Home / Romansa / Memoar Rasa / Mimpi dan Realita

Share

Mimpi dan Realita

last update Last Updated: 2021-06-14 14:40:05

Hari baru, impian baru, realita baru serta rasa sakit baru. Aku kembali menatap jam dinding yang terpampang dengan gagah di dinding. Ia terus bergerak melawan arus, bahkan walaupun gempa menerjangnya, ia mungkin akan terus bergerak selama masih ada penggerak.

Ya, kupikir semua makhluk di dunia ini memerlukan hal lain untuk dapat membuatnya terus bergerak. Sama seperti manusia. Manusia butuh penggerak. Penggeraknya bisa dari dukungan keluarga, teman, sahabat atau bahkan pasangan!

Untuk sekarang ini, aku pikir penggerak utama dalam hidupku adalah Bunga. Entah kenapa, namun memang ia sudah resmi menjadi pasanganku sekarang. Entah berapa lama hubunganku dengan dia akan bertahan. Namun aku harus berlangsung lama hingga pelaminan.

Aku memang berencana menikah dengannya. Namun entah kapan. Dalam benakku juga belum terbesit untuk menikahinya secepat itu. Aku masih perlu waktu untuk berpikir. Rasanya aku terlalu banyak berpikir? Ya, memang itulah kenyataannya. Aku tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan, aku ingin semua terencana dengan baik.

Sehingga, jika ada kemungkinan terburuk terjadi, maka aku akan lebih siap. Walaupun sebenarnya aku tidak pernah siap untuk menerima itu, namun mungkin dengan persiapan yang lebih matang, aku lebih siap menerima realita yang akan kuhadapi nantinya. Ah, jika dipikirkan memang menakutkan, namun itulah aturan mainnya. Jika aku tidak bisa bertahan, maka aku akan tersingkirkan.

Aku merasa hampir 80 persen hidupku adalah tentangnya. Namun tentu, itu tidak lebih besar daripada fokusku terhadap tujuan utama yaitu lulus dengan cumlaude! Yah, kalian tahu? Kapasitas diriku bukanlah 100 persen, namun 200 persen! 2 kali lipat dibanding manusia normal lainnya. Apa aku masih layak disebut manusia sekarang?

Beranjak dari tempat favorit lalu meraih handuk yang tergantung di kursi. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengembalikan energi dan tentunya, menyambut panggilan alam yang sudah meronta sejak tadi pagi. Hahaha.

Setelah urusanku dengan tempat basah itu selesai, aku langsung menuju dapur dan mencari bahan makanan yang bisa kujadikan ganjalan bagi perutku yang sejak tadi sudah menyalakan alarm tanda kelaparan setelah aku dipanggil oleh alam untuk mengeluarkan sisa makanan yang ada dalam perutku itu tadi di tempat yang basah.

Akhirnya kutemukan roti beserta selai, yang kupikir tanggal kadaluarsanya masih cukup lama. Tanpa menunggu aba-aba, aku langsung membuat dan mengoleskan selai yang sudah hampir habis itu ke dalam roti. Ah, sepertinya aku harus pergi belanja minggu ini, mengingat bahan makanan di rumahku ini hampir habis.

Aku tidak ingin mati kelaparan tentunya karena bahan makanan di rumah habis. Di tambah lagi musim dingin yang sebentar lagi akan menerpa kota, pastinya banyak warga bergegas untuk menyetok makanan sebanyak mungkin hingga isi kulkas mereka penuh.

Setelah selesai mengisi bahan bakar, aku langsung mengambil jaket, tas, serta tidak lupa hal terpenting yang harus kubawa yaitu dompet! Hahaha. Keluar dari asrama serta mengunci rapat-rapat pintu, agar tidak ada maling ataupun hati lain yang masuk ke dalam asrama ini. Cukup Bunga saja yang hatinya boleh tinggal dan menetap di sini, bersama denganku. Hahaha. Apa aku terlihat gila? Aku harap tidak.

