mas."

"Neng, tolong percaya sama Mas."

Mas Wisnu memelukku erat. Ada desiran halus yang tidak bisa ditolak. Rasa sayang masih tersisa, meski hanya beberapa persen saja.

"Lepas, Mas."

"Neng, Mas mohon, jangan minta cerai. Mas akan berusaha mempertahankan pernikahan ini sekuat tenaga. Neng sudah janji, kita akan bersama sampai ajal memisahan," pinta Mas Wisnu.

Matanya menatapku sendu. Dia merangkul pundakku, memohon agar tidak pergi. Semesta memang suka bercanda. Kemarin, aku harus melihat resepsi kedua suamiku. Sekarang, dipaksa menyaksikan luapan cinta darinya. 

"Ada syaratnya."

"Apa? sebutkan Neng. Apapun yang Neng minta, Mas pasti wujudkan. Asal jangan meminta Mas menceraikan kamu ataupun Aida."

Deg!

Ucapan Mas Wisnu begitu menusuk. Manusia macam apa di depanku ini. Dia sangat egois. Tidak mau melepasku, tapi seenaknya melukai.

"Aku minta modal 500 juta untuk membuka cabang restoran. Terus, beliin mobil juga. Aku harus sering main keluar, agar tidak stres di rumah.

"Kamu serius?" tanya Mas Wisnu tak percaya.

Selama ini, aku tipe istri yang tidak banyak menuntut. Awalnya, harta tidak penting bagiku. Namun, jika kondisinya seperti ini, lebih baik, aku habiskan harta Mas Wisnu untuk memakmurkan hidupku. Dibandingkan hartanya habis oleh Aida.

"Terserah kalau tidak mau. Jalan perceraian akan aku perjuangkan."

"Ba-baik, semua keinginan kamu, Pasti Mas kabulkan."

"Oke, kirim uangnya sekarang. Mobilnya besok harus ada."

"Apa? sekarang?"

"Iya, Mas 'kan punya M-bangking."

"Baiklah Neng. Mas akan mengirim uang itu sekarang. Asal Neng janji gak bakal ninggalin, Mas."

"Iya."

Tuhan, maaf aku membuat janji palsu. Mas Wisnu saja berani mengingkari janji suci kami. Aku terpaksa melakukan hal yang sama.

"Udah Mas Kirim."

"Iya, udah masuk." 

Uang sudah dikantongi, untuk modal usaha. Setelah ini, aku harus memikirkan cara agar bisa lepas dari Mas Wisnu. Realitanya, perceraian tidak semudah di film atau novel rumah tangga. Cukup sulit, jika pihak suami bersikukuh mempertahankan rumah tangganya. Ditambah lagi, aku tidak punya bukti perselingkuhan mereka. Hanya tahu saat mereka sudah menikah. Posisiku di persidangan semakin alot. Mas Wisnu tipe manusia ambisius.  Dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya.

"Jangan pernah pergi, Neng."

Lagi-lagi Mas Wisnu memelukku. Ah, muak rasanya. Kakiku sangat gatal ingin menendang. Sebisa mungkin, aku tahan emosi agar tidak berbuat nekat.

"Satu lagi." Aku lepaskan pelukannya secara paksa.

"Apa, Neng?"

"Mas gak boleh minta jatah, sebelum aku mengijinkan."

"Ta-tapi Neng Ma-"

"Aku butuh waktu beradaptasi. Berbagi suami itu tidak mudah."

"Baiklah," jawab Mas Wisnu lesu.

Syukurin, aku juga bisa mempermainkan perasaannya. Jangan hanya hatiku saja yang bisa kamu tarik ulur. Aku juga akan membuat, tembok penyekat diantara kita. Ingat, semuanya sudah berubah.

*******

Pagi hari, aku sudah menyiapkan sarapan di meja. Sebenarnya sukar, tapi jika bukan aku yang masak, siapa lagi. Aish entah pergi kemana. Setelah subuh, dia izin keluar. Sedangkan Aida, seperti mati suri.

