Home / Romansa / Mempelai yang Tak Diharapkan / Keras kepala Sandra.

Share

Keras kepala Sandra.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2024-09-27 22:15:25

"Lihat apa yang sudah kamu lakukan?" ujar Alfa menatap mata tajam Sandra yang hanya menunduk. "Hampir saja kamu membuat aku dan Satya berkelahi."

Bagaimana tidak, saking inginnya kabur menyusul Rendra yang dibawa ke klinik Sandra membuat Tari jatuh dan mengalami luka di kepalanya karena terbentur tangga teras.

Satya yang melihat darah mengucur dari kening Tari langsung terbawa emosi sampai mengangkat tangan hampir memukul Sandra. Beruntung Ganendra dengan sigap menangkis tangan Satya sehingga pukulan itu tak sampai mengenai Sandra.

"Emang sehebat apa pria itu sampai membuatmu menyakiti saudaramu sendiri?" omel Alfa lagi. "Berapa lama kamu mengenalnya? Lebih lama dari persaudaraan kamu dan Tari?"

Alfa pria yang cuek dan jarang bicara namun sekalinya marah dia bisa berjam-jam memberi kuliah gratis pada adiknya itu. Seperti saat ini, ini sudah jam 12 malam tapi Alfa masih belum puas memarahi adiknya.

Sudah tiga kali Ganendra menegur dan menyuruh mengakhiri kuliah dadakann
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Bertha Tamonob
Siapa Rendra sebenarnya...
goodnovel comment avatar
ummu khumairah
sadar gak sih keluarga besar mereka tuh punya sepasang anak semua di tiap keluarga. yg cowok selalu jd abang kayak ganendra, satya, alfa dan yg cwek semuanya jd adek kayak tari, sandra dan anindya.. hmmm gimana ya, silsilah keluarganya monoton dan agak maksa gitu gak sih
goodnovel comment avatar
Yangdi Lover
smkin seru ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ternyata anak haram.

    "Rendra Prayoga Hutama," sahut Ganendra dengan mata menatap layar ponselnya. "Anak buahku baru saja mengirim data diri Rendra. Dia ternyata.....," "Hutama?" Satya mengulang nama belakang mantan rekan kerjanya. Sejak kapan nama belakang Rendra bertambah Hutama. Dia ingat dengan jelas, hanya Prayoga yang mengikuti naman Rendra. "Kamu tidak salah dengar." Ganendra memberikan ponselnya menunjukkan email yang dikirim anak buahnya di Jakarta. "Temannu itu ternyata anak haram dari selingkuhan Andrean Hutama. Dan baru setahun ini dia diakui sebagai salah satu perwarks kelaurga konglomerat itu." "Gil*," umpat Alfa. "Bisa-bisanya Sandra berhubungan dengan anggota kelaurga itu." Hutama bukan kelaurga sembarangan, banyak berita miring dan intrik dalam kelaurga itu. Apakah ini artinya dia harus meminta bantuan Big bosnya? "Aku dan Papa tidak akan tinggal diam. Kamu pasti membantu," ujarnya. "Aku juga pasti akan membantu. Bagaimana masalah ini juga berhubung denganku." Satya menepuk

    Last Updated : 2024-09-27
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Mendamaikan Ganendra dan Jihan.

    "Jangan-jangan dari pengagum rahasiamu," celetuk Tari sambil matanya mengawasi mobil mewah yang dirinta belum pernah mengendarai. Bukan keluarganya tidak sanggup beli, tapi sang papa selalu berprinsip membeli sesuatu sesuai kebutuhan bukan keinginan. "Pengagum rahasia apaan," gumam Jihan merasa aneh dan tak percaya dirinya punya pengagum rahasia. "Ada apa?" Tanya Satya menyusul ke depan diikuti Ganendra juga Risma, Sandra dan paling belakang Alfa. "Ada yang anter mobil buat Jihan tapi gak tau dari siapa," jawab Tari menoleh. "Kayaknya dari pengagum rahasianya," sambungnya melirik sang kakak yang terlihat cuek. "Oh... coba ditelpon saja showroomnya, tanya siapa yang membeli mobil dengan merk ini. Pasti ada catatannya." Ucapan Satya benar. Mobil mewah yang harganya hampir mencapai angka 1M itu pasti tidak setiap hari orang beli dan tentu data dan keterangannya sebagai pelanggan VIP. "Maaf, tapi dari kantor tidak bisa memberi datanya," sahut pria dengan seragam dengan lo

    Last Updated : 2024-09-28
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Akhirnya Sah kembali.