Hari ini cuaca di luar cukup dingin. Bahkan lebih dingin dibandingkan kemarin. Suhu menunjukan -5 derajat. Tentunya suhu yang sangat tidak bersahabat dengan tubuh tropis yang biasa menikmati hangatnya udara di pagi hari. Ya walaupun suhu di sini tidak sedingin suhu di bagian utara bumi. Terlebih lagi Russia. Aku tidak bisa membayangkan mereka yang tinggal di utara Russia yang notabene dekat dengan kutub. 

Dan bahkan suhu di sana bisa menyetuh angka -42 derajat! Sungguh ekstrim! Beruntung aku bisa tinggal di negara Eropa yang suhu di musim dinginnya tidak terlalu ekstrim di bandingkan dengan negara-negara Eropa balkan dan negara yang dekat kutub utara. Jarak asrama dengan tempat perbelajaan yang ingin kutuju cukup jauh, sehingga aku harus menaiki bis untuk dapat ke sana.

Aku pun berhenti di halte bus dan menunggu bus rute yang kutuju berhenti di sini. Setelah sekitar 5 menit menunggu, akhirnya bus yang kutunggu datang. Aku langsung menaiki bis tersebut dan mengambil kursi di tengah pojok kiri dekat dengan jendela. Aku ingin mengamati keadaan sekitar. Aku berharap aku akan mendapatkan kejadian yang tidak terduga. 

Namun nampaknya biasa-biasa saja. Orang-orang di sini menjalani aktifitasnya dengan normal. Bahkan mereka terlihat seperti manusia sekarang, bukan robot bernyawa yang kulihat seperti sebelumnya. Hahaha. Tentu saja. Hari ini adalah hari pertama libur di musim dingin kalau tidak salah. Jadi banyak dari mereka yang memanfaatkan waktu mereka untuk bermain bersama keluarga, teman, sahabat bahkan ada yang berdua dengan pasangan.

Ah lagi-lagi ada sekelompok orang yang membuatku iri. Mereka bisa menikmati musim dingin yang indah nan beku ini bersama dengan pasangan mereka. Aku amati mereka bermain bola salju. Yah, salju memang cukup tebal semalam. Aku tidak tersadar karena aku tidur lebih awal semalam.

Huft..menyenangkan mungkin jika ia ada di sini. Mungkin setelah ia pulang, kami bisa merasakan hal yang dirasakan oleh kawula muda lainnya. Aku berharap begitu. Aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.

Setelah berjalan sekitar 30 menit dari halte bis tadi, akhirnya aku sampai di pusat perbelanjaan. Terlihat dari jauh, tempat perbelanjaan tersebut sangatlah ramai. Aku tidak yakin jika aku akan menghabiskan waktu singkat di sana. Pastinya aku membutuhkan waktu yang lebih lama. Ah aku merasa sial kenapa aku harus kehabisan bahan makanan di hari seperti ini.

Tapi yasudahlah, daripada aku mati kelaparan, lebih aku mengantri hingga lapar. Setidaknya setelah mengantri, aku bisa memakan beberapa cemilan yang sudah kubeli hahaha. Aku pun mengambil troli dan langsung menuju tempat pertama yaitu "Perdagingan". Aku ingin membeli beberapa jenis daging agar lemakku lebih kuat menopang tubuhku di musim dingin ini.

Aku akan membeli daging sapi, ayam dan bebek. Tapi bagi kalian yang ingin ke sini, kalian harus bisa membedakan yang mana daging yang halal dan haram. Khususnya teruntuk kalian yang beragama Islam. Jika kalian masih bingung, tidak usah segan bertanya kepada petugas yang ada.

Oke, setelah aku membeli beberapa daging tersebut, aku langsung beranjak ke tempat bumbu-bumbu dapur. Aku membeli beberapa bumbu dapur yang kebetulan memang sudah habis. Setelah itu aku ke tempat camilan untuk membeli beberapa makanan ringan. Tentunya aku sangat suka ngemil. Jika aku sedang stress atau banyak tugas, pasti aku akan memakan banyak makanan ringan. Mungkin itu sudah menjadi hobiku sekarang.

