Share

Bagian 9

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Neng, Aida kenapa?" Aku hanya menautkan alis tanda tak tahu.

"Pergi kamu, Setan!"

"Ayok, kita liat."

Drama apalagi yang dibuat madu baruku? pagi-pagi sudah bikin rusuh aja. Terpaksa, aku mengekor di belakang Mas Wisnu. Penasaran dengan apa yang menimpa Aida, sampai berteriak ketakutan.

"Ada ap-" Mas Wisnu tidak meneruskan ucapannya.

Matanya mebelalak menatap Aida. Mas Wisnu menggeleng heran ke  arah gundik yang biasanya nampak cantik, berubah bak nenek lampir. 

Senyum tipis, tersungging di bibirku. Di dalam hati, aku bersorak bahagia memperhatikan ekspresi kepanikan di wajah Aida.

"Mas, parasku jadi seram gini. Pasti perbuatan Elina. Dasar perempuan gila."

Aida menghampirku, siap melayangkan tamparan. Tangan Mas Wisnu, sigap menangkisnya. 

"Jangan sembarangan nuduh. Dari tadi, Elina bersamaku. Harusnya aku yang nanya, ngapain kamu coret-coret muka gitu."

"Aku juga gak tahu, Mas. Pas bangun udah gini."

"Mangkannya kalau tidur jangan kaya kebo," cibirku.

"Diam kamu. Pasti kamu 'kan yang ngasih aku obat tidur. Terus, sengaja bikin muka aku jadi jelek."

"Eh, sorry, yah. Tanganku terlalu mahal menyentuh kulit pelakor. Dih, pede banget jadi manusia."

"Halah, gak usah ngelak. Gak mungkin pulpen bergerak sendiri dan nyoret-nyoret muka aku."

"Hahaha, bisa jadi. Para kuntilanak dendam melihat pelakor sepertimu."

Aku tertawa puas menyaksikan ekspresi kemarahan Aida. Mukanya begitu lucu. Ada gambar Bunga matahari di kedua pipi, bulatan tompel di hidung, tanda silang tebal di bagian jidat, dagu dan bibir. 

"Jangan sembarangan kalau ngomong. Aku bukan pelakor. Harusnya kamu nyadar, gak becus jadi istri, mangkanya suami cari daun muda."

"Daun muda atau daun busuk, hahaha," ejekku.

"Sial*n, sini kamu, aku beri pelajaran. Dasar Perempuan berdarah preman."

Aida mendekat. Matanya menatap tajam. Sekuat tenaga, dia menjambak kerudungku. Kulit kepala terasa perih. Ratusan rambut, seakan ingin lepas.

"Berhenti, Aida."

Mas Wisnu menarik tangan Aida. Kemudian, Melindungiku dalam pelukannya. Aku sengaja tidak melawan, agar Mas Wisnu simpati. 

"Mas, kepalaku sakit," rengekku manja.

"Maafkan Aida, Neng. Aku tidak menyangka dia begitu beringas." Mas Wisnu menatap penuh kebencian pada Aida.

"Mas, kenapa belain Elin, di sini aku yang teraniaya. Lihat, mukaku penuh tinta pulpen. Mas harus bersikap adil, dong."

"Tidak usah manja, Aida. bersihkan pakai sabun, pasti menghilang. Ingat, jangan berani menyakiti Elina. Dia perempuan yang sangat aku cintai."

"Mas, Tapi kamu harus ingat perjanjian kita."

"Diam."

Mas Wisnu memapahku menuju ruang makan. Mimik wajahnya sangat khawatir. Sesekali, dia terus mengelus bagian kepalaku yang sakit.

"Neng, masih sakit gak? apa mau cek ke dokter, takut kenapa-kenapa?"

"Gak usah."

"Ya sudah. Lebih baik kita makan, yah."

Mas Wisnu menuangkan nasi dan lauk di piring. Lalu, dia sodorkan kepadaku.

"Aku bisa sendiri."