"Pagi, Neng."

"Iya."

"Masak apa Neng? Mas kangen banget masakan kamu."

"Tuh."

"Jangan cuek atuh, Neng."

"Hmmmm."

"Argh! Setan!" Suara Aida menggema.

"Neng, Aida kenapa?" Aku hanya menautkan alis tanda tak tahu.

"Pergi kamu, Setan!"

"Ayok, kita liat."

Drama apalagi yang dibuat madu baruku? pagi-pagi sudah bikin rusuh aja. Terpaksa, aku mengekor di belakang Mas Wisnu. Penasaran dengan apa yang menimpa Aida, sampai berteriak ketakutan.

Related chapters

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Bagian 9

    "Neng, Aida kenapa?" Aku hanya menautkan alis tanda tak tahu."Pergi kamu, Setan!""Ayok, kita liat."Drama apalagi yang dibuat madu baruku? pagi-pagi sudah bikin rusuh aja. Terpaksa, aku mengekor di belakang Mas Wisnu. Penasaran dengan apa yang menimpa Aida, sampai berteriak ketakutan."Ada ap-" Mas Wisnu tidak meneruskan ucapannya.Matanya mebelalak menatap Aida. Mas Wisnu menggeleng heran ke arah gundik yang biasanya nampak cantik, berubah bak nenek lampir. Senyum tipis, tersungging di bibirku. Di dalam hati, aku bersorak bahagia memperhatikan ekspresi kepanikan di wajah Aida."Mas, parasku jadi seram gini. Pasti perbuatan Elina. Dasar perempuan gila."Aida menghampirku, siap melayangkan tamparan. Tangan Mas Wisnu, sigap menangkisnya. "Jangan sembarangan nuduh. Dari tadi, Elina bersamaku. Harusnya aku yang nanya, ngapain kamu coret-coret muka gitu.""Aku juga gak tahu, Mas. Pas bangun udah gini.""Mangkannya kalau tidur jangan kaya kebo," cibirku."Diam kamu. Pasti kamu 'kan yan

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Bagian 10

    "Mas, aku juga mau dibelikan Mobil." Aida menerobos masuk. Emosi memicunya lupa diri. Hatiku bersorak girang memandang kecemburuan dari mukanya. "Ada yang ngintip, nih," sindirku. "Mas, kamu harus adil. Aku juga mau dibelikan mobil dan uang 500 juta. Masa Elina doang, aku lebih berhak. Kamu tau 'kan aku yang akan memberi keturunan untukmu?" "Maksud kamu?" tanyaku. Sudah beberapa kali, Aida mengungkapkan kata yang mengisyaratkan bahwa dia tengah mengandung darah daging Mas Wisnu. Apa Aida hamil? tak mungkin secepat itu. "Tidak Neng. Aida memang suka aneh." "Pokoknya, Mas harus memperlakukanku sama rata dengan Elin" "Baik-baik, aku akan adil." "Nah, gitu dong." Kesian sekali Mas Wisnu. Kalau begini, bisa jatuh miskin dia. Namun, biar terjadi seperti ini. Aku senang melihatnya. Mas Wisnu akan merasakan resiko punya dua istri. Satu saja tidak habis, dan ribet, malah nambah lagi. "Mas, aku juga mau dibelikan berlian, yah. Malu dong, pemilik restoran gak punya perhiasan." "Per