Yah, setelah berkeliling tempat itu selama kurang lebih 1 jam, akhirnya aku langsung ke kasir. Tanpa kusadari ternyata antriannya sangatlah panjang. Nampaknya, aku harus menambah tingkat kesabaranku sekali lagi. 

Ting!

Notifikasi ponselku berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Dan ternyata, tidak lain dan tidak bukan adalah pesan dari sang dewi yang sekarang sedang berada jauh di negeri kincir angin. Mungkin juga ia sedang melihat kincir angin yang bergerak terus-menerus tanpa melihat hambatan di depannya.

"MASS, CEPET BALES MESSAGE INI! PENTING!"

"KENAPA? WHAT WOULD HAPPEN?"

"AKU PULANG HARI INI."

"HAH?! SERIUS?! GAK BERCANDA KAN?!"

"Iyalahh mas, masa aku bercanda :)"

"Jam berapa kamu dari sana?"

"Sekitar jam 11 mungkin mas, dan aku bakal nyampe sore di Inggrisnya."

"Ohh I see....oke nanti aku jemput ya di airport."

"Seriusan mas? Kamu gak ada kelas?"

"Kan sekarang lagi libur musim dingin..."

"Oh iya! Aku lupa mas! Hehehe. Maaf ya"

"Kebiasaan ya bun."

"Hahaha, emang."

"Oke, sebentar ya, aku mau bayar kasir dulu ini."

"Ohh kamu lagi di supermarket?"

"Iya, kebetulan bahan makanan di asrama habis, yaudah deh aku beli sekarang, walaupun antriannya panjang."

"Okee, yaudah kamu bayar dulu aja, bunga nanti chat lagi kalau kamu udah selesai, oke?"

"Okee."

Tidak lama kemudian, aku pun membayar semua barang belanjaanku. Totalnya sebesar 152 poundsterling. Huft...cukup banyak belanjaan ku bulan ini. Iya setidaknya, hal ini terjadi sebulan sekali, bukan seminggu sekali. Aku benar-benar sangat menghemat uang saku beasiswaku setiap bulan-nya. 

Jika kalian ingin mengetahui berapa besaran uang saku beasiswaku maka jawabannya adalah sebesar 1200 poundsterling per-bulannya. Memang jumlah yang cukup besar untuk ukuran mahasiswa se-hemat aku ini. Namun, uang sebesar itu tidak akan cukup bila setiap pekan aku makan dan juga jalan-jalan ke luar kota. Terlebih lagi, jika aku harus makan di restoran, tentunya biaya yang aku keluarkan harus lebih besar lagi.

Sedangkan biasanya, aku hanya makan di restoran 2 kali sebulan. Dan biasanya aku hanya menghabiskan sekitar 800 pounds per-bulannya. Yah, masih ada sekitar 400 pounds tersisa setiap bulan. Dan uang sisa tersebut, biasanya sebagian aku tabung dan aku investasi-kan di Indonesia.

Ya tentu saja, aku harus mempersiapkan finansial-ku nanti. Setelah lulus, mungkin saja aku tidak langsung mendapat pekerjaaan, oleh karena itu aku menyimpan dan menginvestasikan sisa uang sakuku. Tujuannya, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyelamatkan hidupku saat pengangguran nanti.

Setelah selesai membayar di kasih, aku lantas langsung pergi kembali ke asrama. Aku ingin istirahat sebentar sebelum aku menjemput Bunga. Mungkin masih ada waktu sekitar 2-3 jam untuk istirahat di asrama. Waktu yang cukup untuk melegakkan kaki-kakiku yang meronta di supermarket tadi.