Raut kecewa nampak jelas. Aku sengaja mengabaikan perhatiannya. Cukup pura-pura mesra di depan Aida. Selebihnya, bersikap ibarat orang asing.

"Mas, masih ada bekasnya," rengek Aida tiba-tiba menghampiri.

"Nanti bersihkan lagi. Jangan manja."

"Ih, Mas gak perduli banget sama aku. Anak kita 'kan mau dimanja sama ayahnya."

"Anak?" tanyaku spontan.

Mas Wisnu dan Aida mendadak membisu. Mereka Saling menatap memberi sinyal yang tidak bisa aku pahami.

"Aida memang suka mengada-ngada. Jangan didengarkan."

"Apa kamu hamil, Aida?" tanyaku memastikan.

"Tidak."

Aida duduk di samping Mas Wisnu. Dia tak acuh dengan pertanyaanku. Memilih mengabaikannya seakan-akan hanya angin lewat. Berbeda denganku, yang mencurigai

 hal ganjil dari mereka. 

"Sudah Neng, jangan berpikir aneh-aneh. Aku sangat mencintaimu."

Aida menatap sinis ketika mendengar ucapan Mas Wisnu. Rasa cemburu tergambar jelas.

"Oh."

Aku yakin, ada sesuatu yang masih disembunyikan. Kemungkinan, rahasia itulah yang membuat Mas Wisnu beralasan kuat menikah dengan Aida. Aku harus menyiapkan rencana baru untuk mengungkapnya.

"Pagi semua. Eh, muka Mbak Aida kenapa?" tanya Aish.

"Bukan urusanmu, Bocil." 

"Dih, Aish 'kan nanya baik-baik. Muka ko, di coret-coret gitu. Kaya orang gila. Sekalian aja, diolesin pantat panci, biar nambah cantik, Mbak," Aish terkekeh. Dia pasti sengaja menyulut emosi Aida.

"Diam kamu. Punya mulut gak pernah di sekolahin apa?"

"Hahaha, santuy dong, Mbak. Nanti keriput kaya nenek lampir, baru tahu rasa."

"Aish, diam. duduk dan makanlah."

"Iya Mas. Pada sensi amet, sih." Bibir aish manyun sempurna.

Sarapan pagi ini, terasa sangat hambar. Semua terdiam dalam kecamuk pikiran masing-masing.

"Neng, pakaikan Mas dasi, yah."

"Biar aku saja."

"Tidak, Aida. Aku hanya ingin Elin yang memakaikannya."

Aku beranjak mengambil dasi. Dengan sadar melakukannya, bukan karena rasa cinta.  semata-mata, ingin membuat Aida cemburu dan segera angkat kaki. Bisa bertanduk kepalaku, jika dia terlalu lama tinggal di sini.

"Dasi warna hitam. Favorit, Mas," ujarku penuh kelembutan saat Mas Wisnu menyusul ke kamar.

Aida terlihat mengintip dari pintu kamarku. Emang enak dibuat cemburu. Dia pikir aku tidak tahu keberadaannya? seorang Elina hafal taktik pelakor. Sudah ratusan Novel poligami yang aku baca di KBM app. Setidaknya, aku punya inspirasi dari tokoh-tokoh hebat dalam buku tersebut. Jadi, tidak terlalu bodoh saat takdir pernikahanku bernasib malang.

"Makasih, Sayang. Kamu harus ingat Neng, rasa cintaku tidak pernah berubah untukmu."

"Apa benar begitu?" pancingku.

"Tentu. Bintang dan bulan akan Mas berikan jika kamu memintanya."

Howek! mual mendengar omong kosongnya. Kalau bisa, tahi kucing sudah aku peletkan di bibir manisnya itu.

"Neng gak mau bulan dan bintang. Maunya Mobil mewah keluaran terbaru. Jangan lupa, sore ini harus mendarat di halaman rumah kita. Gak boleh kredit, harus kontan. Tabungan kita 'kan masih banyak."

"kita beli nyicil ajah, yah, mobilnya. Uang tabungan makin menipis jika dibelikan mobil."

