Share

Bagian 10

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas, aku juga mau dibelikan Mobil."

Aida menerobos masuk. Emosi memicunya lupa diri. Hatiku bersorak girang memandang kecemburuan dari mukanya. 

"Ada yang ngintip, nih," sindirku.

"Mas, kamu harus adil. Aku juga mau dibelikan mobil dan uang 500 juta. Masa Elina doang, aku lebih berhak. Kamu tau 'kan aku yang akan memberi keturunan untukmu?"

"Maksud kamu?" tanyaku.

Sudah beberapa kali, Aida mengungkapkan kata yang mengisyaratkan bahwa dia tengah mengandung darah daging Mas Wisnu. Apa Aida hamil? tak mungkin secepat itu.

"Tidak Neng. Aida memang suka aneh."

"Pokoknya, Mas harus memperlakukanku sama rata dengan Elin"

"Baik-baik, aku akan adil."

"Nah, gitu dong."

Kesian sekali Mas Wisnu. Kalau begini, bisa jatuh miskin dia. Namun, biar terjadi seperti ini. Aku senang melihatnya.  Mas Wisnu akan merasakan resiko punya dua istri. Satu saja tidak habis, dan ribet, malah nambah lagi. 

"Mas, aku juga mau dibelikan berlian, yah. Malu dong, pemilik restoran gak punya perhiasan."

"Perhiasan? Neng 'kan gak suka pakai emas atau berlian. Katanya mending ditabung?"

"Itu dulu, sekarang Neng mau jadi perempuan sosialita yang modis. Biar banyak kegiatan dan gak stres di rumah saja."

"Baik Neng. Pulang kantor, Mas beliin yah, Sayang."

"Makasih suamiku, tersayang."

"Aku juga mau, Mas. Ingat, harus adil. Apa yang dimiliki Elin, harus aku punya juga."

"Dasar tukang sirik," celetukku.

"Eh, bukan iri yah. Itu sudah tugas Suami, bersikap sepatutnya pada istri kedua."

"Mangkanya, cari pria yang sendiri. Jangan laki orang diembat. Gak enak 'kan rasanya berbagi."

"Diam kamu!"

"Hey, kamu yang diam. Pelakor itu harusnya dapet sisaan. Nanti kalau aku sudah bosen pakai perhiasannya, aku kasih kamu deh, biar hemat."

"Dih, gak sudi pakai bekas kamu."

Apa yang dia katakan, tidak Sudi Bekasku? Lalu, kenapa merebut suamiku? pelakor harus disodorkan kaca sebesar gaban biar sadar diri.

"Dasar perempuan edan," umpatku kesal.

"kamu yang edan."

"kamu."

"Kamu, Elin!" teriak Aida penuh emosi.

"Diam!" bentak Mas Wisnu.

Napas Mas Wisnu tersengal menahan amarah. Tangannya mengepal kuat. Mata melotot geram.

"Pusing kepalaku menghadapi kalian."

Mas Wisnu berlalu meninggalkan kami. Aku bahagia melihatnya menderita. Baru segitu saja, sudah kesal. Itulah akibat egois menyakiti istri. Emang enak punya dua macan tutul, yang sama-sama matre dan cerewet?

"Ini semua gara-gara kamu, Elin. Jadi istri ko, matre banget . Minta ini itu. Kerja sendiri dong."

"Hey, intropeksi diri dong. Situ juga matre. Mau jadi kedua karena harta suamiku 'kan? aku sudah paham model perempuan kaya kamu."

"Sorry, Elin. aku benar-benar mencintai Mas Wisnu. Bukan sekedar menguras harta seperti kamu."

"Hahaha, kita lihat saja, nanti," ujarku menatap sinis.

Aku berlalu menghindar dari Aida. Berdebat dengannya, hanya membuang-buang waktu. Manusia yang merebut suami orang, selalu memikirkan dirinya sendiri. Dia akan merasa paling benar laksana dewa.

"Mbak kenapa? tadi Mas Wisnu mukanya lecek banget."

"Biasa, si pelakor makin bertingkah. Dia mau ikut-ikutan dibeliin mobil sama perhiasan," jawabku datar 

"Hahaha, bagus. Kuras terus uangnya, biar miskin. Pria kaya suka bertingkah, sih."

"Aish, kamu yang ngerjain si Aida tadi?". tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya dong. siapa lagi, kalau bukan Aish."