Setelah keluar dari tempat sumpek nan menyesakkan, aku langsung ke halte bis. Tidak lama, aku mendapat bis tujuan asrama ku dan langsung menaikinya. Sekitar 30 menit perjalanan, aku pun sampai di depan halte asramaku. Dengan barang belanjaan yang cukup berat, aku berusaha menggapai lift di asrama ku. Huft, sungguh melelahkan, namun untungnya aku sudah terbiasa seperti ini.

Sampai di depan pintu, aku mengucapkan salam, dan langsung menaruh barangnya di tempat-tempat yang semestinya. Setelah selesai, aku langsung melepaskan semua pakaian seperti jaket, sweater, topi, syal, dan sarung tangan. Namun tidak lama kemudian, aku kembali memakai sweater-ku karena aku pikir, udara di dalam asramaku cukup dingin.

Aku kembali membuka ponselku, aku membuka chat Bunga yang ternyata terakhir kali pesan yang tertulis di situ adalah "oke". Aku rasa Bunga sedang berada dalam pesawat dan tidak bisa membuka ponsel-nya. Yah, kupikir lebih baik menggunakan waktu senggang ini untuk merebahkan badan yang hampir patah karena antrian yang begitu panjang tadi di kasur yang nyaman nan empuk.

Menatap langit-langit asramaku. Putih bersih, dan terlihat masih suci. Kulihat sekelilingku, nampak sunyi dan terlihat barang-barangku tertata rapi. Semua terlihat teratur dan tersusun rapi. Hmmm...pemandangan yang hari-hariku nampak. Pakaian kotorku semua sudah dicuci, piring-piring kotor pun tak luput dari perhatianku tadi pagi. Semua sudah beres, dan kini apa yang harus kulakukan? Tidur? Ah tidak mungkin, aku takut kelewatan. 

Jadi aku memutuskan untuk mengambil remot dan menonton acara favoritku. Ya mungkin salah satunya ada berita dari BBC dan National Geographic. Dua jenis acara yang paling kusukai selama tinggal di sini. Kedua acara tersebut tidak hanya memberikan hiburan, namun juga menurutku memberikan pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Dan terkadang, aku juga belajar mengenai filsafat dari kedua acara tersebut, dengan memperhatikan kejadian yang dikemas dalam acara dari kedua jenis acara tersebut.

Waktu menunjukan pukul 2 siang. Itu berarti 1 jam lagi ia akan sampai di Bandara. Baiklah, aku memutuskan untuk berangkat sekarang. Walaupun jam dari asramaku ke Bandara tidaklah jauh, namun aku mengantisipasi hal-hal yang tidak inginkan, seperti kemacetan.

Aku kembali mengenakan satu set lengkap pakaian musim dingin. Dan langsung menuju ke luar gedung asrama. Aku kali ini menyewa sebuah mobil yang kebetulan itu adalah mobil tetangga asramaku. Ia adalah teman dekatku di asrama, ia orang Inggris, namanya Richard. Ia memang berasal dari keluarga yang berada, namun ia lebih memilih tinggal di asrama dibandingkan tinggal di apartemen. Karena aku yakin bahwa ia sebenarnya mampun, namun ia hanya tidak mau.

Tadinya aku di suruh untuk meminjamnya saja, tidak perlu membayar. Namun aku memaksa bahwa aku tidak enak. Dan akhirnya ia mengatakan bahwa cukup mengisikan bensin mobilnya saja sampai penuh. Dengan penawaran seperti itu, tentunya aku cukup bernafas lega. Aku dapat menghemat budget-ku hingga 40%. Dan akhirnya akupun berangkat ke Bandara.

Perjalanan menuju Bandara memakan waktu sekitar 40 menit. Memang tidak terlalu jauh, hanya berjarak 22 kilometer dari asramaku. Sebenarnya bisa ditempuh dengan waktu 30 menit, namun ada sedikit traffic jam di tengah perjalanan tadi. Akhirnya aku sampai di Bandara dan mungkin aku harus menunggu sekitar 20 menit lagi sebelum pesawatnya sampai.