Dasar pria buaya. Tadi dia bilang akan memberikan segalanya untukku. sekalinya ditagih, malah banyak berdalih.

"Ya udah kalau gak mau. Besok aku ke pengadilan."

"Baik Neng, baik. Sore ini, mobil Honda SR-Z yang harganya di atas 500 juta, bakal mendarat di rumah kita."

"Gitu dong. Makasih yah, Mas. Udah ngasih uang 500 juta, terus membayari mobil juga. Baik banget," ucapku cukup keras.

Sengaja mengundang kecemburuan Aida. Dia pasti iri mendengar penuturanku. Sekilas, aku melirik irasnya merah merona menahan emosi.

cup!

Ciuman mesra aku daratkan di pipi kanan Mas Wisnu. Ada rasa jijik yang mendominasi hati. Dulu, tidak pernah bosen aku bermanja-manja dengannya. Saat ini, mules melakukan itu.

"Gitu dong, Mas seneng kalau Neng romantis lagi."

Aku keluarkan cengiran kuda untuk menyembunyikan rasa benci. Mas Wisnu menyangka aku benar-benar rela menerima perlakuannya. Tak ada sejengkal pun, rasa ikhlas menerima poligami.

"Mas, aku juga mau dibelikan Mobil."

Aida menerobos masuk. Emosi memicunya lupa diri. Hatiku bersorak girang memandang kecemburuan dari mukanya. 

Related chapters

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Bagian 10

    "Mas, aku juga mau dibelikan Mobil." Aida menerobos masuk. Emosi memicunya lupa diri. Hatiku bersorak girang memandang kecemburuan dari mukanya. "Ada yang ngintip, nih," sindirku. "Mas, kamu harus adil. Aku juga mau dibelikan mobil dan uang 500 juta. Masa Elina doang, aku lebih berhak. Kamu tau 'kan aku yang akan memberi keturunan untukmu?" "Maksud kamu?" tanyaku. Sudah beberapa kali, Aida mengungkapkan kata yang mengisyaratkan bahwa dia tengah mengandung darah daging Mas Wisnu. Apa Aida hamil? tak mungkin secepat itu. "Tidak Neng. Aida memang suka aneh." "Pokoknya, Mas harus memperlakukanku sama rata dengan Elin" "Baik-baik, aku akan adil." "Nah, gitu dong." Kesian sekali Mas Wisnu. Kalau begini, bisa jatuh miskin dia. Namun, biar terjadi seperti ini. Aku senang melihatnya. Mas Wisnu akan merasakan resiko punya dua istri. Satu saja tidak habis, dan ribet, malah nambah lagi. "Mas, aku juga mau dibelikan berlian, yah. Malu dong, pemilik restoran gak punya perhiasan." "Per

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 11

    POV Wisnu"Nikahi Aida, Wisnu," perintah Ibu saat aku berkunjung ke Bandung."Tidak Bu. Wisnu sudah bilang, balas Budi gak harus menikahinya. Wisnu siap menanggung hidup Aida. Memberinya uang tiap bulan. Asal, tidak menikah dengannya.""Gak bisa Wisnu. Itu permintaan terakhir Pak Reno. Dia ingin kamu menjaga Aida.""Aku bisa menjaganya, tanpa harus menikah dengannya, Bu!" bentakku geram."Tolong, Wisnu, menikahlah dengan Aida, agar kamu bisa punya anak. Lihatlah, sudah enam tahu pernikahan, kalian belum mempunyai anak.""Belum rezeki, Bu. Kami sama-sama subur. Jadi, jangan beri alasan apapun. Sampai kapan pun, Wisnu tidak akan mempoligami Elina. Wisnu sangat mencintainya.""Wisnu, mau ke mana?""Aku mau kembali ke Jakarta.""Wisnu, jangan pergi. Temani Ibu!" teriak Ibu tak aku hiraukan.Aku berlalu pergi dari rumah Ibu. Sungguh, permintaannya diluar akal sehat. Aku sangat mencintai Elina. Perempuan paling sempurna di mataku.Sekuat tenaga, aku tolak permintaan gila dari Ibu. Tak akan