    "Bestari Ayu Rahardian," ucap Satya menatap Tari lekat. "Dengan disaksikan Tuhan dan Sabia putri kita, aku memintamu kembali padaku. Meminta menerimaku,...." Tiba-tiba suara Satya terdengar serak. "Maukah kamu rujuk denganku?....." tanyanya bersamaan dengan setetes cairan bening yang melewati pipi tegasnya. Tari tertegun, otaknya tiba-tiba ngeblank. "Bestari Ayu, wanita terbaik yang pernah Tuhan kirimkan untukku... Tolong maafkan aku, berikan satu kesempatan untuk membuktikan cintaku." Tetes-tetes cairan bening itu makin lama makin deras membuat suara Satya sempai tersendat-sendat. "Aku sadar, aku tidak sebaik Ganendra dan Alfa, tapi aku bisa pastikan cintaku juah lebih besar dari mereka. Aku akan melakukan apapun demi bisa bersama kamu."Tari masih saja diam. Wanita itu benar-benar terkejut samoai tak bisa berpikir apa-apa. Satya beranjak dan berlutut di samping kursi Tari. Digenggamnya tangan Tari yang terasa dingin. "Aku tahu aku bukan suami yang baik dalam pernikahan

    Last Updated : 2024-09-29
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Kebodohan Sandra

    Di sisi lain, Alfa pergi menemui Rendra untuk yang kedua kalinya. Setelah sebelumnya bersama Ganendra dan Satya. Namun kali ini dia membawa Sandra, berharap adiknya itu sadar dengan kebodohannya. "Kak Alfa bohong kan, Pak? Gak mungkin Pak Rendra meminta syarat itu," tanya Sandra dengan wajah sendunya. Hatinya kekeh tak percaya saat diberitahu oleh Alfa tentang permintaan Rendra sebagai syarat untuk menikahinya. "Tidak. Itu memang benar." Sandra membelalak tak. percaya. "Aku akan menikahimu dengan satu kesepakatan, Tari dan Satya tidak boleh kembali bersama." Begitu ringannya Satya berbicara tanpa memikat perasaan Sandra yang tiba-tiba porak-poranda oleh kalimatnya itu. Sandra menahan nafas, dadanya mendadak terasa sesak. Harukah dirinya bersaing dengan sepupunya sendiri demi cinta Rendra? "Ma-maksud Pak Rendra apa?" tanya Sandra dengan mata yang sudah dipenuhi dengan air mata yang siap meluber hanya dengan satu kedipan. "Aku punya alasan untuk hal itu dan kamu harus b

    Last Updated : 2024-09-30
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Makan malam bersama setelah jadi suami istri.

    Setelah acara mengharu biru semua keluarga makan malam bersama. Tadi Satya dan Tari juga belum sempat makan malam karena setelah lamaran diterima Satya sibuk dengan persiapan akad nikah. Sedang Tari telah kehilangan rasa laparnya karena rasa bahagia. "Sini biar Sabia sama Oma dan Uti saja." Aisyah mengambil alih bayi cantik itu tadinya di pangku Satya. "Pengantin baru nikmati moment berdua saja, silahkan bermesraan. Anggap saja kami tak ada," tambah Farah menarik pasangan pengantin baru untuk duduk di kursi yang bersebelahan. Tak menolak Tari dan Satya menurut saja. Satya menarik kursi untuk Tari lebih dulu setelahnya baru duduk. Sikapnya langsung mendapat satu senyuman bangga dari sang Mama. Betapa lega Aisyah melihat perubahan sikap Satya. Pria dingin itu mulai bisa bersikap lembut dan penuh perhatian. "Ayo semuanya duduk," ucap Farah memberi aba-aba. Untuk makan malam, Satya memesan meja panjang agar semua orang bisa duduk dan makan satu meja. Ada enam belas

    Last Updated : 2024-10-01
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Tak perlu pesta.

    "Tari," panggil Satya. "Bolehkah aku tidur di sebelahmu?" tanyanya menoleh. Tatapan itu langsung bertabrakan. Posisi Tari juga sesang menatap Satya. Dua wajah itu berhadapan meski terpisah ada jarak yang kurang darinsatu meter. "Jantungku berdegup kencang, Tari. Apa kamu jiga merasakannya?" tanya Satya. "Hem..." jawab Tari malu. "Berarti kamu masih mencintaiku." Satya tersenyum lebar. "Kalau begitu bolehkan aku tidur sambil memelukmu?" tanyanya lagi. "Hanya memeluk," tambah Satya berusaha meyakinkan Tari. Takut Tari masih merasa trauma. "Hemm...." Kembali Tari hanya menjawab dengan deheman tanpa berani menatap lansung mata Satya. "Benarkah?" "Iya," jawab Tari mengizinkan. Tak. mungkinnuga dia menolak. Sekarang status meraj usah kemabli sebagai suami istri. Pasti Dosa jika Tari menolak. Satya langsung beranjak bangun. Diletakkan guking di samping Sabia. Setelahnya segera pindah tempat di belakang tubuh Tari. Pelan tangannya dilingkarkan di perut rata Tari. Ta

    Last Updated : 2024-10-01
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Mesra.

