แชร์

Permohonan maaf Anindya.

ผู้เขียน: iva dinata
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-09-06 22:34:16

Farah yang dari tadi diam tak bisa menahan diri. Dengan ketus dia mengeluarkan unek-uneknya. Selama dua tahun Anindya tidak pernah sekalipun mencoba datang untuk meminta maaf atas semua fitnahnya pada Bestari.

"Saya benar-benar menyesal Tante, saya minta maaf." Kembali Anindya mengucapkan permintaan maafnya.

"Anindya benar-benar sudah menyesal dan menyadari semua kesalahannya, Farah. Tolong maafkan dia." Aisyah ikut meminta maaf.

Jika di dalam rumahnya Aisyah tak segan memarahi bahkan mengusir Anindya namun, disaat putrinya itu terpojok Aisyah tidak tega dan berusaha membelanya meski dia tahu anaknya itu bersalah.

Ya, itulah kasih sayang seorang ibu yang kadang tidak disadari oleh anak-anaknya.

"Jika Anindya yang difitnah wanita liar, murahan, tidak perawan, keluar masuk hotel dan gonta-ganti pacar. Apa kamu terima?" Farah balik bertanya dan Aisyah terdiam tak bisa menjawab.

Jangankan anaknya dibilang liar, dikatakan jelek saja hatinya sakit.

"Untuk masalah ini, anakm
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (8)
goodnovel comment avatar
Elsa muthia Handini
iya tuh betul kita sbg ortu tuh y hrs mendukung keinginan anak g mungkin anak selalu menuruti keinginan ortu
goodnovel comment avatar
Bertha Tamonob
Sebagai orang tua jangan mendominasi anak²,biarkan mereka menentukan pilihan hidup mereka sendiri. Setuju dengan pendapat om Dirga
goodnovel comment avatar
Neng Heryani
mantap lah om Dirga
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Saling memaafkan.

    Pertemuan telah selesai dan diakhiri dengan saling memaafkan. Semua orang bersalaman dan berpelukan. Aisyah dan Farah, Ibra dan Farhan. Begitu juga dengan Anindya, dia menyalami Bestari dan meminta maaf. Mereka juga berpelukan. Tak ketinggalan dengan Ganendra pun menyambut uluran tangan Abisatya. "Maaf untuk semuanya," ucap Abisatya dan Ganendra hanya mengangguk. Ketika semua orang sudah saling bersalaman Bestari terus menghindari Abisatya. Wanita berparas cantik itu melangkah mundur dan malah bersembunyi dibalik punggung ayahnya ketika Abisatya mengulurkan tangan ke depannya. Rasa takut dan trauma itu masih membekas. Setiap kali melihat tangan besar Satya ingatannya akan kejadian buruk itu tiba-tiba muncul. Bayangan tangan Satya menariknya paksa dan menjamahnya dengan brutal tidak bisa hilang dari ingatannya. "Luka yang kamu berikan tak semudah itu sembuh hanya dengan kata maaf." Ibra merentangkan tangannya. "Putriku bisa berbicara denganmu tapi tidak dengan bersentuha

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Lakukan demi Sabia.

    Pagi ini Bestari berniat untuk menjenguk ayah Jihan yang masih dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan tiga hari yang lalu. Sebelumnya Bestari memberi asi Sabia supaya bayinya itu tidak rewel saat dia pergi. "Ma, nitip Sabia sebentar ya! Hari ini aku jadi jenguk ayahnya Jihan." Bestari menyerahkan putrinya yang sudah mulai mengantuk setelah diberi asi itu. "Iya, sini cucu kesayangan Oma di rumah aja, diluar panas." Dengan gemas Farah mencium pipi Sabia. "Agak lama juga gak papa, kasihan Jihan dari kemarin gak ada yang gantikan jaga Ayahnya." Farah sedih teringat saat menjenguk besannya semalam. Banyaknya masalah membuat Farah baru sempat menjenguk besannya itu setelah dua hari mendengar kabar kecelakaan. "Loh, ibunya kemana, Ma?" "Ibunya sudah kembali ke ke rumahnya di jogja. Adiknya kan harus sekolah. Kemarin Mama sudah tawarin buat sewa perawat tapi Jihan nolak. Kayaknya dia lagi marahan sama Kakakmu," cerita Farah. "Ck... salah Kak Ganendra juga. Jadi orang negati

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-07
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Bertemu orang lama.