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 12

    Pov Elina"Tidak, aku tidak mau, Mas. Aku ingin periksa ke Dokter Mawar saja. Dia sahabat kita, pasti memberi pelayanan terbaik," sanggah Aida panik"Halah, kamu takut 'kan? lihat tuh, gundikmu, Mas. Kebakaran jenggot takut ketahuan." Dia pikir aku bodoh dan bisa masuk perangkapnya? oh tidak, semudah itu. Aku sudah bisa membaca kelakuan pelakor model Aida. Sekarang, dia panik karena permainannya sendiri."Diam! biar aku yang menentukan!" bentak Mas Wisnu.Hatiku dongkol kepada Mas Wisnu. Hanya karena istri keduanya, dia membentakku. Tak ada penawar bagi lukaku ini. Tekad semakin bulat untuk menggugat ceria. Modal usaha sudah aku kantongi. Soal aset rumah, aku tak berminat menguasainya.Harta bukan penentu sebuah kebahagian. Hal terpenting, aku punya modal untuk memulai hidup baru tanpa Mas Wisnu. Dibandingkan terus bertahan tapi tersakiti. Uang masih bisa aku cari sendiri. Namun, kebahagian dan kesehatan mental tidak bisa dibeli materi. Buat apa aku berhasil mengeruk harta Mas Wisnu

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 13

    Prang!Mas Wisnu memecahkan meja kaca menggunakan hiasan patung dari batu yang ada di lemari tempat televisi."Jangan pergi, atau aku bunuh diri," gertak Mas Wisnu sambil meletakan pecahan kaca pada lengan kirinya."Mas istigfar, Mas," seruku panik."Jangan pergi, Elin aku mohon." "Biarin aja, Mbak. Dia cuman drama doang. Kalau gak mau kehilangan, harusnya jangan mendua," sungut Aish."Mas tidak bercanda, Elina. Tolong jangan pergi. Mas sangat mencintaimu.""Modus!" sergah Aish."Ayok, Aish, kita pergi," seruku."Tidak."Mas Wisnu menghadang kami. Dia berjaga di pintu, agar aku tak bisa keluar. Kenapa kamu nekat seperti ini, Mas?"Awas!" teriak Aish."Tolong biarkan kami pergi, Mas!" hardikku."Silakan, pergi. Jika kamu rela melihatku mati.""Arrgh!" jerit aku dan Aish saat melihat darah bercucuran.Serpihan kaca, berhasil membelah lapisan kulit Mas Wisnu. Jelas terlihat, kulit yang menganga dengan cairan merah yang perlahan melingkari tangannya."Mas wisnu, hiks, hiks."Tanpa pikir

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 14

    "Berhenti!" Aku pasang badan agar Arka tidak lagi dipukul. Mas Wisnu menatap heran. Dia menggelengkan kepala seakan tak percaya, bahwa aku lebih membela Arka dibandingkan suami sendiri."Elina, jangan halangi aku. Pria itu sudah kurang ajar!" umpat Mas Wisnu."Elina, mari ikut bersamaku. Tinggalkan suami tak berguna seperti dia."Kenapa Arka berbicara seperti itu? pasti ada sesuatu yang tidak beres. "Diam! tidak boleh ada yang bertengkar. Mas Wisnu jangan main hakim sendiri.""Kenapa kamu bela dia, Elina? sudah jelas, dia merendahkanku. Dia bicara bohong kalau kamu mantannya. Dia juga berani mengancam akan merebutmu dariku.""Tenang, Mas Wisnu. Sepertinya pria itu memang jujur. Buktinya, kemarin-kemarin dia juga sengaja membantu Elina mengacaukan resepsi kita. Biarkan Elina pergi bersamanya. Mereka juga sama-sama penghianat ," ujar Aida memanas-manasi."Jangan ikut campur, Aida. Keberadaanmu malah menambah keruh suasana!" bentak Mas Wisnu sambil menghempaskan tangannya."Elina, ayok