"Mantap. Adikku memang asik-asik jos," aku tergelak mengingat ide konyolnya.

"Belum selesai Mbak. Kita buat pertunjukan lain. Mbak terus dapetin hati Mas Wisnu. Biar dia makin kebakaran jenggot."

"Tenang kalau itu. Aish, susun saja rencana baru untuk mengetahui alasan kuat Mas Wisnu selingkuh. Mbak yakin, mereka menyembunyikan sesuatu."

"Oh, kalian sengaja menyusun rencana untuk menjatuhkanku?" tanya Aida dengan senyum jahat.

Si*l, aku terlalu ceroboh membicarakan hal penting di ruang makan. Aku dan Aish tercengang mengetahui kehadiran Aida.

"Kalau iya, kenapa?"

"Hahaha, kamu memilih lawan yang salah, Elina. Aku lebih pintar dibandingkan kalian."

Percuma mengelak. Aida sudah tahu semuanya. Secara terang-terangan, aku kibarkan bendera perang. 

"Kita lihat saja nanti."

"Baik. Hanya aku yang akan menang dan merebut kebahagiaanmu."

"Dasar perempuan jal**g."

Dia pikir, dirinya Tuhan, bisa mengambil kebahagiaan sesama manusia? 

"Cukup, Mbak.  Jangan main fisik lagi." Aish mencegah tanganku yang siap memukul Aida.

"Tenang Mbak, Kita akan membuktikan, bahwa kejahatan tidak akan menang melawan kebenaran," cecar Aish.

Aida pergi dengan senyum mengejek. Dia Berjalan angkuh. Sepertinya, dia begitu percaya diri mengalahakanku. 

"Bendera perang sudah dikibarkan, Mbak. Kita harus lebih waspada jika bertindak."

"Betul Aish.  Mbak akan segera mengembangkan bisnis restoran bersama Arka. Sambil memikirkan cara, lepas dari Mas Wisnu."

Hidup memang penuh jalanan berbatu. Ada kalanya naik, dan turun. Sesekali harus memilih antara belok ke kiri atau kanan. Kita harus memikirkan secara matang jalan yang dipilih. Jangan sampai tersesat, dan menyesal kemudian hari. Siapkan amunisi, keyakinan yang kuat pada pemilik kehidupan, dan kepercayaan diri yang kuat. Yakinlah, kita sanggup melewati berliku-liku takdir yang disiapkan semesta.

*******

"Elina, Sayang," sapa Mas Wisnu setelah pulang kerja.

"Tumben baru pulang."

"Mas 'kan nyari mobil buat kamu dulu. Untung dapet mobilnya."

"Serius?"

"Iya dong. Ayok kita kedepan."

Mas Wisnu menarikku yang sedang menyiapkan makan malam. Kasih sayangnya begitu menusuk dihati. Sikapnya tidak berubah, selalu romantis. 

"Wow, bagus sekali."

Mobil mewah berwarna merah terparkir di garasi. Pita warna putih, menghias bagian depan.

"Suka?"

"Banget," seruku penuh sukacita. 

Sejenak, rasa kecewa hilang. Sikap manis Mas Wisnu, mampu meluluhkanku. Andai, tidak ada perempuan lain, dia sudah aku peluk dan cium.

"Ada satu lagi."

Mas Wisnu merogoh kantong jas. Dia mengeluarkan kotak berwarna merah. Saat dibuka, sebuah cincin berlian yang berkilauan indah membuatku terkagum.

"Wah, bagus banget. Makasih, Mas."

Refleks, aku cium pipi kanan dan kirinya. Namanya juga perempuan, saat diberi perhiasan mahal dan mewah, akan lupa masalahnya.

"Buat aku mana Mas?" tanya Aida yang tiba-tiba muncul. 

Kegembiraan hilang tak berbekas. Semua barang mewah ini, tak berharga lagi, saat diriku sadar, cinta Mas Wisnu sudah terbagi.

"Ini berlian untukmu, Aida."

Cincin berlian yang sama dengan milikku, ada ditangan Aida. Aku pikir, hanya untukku. Tenryata, semuanya tidak spesial lagi seperti dulu.

"Mobilnya mana?"

"Sabar, yah, Aida. satu-satu, uangnya belum cukup. Kamu tetap akan dibelikan mobil, tapi kredit. Minggu depan, yah. Bisa bangkrut aku, kalau kalian minta kembaran terus."