    Ciittttt..... Suara decitan ban mobil beradu dengan aspal depan lobby rumah sakit. "Awas...." Suara teriakan dari beberapa orang membuat suasana riuh. "Astaghfirullah..." Seorang security berlari mendekati Bestari yang tersungkur. "Mbak, ayo bangun." Security itu membantu Bestari bangun dan membawanya duduk di anak tangga. Beruntung pengendara mobil sempat menginjak rem tepat waktu. Sehingga tak sampai menabrak Bestari. "Mbak gak papa?" tanya security itu memastikan. "Kepalanya sakit?" tanyanya melihat goresan di kening Bestari. Bestari yang masih Shock hanya menggeleng lalu menoleh ke atas. Dansia tak ada lagi, entah kemana wanita itu pergi. "Maaf permisi, bisa kasih jalan?" Seorang pria berusaha membelah kerumunan orang-orang yang mengelilingi Bestari. Ada yang memberi minum, ada memeriksa kaki dan tangan Bestari yang lecet. "Ya Allah, tadi itu ada yang dorong Mbak-nya. Wanita tapi langsung kabur," cerita seorang ibu-ibu sambil memberi minum kepada Bestari. "

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-07
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ingin hidup tenang.

    "Pilih, suruh dia pergi atau aku yang pergi?!!" Kembali Alfa meminta Bestari memilih. Bestari membuang nafas kasar. Tak menyangka Alfa akan bersikap seperti itu. Ternyata umur hanya sebuah angka. Tidak menjamin kedewasaan seseorang. Tidak Satya, tidak Ganendra, Alfa juga sama. Seperti anak kecil. Dan kenapa dengan Sandra? Kenapa tiba-tiba pergi begitu saja hanya karena masalah Bestari memanggil Reyhan dengan sebutan Kak. Lalu tadi dua orang itu muncul dari halaman samping. Itu artinya mereka sudah datang sebelum dirinya pulang. Kenapa datang ke rumah tanpa memberi kabar dulu? Kalau tahu Bestari pasti akan menolak diantar Reyhan. Alfa kembali menghujaninya dengan tatapan tajam, meminta Bestari segera memutuskan. Sangat tidak sabaran. Tanpa sadar Bestari menghela nafas, menahan kesal. "Ma..." Baru saja Bestari membuka mulut Reyhan sudah berdiri. "Saya pamit," ucap Reyhan memandang Tari datar. "Semoga cepat sembuh." "Terima kasih sudah anterin aku pulang. Emm... Ma

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-08
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ternyata kamu orangnya.

    "Ternyata benar kamu orangnya," ucap Satya dengan tatapan tajamnya. Percakapan yang tadinya santai berubah serius da suasana mendadak mencekam. Rendra tersenyum tipis. "Kau menuduhku?" "Apa kamu merasa dituduh? Kupikir kau sedang mengakuinya." Satya masih tetap tenang meski tatapannya sudah seperti mata elang yang ingin menerkam mangsanya. "Kau masih tetap Abisatya yang dulu." Rendra tersenyum sinis, lalu dengan santainya menyandarkan punggungnya. "Kau tidak pernah mau mengakui kesalahanmu dan sibuk mencari kambing hitam." Satya mengangkat satu alisnya. Mencoba menebak maksud ucapan Rendra. Pria itu bukan tipe orang yang suka asal bicara untuk membela diri. "Aku masih ingat dengan jelas. Sama seperti hari ini kau juga menyalahkanku untuk kegagalanmu mendapatkan nilai cumlaude saat ujian akhir S1-mu." "Bukannya memang kamu yang menghapus datanya di laptopku? Dan kamu sendiri mengakuinya dan meminta maaf," sahut Satya. Rendra mendengus kasar, teringat kejadian dimana

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-08
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Tidak akan bermurah hati.

    "Maaf Om, kalau boleh tahu ada perlu apa Om memanggil saya datang?" tanya Satya pada Ibra pagi ini di kantornya. Pagi-pagi Satya datang ke kantor pusat perusahaan milik keluarga Rahardian setelah semalam menerima pesan dari mantan mertuanya yang memintanya datang. Dia bahkan sampai menunda meeting penting dengan calon investor yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. Bukan tak profesional tapi baginya urusan yang bisnis tidak lebih penting dari Bestari dan Sabia. Dan dia yakin tujuan Ibra memintanya datang berhubungan dengan Bestari dna Sabia. "Seperti yang pernah aku katakan. Aku tidak. segan menyingkirkan orang-orang yang mengusik putriku." Ibra menatap datar Satya yang terlihat kaget. "Bisa perjelas, siapa orangnya?" pinta Satya. Ibra mengangguk. Karena ini berhubungan dengan Satya jadi pria itu juga harus tahu dan mengambil sikap tegas. "Mantan kekasihmu," jawab Ibra lalu menunjukkan sebuah rekaman di ponselnya pada Satya. "Video itu diambil dari rekaman CCTV rumah saki

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-09
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Kebenaran.