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 15

    POV AidaNamaku Aida Anandita, putri tunggal keluarga Reno Kusuma. Pemilik bisnis properti di Bandung. Ayah aslinya orang jawa, tetapi tinggal di Bandung karena menikah dengan Ibu. Sejak kecil, Ibu meninggalkan kami karena sakit. Namun, aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang, karena sering di asuh Bu Anna, Istri sahabat karib Bapak. Persahabatan mereka sangat erat. Itu pula yang terjadi denganku dan Anaknya--Wisnu.Keluarga Mas Wisnu sangat berhutang Budi pada Ayahku. Apalagi, saat Pak Wijaya meninggal. Semua kebutuhan kuliah Mas Wisnu, dan modal usaha Ibunya, ditanggung Ayahku."Aida, Mas seneng banget," seru Mas Wisnu. Saat libur kuliah tiba, kami selalu bermain bersama. Menyempatkan waktu bertemu atau bertukar pesan saat saling jauh. Mas Wisnu kuliah di Yogyakarta, sedangkan aku masih setia di Bandung. Tinggal bersama Ayah, dan sering berkunjung ke rumah Mas Wisnu."Kenapa, Mas? tumben pulang dari Jogja mukanya cerah gitu.""Mas udah jadian sama Elina, perempuan yang sering

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 16

    POV ElinaTok! tok! tok!"Siapa yang bertamu pagi-pagi gini, Aish?" tanyaku heran."Gak tahu, sana Mbak aja yang buka. Biar Aish lanjut masak dan bawa ke depan.""Oke siap.""Assalamualaikum."Tok! tok! tok!Suara ketukan pintu bertalu-talu. Siapa gerangan orang yang bertamu sepagi ini? ketukannya berkali-kali dan sangat nyaring. Seperti orang mau ngajak tawuran."Buka!" "Iya sebentar."Ceklek!"Aduh, lama banget. Iqis kesel ama Bunda. Iqis 'kan mau makan macakan Bunda," rengek anak kecil bermata indah itu.Pagi ini, dia begitu cantik. Menggunakan baju muslim berwarna pink dengan kerudung warna senada. Tangannya memegang boneka beruang berwana coklat susu. Bibir tipisnya menyiratkan kebahagian."Ya ampun, maaf anak cantik. Tante lagi masak, jadi lama buka pintunya." Aku berjongkok sambil memegang tangannya."Ko, Bunda bilang Tante? Bunda gak akuin Iqis anak Bunda?"Bibir Iqis manyun dengan sempurna. Wajah cerah seketika sendu seperti awan mau hujan."Eh, ko, sedih.""Bilqis, ini T

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 17

    "Duduklah Elina," perintah Arka saat kami tiba di kontrakanku.Ribuan luka bertebaran di hati. Jika tak ingat malu, aku ingin mengamuk seperti seekor sapi yang kena stres saat mau dipotong."Mas Arka lebih baik pulang saja. Aku tahu, Mas sibuk mengurus klien baru. Soal rekomendasi hidangan acara para pengantin, nanti bisa konfirmasi langsung ke koki restoranku.""Gak papa aku tinggal?"Aku hanya mengangguk lemas. Bilqis ikut murung di sampingku. Dia terus menggenggam tangan ini."Baiklah, sepertinya kamu butuh waktu sendiri. Soal Wisnu, jika kamu butuh pengacara hebat untuk di pengadilan nanti, hubungi aku. Kita buat mereka menyesal." Aku hanya tersenyum tipis meresponnya.Kenapa Arka ikut berambisi membalas keburukan mereka? membuatku semakin penasaran saja. Namun, mulut seakan terkunci rapat tak ingin banyak bicara."Aku pamit.""Hati-hati."Arka berlalu meninggalkan kami. Hanya tersisa aku dan Bilqis. "Bunda, jangan nangis, Iqis jadi sedih," ucap Bilqis berkaca-kaca. Aku peluk t