"Ya udah gak apa-apa, Mas. Makasih cincinnya. Masuk yuh, pasti cape."

Wah-wah, Aida mendadak bersikap lemah lembut. Apa dia sedang membuktikan ucapannya tadi pagi? rumah ini semakin panas, dengan sandiwara perempuan ular itu.

"Mas mau mandi dulu, yah."

"Siap, Mas. Aku siapin makan malamnya."

Mas Wisnu pergi ke kamar. Di ruang tamu, hanya tersisa aku dan Aida. Si*l, Aida menganggap aku sebatas figura. Dia sengaja merebut perhatian Mas Wisnu. Gelagatnya, ingin menunjukan bahwa dia satu-satunya istri yang berbakti dan pengertian.

Di momen begini, Aish malah pergi nongkrong dengan temannya. Sehingga, tidak ada kawan bersekutu untuk melawan Aida.

"Mau sok perhatian?" tanyaku sinis. 

"Hahaha, ada kejutan lain, Elina."

Aida terduduk di lantai. Apa yang akan dia lakukan. Firasat buruk muncul di hati ini.

"Arrgh! sakit. Mas, tolong ...."

Darah mengalir di bagian kaki Aida. Padahal, aku tidak mendorongnya. Darah dari mana gerangan.

"Mas, tolong!"

"Aida apa yang kamu lakukan?" tanyaku panik.

"Mas, sakit. Elina mendorongku. Anak kita, Mas. perutku sakit."

Mas Wisnu segera menghampiri kami dengan raut cemas. 

"Elina, apa yang kamu lakukan?"

"Aku tidak melakukan apa-apa, Mas."

"Jangan bohong. lihat, Aida mengeluarkan darah. Kamu sengaja mau membunuh anakku?"

"Anak? Aida hamil?"

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu pasti sengaja melukainya, karena aku menyembunyikan kehamilan Aida? tega sekali kamu, Elin. Aku menutupinya demi kamu. Tapi, dirimu malah melukai anakku."

"Mas, buruan ke dokter, sakit ...," rintih Aida.

Mas Wisnu sama sekali tak percaya denganku. Dia menggendong Aida sambil menatap tajam penuh kekecewaan kepeadaku. Hati begitu sakit dengan perlakuannya. Ditambah kenyataan baru yang menusuk kalbu. Aida sudah hamil. Itu pertanda, perselingkuhan Mas Wisnu dilakukan sejak lama, dan secara sadar. Aku pikir, dia terpaksa menikah karena ancaman. Namun, kebenarannya begitu menohok jiwa dan raga.

"Elina, ikut denganku. Kamu harus tanggung jawab!" bentak Mas Wisnu. 

Ribuan belati menancap sempurna. Awas kamu Aida. Aku tidak akan tinggal diam. Dasar perempuan licik.

Related chapters

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 11

    POV Wisnu"Nikahi Aida, Wisnu," perintah Ibu saat aku berkunjung ke Bandung."Tidak Bu. Wisnu sudah bilang, balas Budi gak harus menikahinya. Wisnu siap menanggung hidup Aida. Memberinya uang tiap bulan. Asal, tidak menikah dengannya.""Gak bisa Wisnu. Itu permintaan terakhir Pak Reno. Dia ingin kamu menjaga Aida.""Aku bisa menjaganya, tanpa harus menikah dengannya, Bu!" bentakku geram."Tolong, Wisnu, menikahlah dengan Aida, agar kamu bisa punya anak. Lihatlah, sudah enam tahu pernikahan, kalian belum mempunyai anak.""Belum rezeki, Bu. Kami sama-sama subur. Jadi, jangan beri alasan apapun. Sampai kapan pun, Wisnu tidak akan mempoligami Elina. Wisnu sangat mencintainya.""Wisnu, mau ke mana?""Aku mau kembali ke Jakarta.""Wisnu, jangan pergi. Temani Ibu!" teriak Ibu tak aku hiraukan.Aku berlalu pergi dari rumah Ibu. Sungguh, permintaannya diluar akal sehat. Aku sangat mencintai Elina. Perempuan paling sempurna di mataku.Sekuat tenaga, aku tolak permintaan gila dari Ibu. Tak akan