    Pukul sepuluh malam kediaman Aditama kedatangan tamu. Anindya yang baru hendak tidur setelah selesai mengerjakan tugas kuliahnya ikut turun saat mendengar suara mobil berhenti di halaman rumahnya mereka. Tak hanya satu, terdengar ada lebih dari dua mobil. Gadis yang sudah memakai piyama tidur itu keluar dari kamarnya. "Siapa Ma yang datang?" tanya Anindya pada sang Mama yang hendak menuruni tangga. "Eyang Baskara. Tadi habis telpon Papa," jawab Aisyah lalu mulai menuruni tangga. "Emangnya ada apa, Ma?" Anindya ikut menyusul sang Mama turun ke lantai bawah. "Sepertinya ada perlu sama Satya." Wajah Aisyah terlihat khawatir. "Entah apalagi yang dilakukan kakakmu itu. Gak ada kapoknya bikin Eyangmu marah." "Pasti ada hubungannya sama Mbak Danisa," tebak Anindya. **** "Langsung saja, kedatanganku karena ulah putramu," Aisyah dan Farhan kompak mengerutkan dahinya, apalagi yang dilakukan Satya sampai membuat Eyang Baskara datang malam-malam, pikir keduanya. Pria tua i

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-10
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Menolak berdamai

    aku," ancam Danisa sambil mengacungkan pisau tajam ke depan Satya. Sontak semua wanita menjerit. Firman, Radit dan Farhan langsung berdiri. "Danisa, hentikan!!" teriak Miranda, tangannya langsung dicekal Radit begitu ingin mendekati putrinya. Berbeda dengan yang lain Satya malah tersenyum memberi kode pada dua bodyguardnya untuk mundur. Dengan tenang Satya melangkah maju. "Kamu mau apa? Melukaiku? Lakukan," katanya menantang Danisa. Aisyah panik, ingin menahan Satya namun tubuhnya dihalangi tubuh kekar Farhan. Semua orang menatap Danisa ngeri. Istri Firman bahkan sudah bersembunyi dibalik punggung suaminya. Sedang Eyang Baskara bersandar sambil menghela nafas panjang. Mendadak kepalanya pusing melihat tingkah Danisa. "Clarissa itu tidak pernah mencintaimu. Akulah mencintaimu. Tapi....." Danisa menatap Satya sendu. "Aku sudah menyuruhnya menerima cintamu tapi dia tidak mau. Dia bilang kamu lebih cocok dengan Tari." Sambungnya dengan sorot mata berubah tajam. "Semuanya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-11

บทล่าสุด

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Sah?" ucap penghulu setelah selesai0 Guntur mengucapkan janji suci atas nama Anindya dengan menjabat tangan Farhan, ayah kandung dari wanita yang saat ini sedang menunggu di ruang tunggu pengantin dengan jantung berdegup kencang. Hanya dengan satu tarikan nafas, lafadz itu berhasil Guntur ucapkan tanpa kesalahan, meski disertai rasa gugup dan detak jantung yang tak beraturan. Ac ruangan seolah tak bisa mendinginkan tubuhnya entah kenapa mengeluarkan keringan sebesar biji jagung dari kedua pelipisnya. "Sah," seru Ibra dan seorang pria dari pihak keluarga mempelai laki-laki. Guntur memejamkan matanya sembari menghela nafas panjang, berusaha menetralkan degup jantungnya yang sudah seperti genderang perang. "Alhamdulillah....." ucapnya yang entah kenapa berbarengan dengan Anindya yang ada di ruang tunggu. Gadis itu menakupkan kedua telapak tangannya saat lantunan do'a terdengar. Tak hanya kedua mempelai yang merasa terharu hampir semua yang hadir di ruangan private wedding itu