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 11

    POV Wisnu"Nikahi Aida, Wisnu," perintah Ibu saat aku berkunjung ke Bandung."Tidak Bu. Wisnu sudah bilang, balas Budi gak harus menikahinya. Wisnu siap menanggung hidup Aida. Memberinya uang tiap bulan. Asal, tidak menikah dengannya.""Gak bisa Wisnu. Itu permintaan terakhir Pak Reno. Dia ingin kamu menjaga Aida.""Aku bisa menjaganya, tanpa harus menikah dengannya, Bu!" bentakku geram."Tolong, Wisnu, menikahlah dengan Aida, agar kamu bisa punya anak. Lihatlah, sudah enam tahu pernikahan, kalian belum mempunyai anak.""Belum rezeki, Bu. Kami sama-sama subur. Jadi, jangan beri alasan apapun. Sampai kapan pun, Wisnu tidak akan mempoligami Elina. Wisnu sangat mencintainya.""Wisnu, mau ke mana?""Aku mau kembali ke Jakarta.""Wisnu, jangan pergi. Temani Ibu!" teriak Ibu tak aku hiraukan.Aku berlalu pergi dari rumah Ibu. Sungguh, permintaannya diluar akal sehat. Aku sangat mencintai Elina. Perempuan paling sempurna di mataku.Sekuat tenaga, aku tolak permintaan gila dari Ibu. Tak akan

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 12

    Pov Elina"Tidak, aku tidak mau, Mas. Aku ingin periksa ke Dokter Mawar saja. Dia sahabat kita, pasti memberi pelayanan terbaik," sanggah Aida panik"Halah, kamu takut 'kan? lihat tuh, gundikmu, Mas. Kebakaran jenggot takut ketahuan." Dia pikir aku bodoh dan bisa masuk perangkapnya? oh tidak, semudah itu. Aku sudah bisa membaca kelakuan pelakor model Aida. Sekarang, dia panik karena permainannya sendiri."Diam! biar aku yang menentukan!" bentak Mas Wisnu.Hatiku dongkol kepada Mas Wisnu. Hanya karena istri keduanya, dia membentakku. Tak ada penawar bagi lukaku ini. Tekad semakin bulat untuk menggugat ceria. Modal usaha sudah aku kantongi. Soal aset rumah, aku tak berminat menguasainya.Harta bukan penentu sebuah kebahagian. Hal terpenting, aku punya modal untuk memulai hidup baru tanpa Mas Wisnu. Dibandingkan terus bertahan tapi tersakiti. Uang masih bisa aku cari sendiri. Namun, kebahagian dan kesehatan mental tidak bisa dibeli materi. Buat apa aku berhasil mengeruk harta Mas Wisnu

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 13

    Prang!Mas Wisnu memecahkan meja kaca menggunakan hiasan patung dari batu yang ada di lemari tempat televisi."Jangan pergi, atau aku bunuh diri," gertak Mas Wisnu sambil meletakan pecahan kaca pada lengan kirinya."Mas istigfar, Mas," seruku panik."Jangan pergi, Elin aku mohon." "Biarin aja, Mbak. Dia cuman drama doang. Kalau gak mau kehilangan, harusnya jangan mendua," sungut Aish."Mas tidak bercanda, Elina. Tolong jangan pergi. Mas sangat mencintaimu.""Modus!" sergah Aish."Ayok, Aish, kita pergi," seruku."Tidak."Mas Wisnu menghadang kami. Dia berjaga di pintu, agar aku tak bisa keluar. Kenapa kamu nekat seperti ini, Mas?"Awas!" teriak Aish."Tolong biarkan kami pergi, Mas!" hardikku."Silakan, pergi. Jika kamu rela melihatku mati.""Arrgh!" jerit aku dan Aish saat melihat darah bercucuran.Serpihan kaca, berhasil membelah lapisan kulit Mas Wisnu. Jelas terlihat, kulit yang menganga dengan cairan merah yang perlahan melingkari tangannya."Mas wisnu, hiks, hiks."Tanpa pikir