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 12

    Pov Elina"Tidak, aku tidak mau, Mas. Aku ingin periksa ke Dokter Mawar saja. Dia sahabat kita, pasti memberi pelayanan terbaik," sanggah Aida panik"Halah, kamu takut 'kan? lihat tuh, gundikmu, Mas. Kebakaran jenggot takut ketahuan." Dia pikir aku bodoh dan bisa masuk perangkapnya? oh tidak, semudah itu. Aku sudah bisa membaca kelakuan pelakor model Aida. Sekarang, dia panik karena permainannya sendiri."Diam! biar aku yang menentukan!" bentak Mas Wisnu.Hatiku dongkol kepada Mas Wisnu. Hanya karena istri keduanya, dia membentakku. Tak ada penawar bagi lukaku ini. Tekad semakin bulat untuk menggugat ceria. Modal usaha sudah aku kantongi. Soal aset rumah, aku tak berminat menguasainya.Harta bukan penentu sebuah kebahagian. Hal terpenting, aku punya modal untuk memulai hidup baru tanpa Mas Wisnu. Dibandingkan terus bertahan tapi tersakiti. Uang masih bisa aku cari sendiri. Namun, kebahagian dan kesehatan mental tidak bisa dibeli materi. Buat apa aku berhasil mengeruk harta Mas Wisnu

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 13

    Prang!Mas Wisnu memecahkan meja kaca menggunakan hiasan patung dari batu yang ada di lemari tempat televisi."Jangan pergi, atau aku bunuh diri," gertak Mas Wisnu sambil meletakan pecahan kaca pada lengan kirinya."Mas istigfar, Mas," seruku panik."Jangan pergi, Elin aku mohon." "Biarin aja, Mbak. Dia cuman drama doang. Kalau gak mau kehilangan, harusnya jangan mendua," sungut Aish."Mas tidak bercanda, Elina. Tolong jangan pergi. Mas sangat mencintaimu.""Modus!" sergah Aish."Ayok, Aish, kita pergi," seruku."Tidak."Mas Wisnu menghadang kami. Dia berjaga di pintu, agar aku tak bisa keluar. Kenapa kamu nekat seperti ini, Mas?"Awas!" teriak Aish."Tolong biarkan kami pergi, Mas!" hardikku."Silakan, pergi. Jika kamu rela melihatku mati.""Arrgh!" jerit aku dan Aish saat melihat darah bercucuran.Serpihan kaca, berhasil membelah lapisan kulit Mas Wisnu. Jelas terlihat, kulit yang menganga dengan cairan merah yang perlahan melingkari tangannya."Mas wisnu, hiks, hiks."Tanpa pikir

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 14

    "Berhenti!" Aku pasang badan agar Arka tidak lagi dipukul. Mas Wisnu menatap heran. Dia menggelengkan kepala seakan tak percaya, bahwa aku lebih membela Arka dibandingkan suami sendiri."Elina, jangan halangi aku. Pria itu sudah kurang ajar!" umpat Mas Wisnu."Elina, mari ikut bersamaku. Tinggalkan suami tak berguna seperti dia."Kenapa Arka berbicara seperti itu? pasti ada sesuatu yang tidak beres. "Diam! tidak boleh ada yang bertengkar. Mas Wisnu jangan main hakim sendiri.""Kenapa kamu bela dia, Elina? sudah jelas, dia merendahkanku. Dia bicara bohong kalau kamu mantannya. Dia juga berani mengancam akan merebutmu dariku.""Tenang, Mas Wisnu. Sepertinya pria itu memang jujur. Buktinya, kemarin-kemarin dia juga sengaja membantu Elina mengacaukan resepsi kita. Biarkan Elina pergi bersamanya. Mereka juga sama-sama penghianat ," ujar Aida memanas-manasi."Jangan ikut campur, Aida. Keberadaanmu malah menambah keruh suasana!" bentak Mas Wisnu sambil menghempaskan tangannya."Elina, ayok