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Banyak hal dalam hidup Guntur yang sudah kau ambil. Apa otak cerdasmu itu tidak mampu menghitungnya?" "Memangnya apa yang sudah aku ambil, Pa? Tolong jelaskan aku benar-benar tidak faham," tanya Gibran berusaha sopan meski ada rasa tidak terima bergemuruh di dalam dadanya. Selama hidupnya, Gibran tidak pernah mengusik Guntur. Apapun yang dilakukan kakaknya itu Gibran tak pernah sekalipun ikut campur. Jangankan melarang, memprotes saja tidak. Sebaliknya, Guntur yang selalu ikut campur urusan Gibran. "Kenapa Papa diam? Ayo jelaskan," pinta Gibran tak sabar. Ario, mendesah berat. Ada rasa enggan untuk membahas apa yang sudah berlalu. Ibarat membuka luka lama. Namun, putra keduanya itu harus tahu sebesar apa pengorbanan Guntur untuk dirinya. Ario menghela nafas panjang sebelum bicara. "Apakah hatimu sedingin itu sampai tak bisa melihat betapa besar pengorbanan kakakmu itu?" "Maksudnya apa? Tolong bicara yang jelas," ujar Gibran tak sabar. Ario pun tak lagi segan. "Hal

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Kudengar kamu menemui wanita itu?" tanya Ario pada Gibran saat makan malam. Hari ini Gibran pulang lebih awal dari biasanya. Tentu karena permintaan sang papa. Katanya ada yang perlu dibicarakan. Meski enggan Gibran menuruti permintaan papanya itu. Gibran mengangkat wajahnya memandang Ario sedang menatapnya sembari mengunyah makanan di mulutnya. "Hemm," jawab Gibran singkat, lalu kembali menunduk fokus dengan makanannya. "Untuk apa wanita itu menemuimu?" tanya Ario lagi. Gibran mendesah berat, mereka sedang makan malam bersama setelah beberapa waktu tidak ada waktu untuk berkumpul seperti ini. Diliriknya Gia yang terlihat menghentikan gerak tangannya. Gadis itu juga nampak menahan tak senang. Dalam hati Gibran merutuki sikap papanya yang tidak tahu tempat. Tidak pernah bisa mencari waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu yang tentu saja sangat sensitif untuk dibahas di rumah mereka. Saat ini mereka sedang makan malam bersama, meski masalah itu penting setidakny

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Coba tebak kenapa aku tidak menolak?" tanya balik Atika. Sebuah ekspresi yang sulit Gibran baca. Satu alis Gibran terangkat. Matanya berusaha membaca ekspresi wajah Atika. Dari sorot mata wanita itu tersirat luka dan kekecewaan yang mendalam. Tatapan itu juga menyimpan dendam yang amat sangat. Entah itu pada keluarga Gibran atau malah pada Gibran sendiri. "Coba tebak," ujar Atika mengangkat dagunya. Gibran mendesah berat. "Sayangnya saya tidak suka main tebak-tebakan," katanya enggan. Pria itu tidak mau menunjukkan rasa penasarannya. Tidak ingin memberi kesempatan untuk Atika kembali mempermainkan rasa ibanya. Kalaupun Atika tidak mau bercerita, Gibran masih punya banyak sumber informasi lain yang bisa dia tanyai. Sadar umpannya tak mengenai sasaran, Atika menghela nafas panjang. Meski begitu wanita itu tak putus asa. Jika kali ini tidak berhasil dia akan mencari cara lain. Gibran adalah putra yang dibesarkannya dari bayi sampai dewasa, tentu saja dirinya tahu aoay ya

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Pagi ini Gibran kembali menerima pesan dari Atika. Mantan ibu tirinya itu memberi kabar, jika dirinya sudah sampai di Indonesia sejak kemarin malam. Dan siang ini wanita itu meminta waktu untuk bertemu. Meski enggan tapi pria itu tak sampai hati menolak permintaan wanita yang dulu pernah amat sangat disayanginya. Di sela-sela kesibukannya, putra kedua keluarga Wiratama itu menyempatkan datang ke sebuah resto di pusat kota, tempat yang dipilih Atika untuk menunggu pria itu. Pukul satu lebih Gibran baru sampai di resto bergaya Italia itu. Satu jam lebih lambat dari permintaan Atika. Sebuah meeting dadakan yang cukup penting tidak mungkin diakhirinya demi menemui wanita yang sudah menipunya puluhan tahun. Gibran melangkah masuk dengan diikuti Andi, asisten setianya. Dia sudah tidak berharap Atika masih menunggu, kalaupun wanita itu sudah pergi tapi setidaknya dirinya dan sang asisten harus makan siang. Tapi ternyata Gibran salah, wanita berwajah kalem itu masih duduk tenan