Latest chapter

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Tamat

    POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 61

    POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 60

    POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 59

    POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 58

    POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 57

    "Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 56

    "Om, Om, mukanya ko, serem," ledek Bilqis malu-malu.Anak itu memang begitu. Meskipun kelihatan ketakutan, tapi suka jahil. Salah satunya senang berceloteh. Terlalu jujur. Aku peluk dia sambil tertawa. Sedangkan Jex tampak tak terima dikatakan demikian. "Santai dong, Om Jex tampan. Bilqis bicara seperti itu karena dia ingin PDKT sama kamu. Peka dong.""Aku tak paham caranya mendekati anak kecil," jawab Jex tanpa dosa.Dia tenang saja duduk di sampingku. Tanpa niatan ingin mengajak Bilqis bermain. Aku punya ide supaya suasana di rumah ini tidak kaku. "Iqis, suka main kuda gak?""Suka dong, Tante. Tapi ayah sedang masak. Jadi, Iqis gak bisa main kuda-kudaan.""Nah, Tante punya teman baru untuk Aish main kuda-kudaan.""Serius Tante? mana temannya.""Nih, di samping Tante.""Aku maksudnya?" tanya Jex kaget. Dia tampak tak terima dengan usulanku."Ya iyalah, suamiku sayang. Siapa lagi? kamu tega istrimu jadi kuda? hi, dasar.""Aish, jangan begitu," tegur Mbak Elina.Kakakku membawa dua

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 55

    POV AishHari ini semuanya berubah. Aku bisa merasakan pancaran kebahagian. Jex begitu menikmati sarapan bersama kami, dan Mbak Elina. Benar kata kakakku, suamiku butuh perhatian. Aku harus berdamai dengan takdir dan menerima semuanya. Rido terhadap ketentuan Gusti Allah. Awal mula perubahan sikapku, karena nasihat Mbak Elina dini hari tadi. Saat aku terbangun pukul 03.00 dini hari, aku melihat Jex tertidur sambil memelukku. Dengan kondisi kepalaku yang sudah tidak mengenakan hijab. Rasa kesal sempat menghampiri. Tak terima dengan sikap Jex yang lancang. Seenaknya dia melihat rambutku. Namun, perlahan emosiku reda. Ketika mendengarnya mengigau."Jangan ... jangan ambil Aish dariku. Aku mohon ...." Tampaknya Jex bermimpi buruk. Air mata menetes begitu saja. Padahal, matanya terpejam. Dari situ, hatiku sedikit tersentuh. Bertanya-tanya dalam diri ini. Apa sebesar itu cinta Jex padaku? sampai dalam tidurnya saja, dia tak mau kehilanganku.Aku berusaha mengingat-ingat lagi, apa yang su

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 54

    POV JexMalam ini aku ceritakan semuanya pada Aish. Mulai dari kisah hidupku semasa kecil. Sampai konflik yang terjadi antara Tuan Nicolas dan adiknya, Tuan Sagara. Sepengetahuanku, Tuan Nicolas yang mempunyai sifat tamak. Ingin merebut semua yang menjadi milik adiknya. Sama halnya dengan Araav. Darah haus kekuasaan mengalir kental pada anak pertama Tuan Nicolas. Aish sangat antusias mendengarkan ceritaku. Meskipun, wajahnya seketika murung saat aku memberi tahu kebusukan Arka. Istriku harus tau. Walaupun, dia tak mungkin 100% percaya padaku. Namun, setidaknya Aish bisa berhati-hati. Jika sewaktu-waktu Arka mengganggunya. Baru saja mau merebahkan tubuh di kasur, tiba-tiba ada panggilan dari orang kepercayaan yang memegang bisnis ruko. Dia mengabarkan kalau Ruko habis terbakar. Sampai merembet ke perumahan milik Sagara Buana."Jex, mau ke mana?""Ada masalah, Aish. Kemungkinan besar, Araav dan Arka sedang membuat perhitungan padaku.""Maksudnya bagaimana?" "Aku sudah mengacaukan mar

DMCA.com Protection Status