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 15

    POV AidaNamaku Aida Anandita, putri tunggal keluarga Reno Kusuma. Pemilik bisnis properti di Bandung. Ayah aslinya orang jawa, tetapi tinggal di Bandung karena menikah dengan Ibu. Sejak kecil, Ibu meninggalkan kami karena sakit. Namun, aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang, karena sering di asuh Bu Anna, Istri sahabat karib Bapak. Persahabatan mereka sangat erat. Itu pula yang terjadi denganku dan Anaknya--Wisnu.Keluarga Mas Wisnu sangat berhutang Budi pada Ayahku. Apalagi, saat Pak Wijaya meninggal. Semua kebutuhan kuliah Mas Wisnu, dan modal usaha Ibunya, ditanggung Ayahku."Aida, Mas seneng banget," seru Mas Wisnu. Saat libur kuliah tiba, kami selalu bermain bersama. Menyempatkan waktu bertemu atau bertukar pesan saat saling jauh. Mas Wisnu kuliah di Yogyakarta, sedangkan aku masih setia di Bandung. Tinggal bersama Ayah, dan sering berkunjung ke rumah Mas Wisnu."Kenapa, Mas? tumben pulang dari Jogja mukanya cerah gitu.""Mas udah jadian sama Elina, perempuan yang sering

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 16

    POV ElinaTok! tok! tok!"Siapa yang bertamu pagi-pagi gini, Aish?" tanyaku heran."Gak tahu, sana Mbak aja yang buka. Biar Aish lanjut masak dan bawa ke depan.""Oke siap.""Assalamualaikum."Tok! tok! tok!Suara ketukan pintu bertalu-talu. Siapa gerangan orang yang bertamu sepagi ini? ketukannya berkali-kali dan sangat nyaring. Seperti orang mau ngajak tawuran."Buka!" "Iya sebentar."Ceklek!"Aduh, lama banget. Iqis kesel ama Bunda. Iqis 'kan mau makan macakan Bunda," rengek anak kecil bermata indah itu.Pagi ini, dia begitu cantik. Menggunakan baju muslim berwarna pink dengan kerudung warna senada. Tangannya memegang boneka beruang berwana coklat susu. Bibir tipisnya menyiratkan kebahagian."Ya ampun, maaf anak cantik. Tante lagi masak, jadi lama buka pintunya." Aku berjongkok sambil memegang tangannya."Ko, Bunda bilang Tante? Bunda gak akuin Iqis anak Bunda?"Bibir Iqis manyun dengan sempurna. Wajah cerah seketika sendu seperti awan mau hujan."Eh, ko, sedih.""Bilqis, ini T

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 17

    "Duduklah Elina," perintah Arka saat kami tiba di kontrakanku.Ribuan luka bertebaran di hati. Jika tak ingat malu, aku ingin mengamuk seperti seekor sapi yang kena stres saat mau dipotong."Mas Arka lebih baik pulang saja. Aku tahu, Mas sibuk mengurus klien baru. Soal rekomendasi hidangan acara para pengantin, nanti bisa konfirmasi langsung ke koki restoranku.""Gak papa aku tinggal?"Aku hanya mengangguk lemas. Bilqis ikut murung di sampingku. Dia terus menggenggam tangan ini."Baiklah, sepertinya kamu butuh waktu sendiri. Soal Wisnu, jika kamu butuh pengacara hebat untuk di pengadilan nanti, hubungi aku. Kita buat mereka menyesal." Aku hanya tersenyum tipis meresponnya.Kenapa Arka ikut berambisi membalas keburukan mereka? membuatku semakin penasaran saja. Namun, mulut seakan terkunci rapat tak ingin banyak bicara."Aku pamit.""Hati-hati."Arka berlalu meninggalkan kami. Hanya tersisa aku dan Bilqis. "Bunda, jangan nangis, Iqis jadi sedih," ucap Bilqis berkaca-kaca. Aku peluk t

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 18

    "Maaf Bu. Harusnya ibu yang bertanya pada diri sendiri. Kesalahan apa yang Ibu perbuat, sampai membuat rumah tangga kami hancur," jawabku penuh penekanan.Ibu hanya membisu. Matanya berkaca-kaca. Perkataanku bagai busur yang melesat tepat sasaran. Menancap kuat di hatinya."Elina jangan pergi," rengek Mas Wisnu seperti anak kecil.Irasnya sudah tak karuan. Rasa penyesalan, kesedihan, dan penderitaan begitu tergambar di wajahnya. Seketika, hatiku ikut pilu. Namun, logika memaksa untuk pergi."Elina, aku akan mengejarmu kemana pun. Kamu hanya untukku.""Wisnu ayok pulang!" Ibu menahan Mas Wisnu agar tak mendekat kepadaku. Sedangkan aku, berusaha tak acuh atas panggilannya."Sabar yah, Mbak Elina."Sebelum masuk mobil, Mas Alzam menghampiri untuk memberi semangat. Wajahnya yang teduh, menyalurkan energi ketenangan untukku."Allah selalu menghibur hati yang sedih melalui firmannya. Seperti yang sudah di jelaskan dalam Al Quran Surat Al-Baqarah Ayat 186: Dan apabila hamba-hamba-Ku bert