20 menit tersisa, aku menghabiskan waktuku untuk membaca buku "Al-Qur'an and American Dreams". Ya itu adalah sebuah buku sejarah tentang bagaimana para founding father negara Amerika memasukkan muslim sebagai warga negara mereka serta memperlakukan orang-orang di luar protestan sama di hadapan negara. Terlepas dari ras, suku, dan agama yang mereka anut.

Buku yang sangat menarik untukku. Aku bisa mempelajari, tidak hanya tentang sejarah Amerika, namun lebih spesifik lagi, bagaimana para pemimpin Amerika berpikir pada saat itu. Aku sangat menyukainya. Terlebih lagi Thomas Jefferson yang kukira, ia adalah salah satu presiden Amerika favoritku selain George Washington, John Adams, Abraham Lincoln, D. Roosevelt dan F. Kennedy.

"Kita tidak pernah tahu takdir akan berjalan seperti apa, hanya berencana sisanya serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Tugas kita hanyalah satu, berharap dan berusaha. Cukup dua hal itu. Jika gagal abaikan, namun jika menang, syukuri."

-Max Helgaar

(Kaki Melangkah, Hati Gelisah, Pikiran Berharap Indah, Tangan Menengadah)

Aku menunggu di depan gerbang kedatangan. Aku memperhatikan satu-persatu orang yang keluar dari gerbang tersebut. Namun sekitar 5 menit menunggu, aku tidak bisa menemukan Bunga. Dan aku tidak menemukan ia diantara banyaknya orang yang datang. Namun tidak lama setelah itu....

ADA YANG MENUTUP MATAKU! AKU PANIK! TANGANKU SUDAH MENGEPAL KERAS! NAMUN ALANGKAH TERKEJUTNYA....

Aku mendengar suara yang sangat khas masuk ke telingaku, suara yang menenangkan dan membuncahkan rasa rindu ini. Hati tergugah, pikiran terlena, dan aku langsung bisa menebak siapa tangan yang ada di depan pelupuk mataku ini.

"Bunga..."

"Ihh kok ketahuan sih mas..."

Aku membuka tutup mata itu, dan langsung balik badan. Aku dan Bunga lantas berpelukan di situ juga. 

"Kok kamu tiba-tiba dateng sih? Aku daritadi gak ngeliat kamu lho?"

"Aku kan dateng dari pintu sebelah sana mas..."

Aku langsung menatap ke arah telunjuk jari Bunga menunjuk, dan kulihat ternyata aku salah pintu. Aku malah menunggunya di depan pintu kedatangan domestik, bukannya Internasional. Lantas setelah itupun aku dan Bunga yang mengetahui hal itu langsung tertawa dan lebih parahnya lagi, sepertinya orang-orang di sekitarku itu memperhatikan tingkah laku kami berdua yang aneh.

Aku dan Bunga yang tidak tahan malu di tempat itu, langsung bergegas menuju mobil untuk melanjutkan tawa yang aku hentikan sementara. 

"Mas, kamu naik mobil? Mobil siapa ini?"

"Ehh iya, aku ini minjem mobil punya temen aku..."

"Kamu punya SIM emangnya?"

"Ehmm...ada sih, tapi SIM C hehehe."

"Ihh serius mas, masa kamu bawa mobil tapi gak bawa SIM sih. Nanti kalau di tilang gimana?"

"Engga kok, aman. Aku udah tanya ke temenku, dia bilang polisi di sini jarang nilang kecuali kita ngelanggar peraturan. Dan juga jarang ada razia, gak kaya di Indonesia kan."

"Beneran?"

"Iya beneran sayang..."

"Hmm....oke deh. Yuk kita berangkat."

"Oke. Eh tapi, sebelum pulang, kamu mau kemana? Makan gitu? Udah makan belum?"

"Hmm...belum sih mas. Tadi baru sarapan aja. Di pesawat juga cuman makan roti sama cemilan-cemilan doang. Belum makan berat."