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 14

    "Berhenti!" Aku pasang badan agar Arka tidak lagi dipukul. Mas Wisnu menatap heran. Dia menggelengkan kepala seakan tak percaya, bahwa aku lebih membela Arka dibandingkan suami sendiri."Elina, jangan halangi aku. Pria itu sudah kurang ajar!" umpat Mas Wisnu."Elina, mari ikut bersamaku. Tinggalkan suami tak berguna seperti dia."Kenapa Arka berbicara seperti itu? pasti ada sesuatu yang tidak beres. "Diam! tidak boleh ada yang bertengkar. Mas Wisnu jangan main hakim sendiri.""Kenapa kamu bela dia, Elina? sudah jelas, dia merendahkanku. Dia bicara bohong kalau kamu mantannya. Dia juga berani mengancam akan merebutmu dariku.""Tenang, Mas Wisnu. Sepertinya pria itu memang jujur. Buktinya, kemarin-kemarin dia juga sengaja membantu Elina mengacaukan resepsi kita. Biarkan Elina pergi bersamanya. Mereka juga sama-sama penghianat ," ujar Aida memanas-manasi."Jangan ikut campur, Aida. Keberadaanmu malah menambah keruh suasana!" bentak Mas Wisnu sambil menghempaskan tangannya."Elina, ayok

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 15

    POV AidaNamaku Aida Anandita, putri tunggal keluarga Reno Kusuma. Pemilik bisnis properti di Bandung. Ayah aslinya orang jawa, tetapi tinggal di Bandung karena menikah dengan Ibu. Sejak kecil, Ibu meninggalkan kami karena sakit. Namun, aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang, karena sering di asuh Bu Anna, Istri sahabat karib Bapak. Persahabatan mereka sangat erat. Itu pula yang terjadi denganku dan Anaknya--Wisnu.Keluarga Mas Wisnu sangat berhutang Budi pada Ayahku. Apalagi, saat Pak Wijaya meninggal. Semua kebutuhan kuliah Mas Wisnu, dan modal usaha Ibunya, ditanggung Ayahku."Aida, Mas seneng banget," seru Mas Wisnu. Saat libur kuliah tiba, kami selalu bermain bersama. Menyempatkan waktu bertemu atau bertukar pesan saat saling jauh. Mas Wisnu kuliah di Yogyakarta, sedangkan aku masih setia di Bandung. Tinggal bersama Ayah, dan sering berkunjung ke rumah Mas Wisnu."Kenapa, Mas? tumben pulang dari Jogja mukanya cerah gitu.""Mas udah jadian sama Elina, perempuan yang sering

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 16

    POV ElinaTok! tok! tok!"Siapa yang bertamu pagi-pagi gini, Aish?" tanyaku heran."Gak tahu, sana Mbak aja yang buka. Biar Aish lanjut masak dan bawa ke depan.""Oke siap.""Assalamualaikum."Tok! tok! tok!Suara ketukan pintu bertalu-talu. Siapa gerangan orang yang bertamu sepagi ini? ketukannya berkali-kali dan sangat nyaring. Seperti orang mau ngajak tawuran."Buka!" "Iya sebentar."Ceklek!"Aduh, lama banget. Iqis kesel ama Bunda. Iqis 'kan mau makan macakan Bunda," rengek anak kecil bermata indah itu.Pagi ini, dia begitu cantik. Menggunakan baju muslim berwarna pink dengan kerudung warna senada. Tangannya memegang boneka beruang berwana coklat susu. Bibir tipisnya menyiratkan kebahagian."Ya ampun, maaf anak cantik. Tante lagi masak, jadi lama buka pintunya." Aku berjongkok sambil memegang tangannya."Ko, Bunda bilang Tante? Bunda gak akuin Iqis anak Bunda?"Bibir Iqis manyun dengan sempurna. Wajah cerah seketika sendu seperti awan mau hujan."Eh, ko, sedih.""Bilqis, ini T