Latest chapter

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Tamat

    POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 61

    POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 60

    POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 59

    POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 58

    POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 57

    "Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 56

    "Om, Om, mukanya ko, serem," ledek Bilqis malu-malu.Anak itu memang begitu. Meskipun kelihatan ketakutan, tapi suka jahil. Salah satunya senang berceloteh. Terlalu jujur. Aku peluk dia sambil tertawa. Sedangkan Jex tampak tak terima dikatakan demikian. "Santai dong, Om Jex tampan. Bilqis bicara seperti itu karena dia ingin PDKT sama kamu. Peka dong.""Aku tak paham caranya mendekati anak kecil," jawab Jex tanpa dosa.Dia tenang saja duduk di sampingku. Tanpa niatan ingin mengajak Bilqis bermain. Aku punya ide supaya suasana di rumah ini tidak kaku. "Iqis, suka main kuda gak?""Suka dong, Tante. Tapi ayah sedang masak. Jadi, Iqis gak bisa main kuda-kudaan.""Nah, Tante punya teman baru untuk Aish main kuda-kudaan.""Serius Tante? mana temannya.""Nih, di samping Tante.""Aku maksudnya?" tanya Jex kaget. Dia tampak tak terima dengan usulanku."Ya iyalah, suamiku sayang. Siapa lagi? kamu tega istrimu jadi kuda? hi, dasar.""Aish, jangan begitu," tegur Mbak Elina.Kakakku membawa dua

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 55

    POV AishHari ini semuanya berubah. Aku bisa merasakan pancaran kebahagian. Jex begitu menikmati sarapan bersama kami, dan Mbak Elina. Benar kata kakakku, suamiku butuh perhatian. Aku harus berdamai dengan takdir dan menerima semuanya. Rido terhadap ketentuan Gusti Allah. Awal mula perubahan sikapku, karena nasihat Mbak Elina dini hari tadi. Saat aku terbangun pukul 03.00 dini hari, aku melihat Jex tertidur sambil memelukku. Dengan kondisi kepalaku yang sudah tidak mengenakan hijab. Rasa kesal sempat menghampiri. Tak terima dengan sikap Jex yang lancang. Seenaknya dia melihat rambutku. Namun, perlahan emosiku reda. Ketika mendengarnya mengigau."Jangan ... jangan ambil Aish dariku. Aku mohon ...." Tampaknya Jex bermimpi buruk. Air mata menetes begitu saja. Padahal, matanya terpejam. Dari situ, hatiku sedikit tersentuh. Bertanya-tanya dalam diri ini. Apa sebesar itu cinta Jex padaku? sampai dalam tidurnya saja, dia tak mau kehilanganku.Aku berusaha mengingat-ingat lagi, apa yang su

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 54

    POV JexMalam ini aku ceritakan semuanya pada Aish. Mulai dari kisah hidupku semasa kecil. Sampai konflik yang terjadi antara Tuan Nicolas dan adiknya, Tuan Sagara. Sepengetahuanku, Tuan Nicolas yang mempunyai sifat tamak. Ingin merebut semua yang menjadi milik adiknya. Sama halnya dengan Araav. Darah haus kekuasaan mengalir kental pada anak pertama Tuan Nicolas. Aish sangat antusias mendengarkan ceritaku. Meskipun, wajahnya seketika murung saat aku memberi tahu kebusukan Arka. Istriku harus tau. Walaupun, dia tak mungkin 100% percaya padaku. Namun, setidaknya Aish bisa berhati-hati. Jika sewaktu-waktu Arka mengganggunya. Baru saja mau merebahkan tubuh di kasur, tiba-tiba ada panggilan dari orang kepercayaan yang memegang bisnis ruko. Dia mengabarkan kalau Ruko habis terbakar. Sampai merembet ke perumahan milik Sagara Buana."Jex, mau ke mana?""Ada masalah, Aish. Kemungkinan besar, Araav dan Arka sedang membuat perhitungan padaku.""Maksudnya bagaimana?" "Aku sudah mengacaukan mar

DMCA.com Protection Status