"Ahh I see....jadi mau makan dulu gak nih? Nanti pas malem jadi gak usah makan lagi, ngemil aja paling kalau mau, gimana?"

"Hmm boleh deh mas...aku juga kebetulan udah laper sih hehehe. Perut aku tadi udah keroncongan tadi."

"Okee...kita berangkat kemana nih? Mau makan di mana maksudnya?"

"Bebas sih, mau di tempat biasa juga gapapa."

"Eh iya aku ada tempat rekomendasi baru nih, ini restoran Prancis, murah-murah juga sih menu-nya. Kemarin aku ke sana bareng temen-temen aku..."

"Temen yang mana?" Bunga bertanya dengan nada mengejek namun memiliki maksud lain.

"Temen kelas lah,  kenapa emangnya?"

"Ohh temen kelas, kirain sama cathelene..."

"EHH YA ALLAH, GAK LAHH. YAKALI AKU SAMA DIA. DIA JUGA UDAH PACAR."

"Hahaha, bercanda doang mas...aku tahu kok kalau dia udah punya. Coba aja belum punya ya...pasti kamu udah..."

"Ya Allah Bunga...gak gitu....aku gak bakal gitu..."

"Hehehe, iya mas, bercanda doang..."

Aku dan Bunga pun langsung menuju tempat yang di tuju. Sekitar 30 menit dari Bandara, aku pun sampai di restoran tersebut. Tak lama kemudian, aku dan Bunga langsung mendapat tempat duduk, karena kebetulan restoran tersebut sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang makan di tempat tersebut.

Pelayan pun datang dan menyodorkan beberapa menu makanan. Aku bertanya menu apa saja yang menjadi favorit di restoran ini, pelayan itu pun menunjukkan beberapa menu yang paling favorit serta paling sering dipesan di sini.

Dan yah, akhirnya aku pun memesan makanan tersebut, bersama dengan Bunga yang juga memesan makanan yang sama. Memang harganya yang murah dan juga tempatnya yang strategis dan nyaman membuat restoran ini banyak di kunjungi oleh para wisatawan, khususnya wisatawan asing.

Walaupun tetap ada wisatawan lokal yang datang ke sini, namun kebanyakan pengunjung di dominasi oleh wisatawan asing. Biasanya mereka datang dari berbagai negara seperti Jerman, Timur Tengah, bahkan juga ada orang Asia yang datang ke tempat ini, termasuk aku dan juga Bunga.

Namun, ada satu fakta unik yang cukup menggelitik sanubariku yaitu, restoran Prancis ini tidak membuka cabang di Prancis! Aneh bukan! sebuah restoran yang menjual makanan khas Prancis ini tidak membuka cabang di negeri nya sendiri. Ya mungkin kedengarannya aneh, namun alasan mengapa restoran ini tidak membuka cabang restoran nya di Prancis cukup masuk akal yaitu mereka ingin memperkenalkan makanan khas Prancis di luar Prancis!

Tujuan yang sangat mulia menurutku! Aku pikir, aku harus bisa seperti itu suatu saat nanti. Memperkenalkan makanan khas Indonesia ke mancanegara. Karena bagaimanapun juga, banyak sekali ekspatriat dari Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri. Khususnya di Inggris ini. 

Oleh karena itu, kebutuhan akan makanan Indonesia sudah tentu meningkat. Di tambah lagi dengan cita rasa makanan Indonesia yang sangat melekat dan juga pastinya sangat berbumbu. Berbeda dengan makanan western yang rata-rata kurang begitu sedap di lidah orang Indonesia. Karena bagiku ada beberapa makanan western yang sedikit hambar dan tidak ada rasanya.

"Mas, suasananya enak juga ya. Beda banget sama gaya british. Ini lebih ke gaya zaman napoleon sih menurutku, tapi sebenarnya gak beda jauh juga antara seni Inggris dan Prancis, iya kan?"