    Pagi ini untuk pertama kalinya Satya dan Tari sholat berjamaah shubuh berdua. Hati Satya bergetar hebat saat terdengar kata amin dibelakangnya sesaat selesai membaca surat Al-Fatihah. Akhirnya setelah sekian purnama saat yang paling ditunggunya bisa terjadi. Dan InshaAllah untuk selamanya. Selesai salam dan berdoa sang imam berbalik kebelakang. Mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Tari dan diciumnya dengan takdim. Sekali lagi rasa haru itu menyusup kedalam dadanya. Rasa syukur tak henti ia ucapan salam hati. "I love you.." ucapnya lalu mengecup puncak kepala sang istri. "Makasih untuk semuanya sayang," ucapnya sambil menakup wajah cantik yang masih memakai mukena. "Boleh aku cium?" tanyanya yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Tari. Tak menunggu lama Satya langsung mendaratkan kecupan di pipi kanan kiri, dahi, hidung, dagu dan terakhir di bibir Tari. Meski hanya menempel tapi cukup lama. Tak ayal memicu detak jantung keduanya jadi tak beraturan. "

    Last Updated : 2024-10-02
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Perdebatan Jihan dan Sandra.

    Seperti isi pesan Sandra melalui ponsel pelayan hotel, pagi-pagi Tari dan Jihan mendatangi kamar Sandra. Namun saat diketuk yang keluar malah Tante Nura, mamanya Sandra. "Mau kemana?" tanya Tante Nura lembut seperti biasa. Wanita jalem dan murah senyum itu mengekus kepala Tari sayang. "Mau beli roti di depan Tante," jawab Tari. "Habis itu duduk di taman hotel dekat kolam renang. Nggak lama kok Te, cuma ngobrol sebentar." "Iya Te, cuma mau kangen-kangenan sebentar." Jihan ikut menambahi. Setelah berbagai pertanyaan akhirnya mereka bisa juga membawa Sandra keluar. "Sebenarnya apa sih yang sudah kamu lakukan, sampai Tante Nura segitunya?" tanya Jihan saat ketiga sahabat itu berjalan menuju toko roti yang ada seberang Hotel. "Entar aja ceritanya sekarang kita beli dulu roti dan segera balik," jawab Sandra masuk lebih dulu ke dalam toko. Tari dan Jihan saling pandang, "Lama-lama dia kok jadi nyebelin sih," ujar Jihan sedikit kesal. "Sudah jangan diambio hati, kayak g

    Last Updated : 2024-10-02

Latest chapter

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Tu-tunggu-tunggu," ucap Anindya mengangkat tangannya ke depan. Gadis itu segera bangkit dari duduknya setelah sadar dari keterkejutannya. "Kak Guntur jangan bercanda, kita gak pernah ada hubungan. Lagian kapan kita membicarakan tentang ini?" protesnya. "Loh... gimana sih?" Aisyah menatap Guntur dan putrinya itu bergantian. Tari menarik Anindya agar kembali duduk di tempatnya. "Duduklah," bisiknya memegangi lengan adik iparnya itu Mendadak suasana jadi canggung, semua yang ada di ruangan itu saling pandang. Terutama keluarga dari pihak Guntur, terlihat bingung dan malu. "Tur, ini maksudnya apa?" Ariotedjo memukul lengan putranya, merasa was-was jika lamaran mereka ditolak. "Kamu yang benar," "Benar Pah. Aku sudah lamar secara privat dan Anindya nerima," jawab Guntur. "Kapan?" sahut Anindya menatap Guntur. "Dua minggu lalu, di kedai eskrim. Kan kamu sendiri yang bilang setuju nikah sama aku bulan depan." "Hah!!!" Anindya mengerutkan dahinya. Berusaha menggali ing