Latest chapter

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Tamat

    POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 61

    POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 60

    POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 59

    POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 58

    POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 57

    "Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 56

    "Om, Om, mukanya ko, serem," ledek Bilqis malu-malu.Anak itu memang begitu. Meskipun kelihatan ketakutan, tapi suka jahil. Salah satunya senang berceloteh. Terlalu jujur. Aku peluk dia sambil tertawa. Sedangkan Jex tampak tak terima dikatakan demikian. "Santai dong, Om Jex tampan. Bilqis bicara seperti itu karena dia ingin PDKT sama kamu. Peka dong.""Aku tak paham caranya mendekati anak kecil," jawab Jex tanpa dosa.Dia tenang saja duduk di sampingku. Tanpa niatan ingin mengajak Bilqis bermain. Aku punya ide supaya suasana di rumah ini tidak kaku. "Iqis, suka main kuda gak?""Suka dong, Tante. Tapi ayah sedang masak. Jadi, Iqis gak bisa main kuda-kudaan.""Nah, Tante punya teman baru untuk Aish main kuda-kudaan.""Serius Tante? mana temannya.""Nih, di samping Tante.""Aku maksudnya?" tanya Jex kaget. Dia tampak tak terima dengan usulanku."Ya iyalah, suamiku sayang. Siapa lagi? kamu tega istrimu jadi kuda? hi, dasar.""Aish, jangan begitu," tegur Mbak Elina.Kakakku membawa dua

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 55

    POV AishHari ini semuanya berubah. Aku bisa merasakan pancaran kebahagian. Jex begitu menikmati sarapan bersama kami, dan Mbak Elina. Benar kata kakakku, suamiku butuh perhatian. Aku harus berdamai dengan takdir dan menerima semuanya. Rido terhadap ketentuan Gusti Allah. Awal mula perubahan sikapku, karena nasihat Mbak Elina dini hari tadi. Saat aku terbangun pukul 03.00 dini hari, aku melihat Jex tertidur sambil memelukku. Dengan kondisi kepalaku yang sudah tidak mengenakan hijab. Rasa kesal sempat menghampiri. Tak terima dengan sikap Jex yang lancang. Seenaknya dia melihat rambutku. Namun, perlahan emosiku reda. Ketika mendengarnya mengigau."Jangan ... jangan ambil Aish dariku. Aku mohon ...." Tampaknya Jex bermimpi buruk. Air mata menetes begitu saja. Padahal, matanya terpejam. Dari situ, hatiku sedikit tersentuh. Bertanya-tanya dalam diri ini. Apa sebesar itu cinta Jex padaku? sampai dalam tidurnya saja, dia tak mau kehilanganku.Aku berusaha mengingat-ingat lagi, apa yang su

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 54

    POV JexMalam ini aku ceritakan semuanya pada Aish. Mulai dari kisah hidupku semasa kecil. Sampai konflik yang terjadi antara Tuan Nicolas dan adiknya, Tuan Sagara. Sepengetahuanku, Tuan Nicolas yang mempunyai sifat tamak. Ingin merebut semua yang menjadi milik adiknya. Sama halnya dengan Araav. Darah haus kekuasaan mengalir kental pada anak pertama Tuan Nicolas. Aish sangat antusias mendengarkan ceritaku. Meskipun, wajahnya seketika murung saat aku memberi tahu kebusukan Arka. Istriku harus tau. Walaupun, dia tak mungkin 100% percaya padaku. Namun, setidaknya Aish bisa berhati-hati. Jika sewaktu-waktu Arka mengganggunya. Baru saja mau merebahkan tubuh di kasur, tiba-tiba ada panggilan dari orang kepercayaan yang memegang bisnis ruko. Dia mengabarkan kalau Ruko habis terbakar. Sampai merembet ke perumahan milik Sagara Buana."Jex, mau ke mana?""Ada masalah, Aish. Kemungkinan besar, Araav dan Arka sedang membuat perhitungan padaku.""Maksudnya bagaimana?" "Aku sudah mengacaukan mar

DMCA.com Protection Status