"I-iya sih, karena emang kan dua negara ini dari dulu emang sekutu-an. Ya makanya gaya arsitektur sama bahasa-nya aja hampir mirip. Dan juga, banyak kesamaan lainnya dalam banyak hal. Jadi ya gak heran sih."

"Iya juga sih mas kalau dipikir. Iya udah lah ya hahaha."

"Iya mau gimana lagi..."

Dan ya, kami pun kehabisan topik untuk dibahas, namun biasanya hanya beberapa menit kami saling diam tak bicara, kemudian, salah satu dari kami pasti saja ada yang menyeletuk.

"Bunga, kemarin nih ya, uhh sayang banget kamu gak ngeliat..."

"Eh, emangnya kenapa? Kenapa kemarin?"

"Kemarin tuh kan hari pertama libur di musim dingin, nah banyak banget tuh yang...."

Belum selesai aku bicara, Bunga langsung menyeletuk.

"Ohh aku tahu, pasti banyak yang liburan kan. Terus kamu juga pengen kaya gitu, iya kan? Udah ketebak mas hahaha."

"I-iya siapa sih yang gak mau kaya gitu. Apalagi sama pasangan sendiri..."

"Hmm....iya iya deh. Nanti ya mas, kan kita udah rencanain kalau kita mau jalan nanti hari sabtu ke utara Inggris, Skotlandia? Iya kan?"

"Eh iya juga sih hehehe. Ya aku cuman mau ngingetin aja sih, siapa tau kan lupa hehehe."

"Gak kok mas, aku gak mungkin lupa. Lagian aku juga pengen spend my time only with you hehehe."

"Bisa aja sih kamu ini bikin melelehnya. Tahu gak? Aku udah meleleh kaya es batu yang di taruh di tengah gurun sahara."

"Ya ampun..."

"Hahaha."

Related chapters

  • Memoar Rasa   Filsafat Cinta

    Menurutku makna adil adalah itu. Karena pada dasarnya, manusia akan terus mencari keadilan sepanjang hidupnya. Namun sayangnya, dalam berpolitik, keadilan adalah sesuatu yang dapat dibeli dan dilabeli oleh kekuasaan. Jika kalian tidak punya kuasa, maka kalian tidak akan mendapat keadilan. Kalian hanya bisa diam dan membisu. Belum ada atau jarang ada politik yang benar-benar adil. Hanya orang kelas bawah yang memperjuangkan keadilan, namun bagaimana dengan orang kelas atas? Mereka menganggap dunia ini sudah adil. Adil untuk siapa? Tentunya untuk mereka. Keadilan hanya akan disuarakan oleh orang-orang yang mendapati keadilan tidak berpihak pada mereka. Sedangkan orang-orang yang diam jika keadilan itu dicurangi, maka sudah pasti ia telah merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan. Namun kenyataannya, yang mereka rasakan hanyalah keadilan ba

    Last Updated : 2021-06-14
  • Memoar Rasa   Angan, Angin, Hilang

    Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satuquotesdalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan denganquotesitu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api. Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahag

    Last Updated : 2021-06-14
  • Memoar Rasa   London BigBen

    Hari begitu gelap, nampaknya hujan akan datang hari ini di kota paling padat serta paling sibuk di Eropa ini. Orang-orang berlalu-lalang nampak tidak peduli dengan sekitarnya. Mereka hanya fokus kepada apa yang mereka tuju. Tentu hal itu menjadi pemandangan yang sangat biasa disini, mengingat ini adalah kota peradaban modern di dunia barat.Kota dengan sentuhan abad pertengahan yang masih sangat kental ini menyimpan banyak rahasia sejarah dunia dan sekaligus kemajuan peradaban dunia dari waktu ke waktu. Mengingat dulu Britania Raya adalah salah satu penjajah tersukses yang berhasil menguasai separuh dunia dari ujung barat hingga ujung timur.Aku disini, untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang dewi nirwana-ku. Siapa lagi kalau bukan Bunga? Tentu aku akan menghabiskan waktu bersamanya mengingat sekarang sudah memasukan liburan musim dingin. Aku sudah merencanakan hal ini jauh sebelum liburan musim dingin datang.Dan untungnya Bunga setuju dengan rencanaku. Ja