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Assalamu'alaikum," ucap Anindya saat memasuki rumah. "Wa'alaikum salam...." Tari yang duduk di sofa ruang tengah langsung beranjak bangun, menyambut afik iparnya itu dengan pelukan. Wanita yang sedang hamil lima bulan itu nampak begitu bahagia. Senyumnya mengembang membuat Anindya bertanya-tanya dalam hati. Apa yang terjadi saat dirinya tak ada di rumah? Kenapa tiba-tiba kakak iparnya terlihat sangat bahagia? Apa kedatangan orang tuanya membuat sang kakak ipar sebahagia itu? Bukankan dua bulan sekali mama papanya rutin datang berkunjung? "Mbak Tari kayaknya bahagia banget?" "Ya iyalah, Mbak ikut bahagia. Bahagia banget malah," jawab Tari masih dengan senyum mengembang. Bahkan tangan lembutnya merapikan beberapa anak rambut Anindya yang menutupi wajah. Anindya mengerutkan dahinya. "Di suruh pulang jam 4, nyampek rumah jam 5," omel Satya dari arah tangga. Sontak dua wanita itu menoleh, nampak Satya yang sudah rapi menuruni tangga. "Jadi orang kok susah banget disuruh

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Sudah dua minggu sejak pertemuan di kedai eskrim, Guntur tak menampakkan diri. Dari Satya baru diketahui jika pria itu sudah kembali ke Jakarta. Anindya sempat menghubungi mantan kakak iparnya itu untuk menanyakan perihal kelanjutan pembuatan iklan. [Tentu saja jadi. Untuk konsepnya pakai yang pertama jamu presentasikan.] Balasan pesan dari Guntur yang membuat Anindya mengumpat untuk pertama kalinya sejak pindah ke Surabaya. "Gil*!! Dasar pria gil* sialan," umpatnya setelah membaca balasan pesan dari Guntur. "Itu kulkas pasti sengaja ngerjain aku. Kalau dari awal suka dengan konsep yang pertama kenapa bilangnya jelek, udah gitu minta dibuatkan konsep lain. Aduhh... dasar..." Anindya menggerutu dengan kedua tangan mengepal gemas. "Pengen aku pites kepalanya yang kayak batu itu," ujarnya kesal. "Sabar Bu Bos..... itu orang bawa fulus," seru Cindy, salah satu anak buah Anindya. Saat ini Anindya sedang berada di kantor yang lebih tepatnya basecamp tempat berkumpul dengan an

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Kamu gak ke kantor, Nin?" tanya Tari saat mendapati adik iparnya pulang lebih awal dari biasanya. "Sudah tadi, pulang kuliah mampir sebentar. Kerjaannya gak banyak, cuma ngecek hasil kerjaan anak-anak aja," jawab Anindya menjatuhkan bobot tubuhnya diatas sofa ruang tengah. Wajahnya terlihat lelah, kusut dan tidak bersemangat. Seperti orang banyak pikiran. "Gimana dengan iklan buat kedai eskrim milik Guntur?" tanya Tari lagi. "Terakhir kamu cerita belum ada kesepakatan tentang temanya," Tari ikut duduk di sebelah Anindya setelah sebelum meminta art-nya membuatkan minuman segar untuk adik iparnya yang baru pulang. "Tahu tuh, perjaka tua ribet banget," celetuk Anindya tiba-tiba merasa kesal. "Astagfirullah... Gak boleh lo Nin, ngomong kayak gitu," tegur Tari memukul pelan lengan Anindya. "Ck... emang iya," gerutu Anindya. Wajah cantik bertambah suram saat ingatannya tertarik mundur pada kejadian dua hari yang lalu. Ketika dirinya dan Guntur berdebat tentang tema iklan p

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Ck... seneng banget yang habis ngerjain anak orang," sindir Anindya melirik pria yang duduk di balik kemudi. Guntur menoleh, menatap sejenak Anindya lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. Pri itu berdecak, "Harusnya kalian berterima kasih padaku," katanya. Sepanjang jalan Guntur tersenyum lebar. Entah apa alasan pastinya namun pria dengan wajah tampan nanu terkesan tegas itu sangat puas melihat ekspresi Andre yang langsung shock dan pamit pulang lebih dulu setelah mendengar pernyataan yang diucapkannya. "Hah, berterima kasih untuk apa?" Anindya menoleh, dahinya berkerut dan tatapannya menyipit. "Mulai sekarang kamu nggak perlu cari alasan untuk menolak,.... siapa tadi namanya?" Guntur berlagak lupa. "Andre," sahut Anindya ketus. "Iya, itu. Dan laki-laki itu bisa mulai berhenti membuang waktu untuk mengejar sesuatu yang tidak yang tidak mungkin dia dapatkan." "Ck.... sok tahu," gumam Anindya membuang muka keluar jendela. "Kenapa, jangan-jangan kamu menyukai A