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Dua tahun aku mengalah. Menahan diri untuk memperjuangkan rasaku padanya demi untuk memberimu kesempatan untuk memperjuangkan cintamu. Tapi apa, kamu hanya diam di tempat. Kamu membiarkan di sana dia sendiri bersama lukanya. Apakah itu yang kamu sebut cinta?" "Aku menunggunya untuk..... untuk...." Mendadak otak Gibran kosong. Tak ada kata yang tepat untuk membenarkan sikapnya yang hanya diam saja selama dua tahun ini. Guntur mendesah berat, ada rasa iba melihat adiknya kembali kehilangan orang yang dicintainya, namun dirinya juga tidak ingin melepaskan cinta yang sudah diperjuangkannya dengan mempertaruhkan harga dirinya juga kedudukan sebagai CEO pun dilepasnya demi Anindya. "Dia tidak terluka karena kamu. Harusnya kamu masih bisa mendekatinya sebagai teman. Menemaninya mengobati luka hatinya," kata Guntur lagi. "Aku pikir dengan memberinya waktu adalah cara terbaik untuk menyembuhkan lukanya. Bukankah waktu adalah obat terbaik?" Gibran menatap lekat Guntur. "Salah, wa

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Gibran sampai rumah pukul delapan pagi setelah menggunakan penerbangan pertama dini hari dari bandara Juanda Surabaya. Semalaman Gibran ditemani Andi menjelajahi kota yang terkenal dengan kota pahlawan itu. Untuk mengalahkan rasa sakit hatinya pria dingin itu menyewa tour guide lewat onlin untuk mengantarkan mereka mencari tempat makan unik dan kuliner khas kota itu di malam hari. Dari Bandara mobil yang di kendarai oleh Andi berhenti di halaman rumah mewah keluarga Wiratama. "Kamu bawa saja mobilnya. Pagi ini kamu tidak perlu ke kantor. Suruh Cika menghandle semuanya," ucap Gibran begitu mobil berhenti. "Baik Pak," "Jangan lupa siang nanti kita ada meeting, kamu jemput saya." Tambahnya sebelum turun. Dengan langkah lebar Gibran memasuki rumah yang sudah dua tahun ini terasa sangat sepi. Apalagi saat pagi. Ario, sang papa pasti sibuk di kantor dan Anggia, adik bungsunya sepengetahuannya masih menghabiskan waktu libur kuliahnya di Surabaya.Atika sang Mama, yang dulu

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Sudah satu jam Gibran duduk termenung di salah satu kursi tunggu di bandara Juanda Surabaya. kepalanya menunduk menatap ujung sepatunya dengan tangan saling bertautan kuat. Berusaha menahan rasa pilu dari luka yang kini menganga di hatinya. Suara lembut Anindya beberapa jam yang lalu masih terus terngiang-ngiang di otaknya. "Iya, aku menerimanya. Dua minggu lagi kami akan menikah." Seperti di gempur tsunami dari samudera, ucapan Anindya seketika memporak-porandakan hatinya sampai hancur berkeping-keping. Bagaimana hatinya tidak terluka, wanita yabg dia cintai akan menikahi kakak kandungnya. Dirinya saja bekum bisa merelakan perpisahan mereka dan hanya kurang dari empat belas hari cintanya itu akan jadi kakak iparnya. Tidak adakah pria lain yang bida dicintai Anindya selain Guntur? Tidak bisakah gadis itu memikirkan perasaannya? Entah sudah berapa kali desahan berat keluar dari bibir tipisnya. Sesak itu benar-benar terasa menyesakkan dadanya hingga membuat pria yang

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part .

    Anindya jadi kesal sendiri jika teringat kejadian lamaran kemarin. Ternyata semua sudah direncanakan oleh Guntur. Natalie dan semua keluarga mereka sengaja diminta pria itu untuk mengikuti skenario yang dibuat olehnya. Entah apa yang sudah dilakukan oleh Guntur sampai bisa meluluhkan hati Farhan dan Satya sampai-sampai dua pria keras kepala itu setuju membantu Guntur untuk mendapatkan Anindya meski dengan jalan menipu gadis itu. Satu bulan sebelum hari H berbagai persiapan sudah mulai dilakukan oleh kedua belah keluarga. K3dua mempelai hanya bisa pasrah karena kesibukan pekerjaan dan kuliah. Jadilah seluruh persiapan diambil alih oleh pihak keluarga. Dari keluarga Anindya tentu saja Aisyah dan Tari yang pegang kendali. Mertua dan menantu itu sangat bersemangat dalam mengurus segala keperluan untuk pernikahan Anindya dan Guntur. Saking sibuknya sampai membuat Satya sempat marah karena takut membahayakan kondisi Tari yang sedang hamil anak kedua mereka. "Serahkan pada EO aja.

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status