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    Andre menatap wanita yang duduk di hadapannya dengan tatapan kesal bercampur gemas. Matanya memicing sambil menggigit bibir bawahnya menahan diri agar tidak lepas kendali. "Apa?" kata Anindya melebarkan matanya. "Nggak papa," ketus Andre seperti abak kecil, ngambek. "Kalau kamu kayak gitu aku jadi pengen pulang," celetuk Anindya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Andre mendesah berat, ditatapnya wanita yang audah membuatnya jatuh hati sejak pertama kali bertemu itu sendu. "Kamu kok tega, ngancurin semua rencana dan harapan aku?" Anindya mengangkat pundaknya cuek. "Terserah ya, menurutmu apa? Tapi yang pasti aku sudah menepati janjiku untuk menerima ajakan makan malam darimu, jika job iklan pariwisata selesai sebelum akhir bulan," terangnya lalu mencomot kentang goreng pesanannya. "Ck.." Andre berdecak kesal. Bagaimana tidak kesal, makan malam romantis yang direncanakan jadi berantakan. Sudah dari jauh-jauh hari Andre sudah merencanakan dinner romantis

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Loh... kamu mau kemana, Nin?" tanya Tari saat melihat Anin Anindya keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Tari yang sedang menata makanan diatas meja makan menghentikan kegiatannya. Dipandanginya adik iparnya itu dengan kening berkerut. Selama dua tahun tinggal bersama, Anindya jarang sekali keluar malam. Apalagi dengan pakaian rapi seperti saat ini. Dress selutut yang dilapisi dengan cardinal jeans tak ketinggalan sepatu kets putih senada dengan warna tas selempang yang dipakainya. Membuat wanita 24 tahun itu terlihat cantik dan modis. "Aku izin keluar sebentar ya Mbak, jam sembilan sudah sampai rumah kok." "Mau kemana? Sama siapa?" tanya Tari. Istri Satya itu sangat protective kepada adik iparnya itu. Tidak hanya mengenal teman-teman Anindya, dia bahkan tahu dan hafal dengan kegiatan Anindya di luar rumah. Anindya berjalan mendekat, "Mau makan malam sama Andre," jawabnya jujur. "Apa? Tunggu!-tunggu!!" Tari menarik salah satu kursi lalu mendudukkan dirinya. "D

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Anindya dan Guntur berjalan beriringan menuju tempat parkiran dimana mobilnya berada. Dua insan itu berbincang ringan. Saling bertanya kabar satu sama lain. "Kudengar kamu melanjutkan S2-mu di Surabaya," Guntur menoleh pada wanita cantik yang berjalan di sampingnya. "Iya," jawab Anindya, menoleh sambil tersenyum tipis. Wajah cantik itu terlihat lebih dewasa dan anggun. Apalagi sikapnya yang lebih kalem. Sangat berbeda dengan Anindya yang dikenal Guntur dua tahun lalu. Masih segar di ingatan Guntur saat pertama kali melihat mantan adik iparnya itu. Saat itu kepulangan pertamanya setelah hampir sepuluh tahun di luar negeri untuk menjaga Ayra. Anindya yang masih muda terlihat penuh semangat dan ambisi. Sedikit ceroboh dan ceria. Berbeda sekali dengan yang dilihatnya sekarang. Dewasa anggun dan lebih se*si. "Bagaimana kabar, Gia? Dia pasti sudah kuliah sekarang?" Anindya mulai mencari topik lain. Jujur bertemu dengan Guntur cukup membuatnya kaget dan bingung harus bersika

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Tamat.

    "Aku ingin waduk dan jembatan gantungnya jadi background utamanya. Tetap fokus pada modelnya tapi perlihatkan keindahan waduk dan langitnya." Seorang wanita cantik sedang memberi arahan pada dua orang pria yang memegang kamera. "Ok," jawab sang fotografer mengacungkan jempolnya. Di sisi yang lain kameramen juga mengacungkan jempolnya. "Siap, Nin!" Wanita dengan kemeja putih dan celana jeans itu pun mengangguk lalu melangkah mundur, membiarkan rekan-rekannya mulai bekerja. Bola mata berwarna coklat itu mengamati setiap pergerakan orang-orang di depan sana. Sesekali matanya indah itu menyipit dengan bibir mengerucut, saat adegan didepannya menurutnya kurang pas. Wanita berambut panjang itu berulang kali menyelipkan anak rambutnya yang tertiup angin tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya mencatat dalam otaknya mana adegan dan eagle mana yang perlu diedit. Wanita itu mendesah lega saat terdengar suara salah satu rekan kerjanya. "Cut," ucap pria bernama Andre, sambil memba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status