    Last Updated : 2021-06-20
  • Memoar Rasa   Rentang Kenangan dan Angan

    Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahu

    Last Updated : 2021-05-01
  • Memoar Rasa   Perjalanan Waktu

    Malam itu pun berlanjut. Ditemani hangatnya secangkir teh serta bercengkrama satu sama lain. Menyampaikan rasa, keluh, kesah, angan, tujuan bahkan pencapaian. Semua menjadi satu pada malam itu. Malam yang tidak pernah aku duga, malam yang tidak pernah aku dambakan serta malam yang tidak pernah aku ada didalamnya. Di tengah jalannya malam itu, tiba-tiba, akasha berceletuk "Eh dip, kapan mau jadian sama bunga? Sayang aja sih kalo kamu gak jad

    Last Updated : 2021-05-01
  • Memoar Rasa   Aku Bersamanya

    Tidak lama kemudian, makanan kami pun sampai. Kedua menu yang kami pesan memanglah sama. Hanya minumannya saja yang berbeda. Bunga memesan jus, sedangkan aku memesan teh. Kami pun terus bersantap ria sembari mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Memang terkadang, menjalani hubungan dengan pasangan tidak melulu soal keseriusan dan masa depan. Aku akui bahwa aku lelah dengan semua itu. Jadi alangkah baiknya jika aku berbicara hal-hal yang ringan saja. Tentunya hal itu akan membuat suasana lebih cair dan hubungan kami berdua semakin erat. Selang 1 jam 30 menit kami berada di restoran tersebut, akhirnya akupun pulang dengan keadaan senang dan kenyang. Hati terisi, perutpun terisi. Huft, sungguh hari yang sangat membahagiakan sepanjang hidupku. Nampaknya, memang tidak salah lagi, Bunga ini memang jodohku.

    Last Updated : 2021-06-14

Latest chapter

  • Memoar Rasa   London BigBen

    Hari begitu gelap, nampaknya hujan akan datang hari ini di kota paling padat serta paling sibuk di Eropa ini. Orang-orang berlalu-lalang nampak tidak peduli dengan sekitarnya. Mereka hanya fokus kepada apa yang mereka tuju. Tentu hal itu menjadi pemandangan yang sangat biasa disini, mengingat ini adalah kota peradaban modern di dunia barat.Kota dengan sentuhan abad pertengahan yang masih sangat kental ini menyimpan banyak rahasia sejarah dunia dan sekaligus kemajuan peradaban dunia dari waktu ke waktu. Mengingat dulu Britania Raya adalah salah satu penjajah tersukses yang berhasil menguasai separuh dunia dari ujung barat hingga ujung timur.Aku disini, untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang dewi nirwana-ku. Siapa lagi kalau bukan Bunga? Tentu aku akan menghabiskan waktu bersamanya mengingat sekarang sudah memasukan liburan musim dingin. Aku sudah merencanakan hal ini jauh sebelum liburan musim dingin datang.Dan untungnya Bunga setuju dengan rencanaku. Ja

  • Memoar Rasa   Angan, Angin, Hilang

    Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satuquotesdalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan denganquotesitu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api. Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahag

  • Memoar Rasa   Filsafat Cinta

    Menurutku makna adil adalah itu. Karena pada dasarnya, manusia akan terus mencari keadilan sepanjang hidupnya. Namun sayangnya, dalam berpolitik, keadilan adalah sesuatu yang dapat dibeli dan dilabeli oleh kekuasaan. Jika kalian tidak punya kuasa, maka kalian tidak akan mendapat keadilan. Kalian hanya bisa diam dan membisu. Belum ada atau jarang ada politik yang benar-benar adil. Hanya orang kelas bawah yang memperjuangkan keadilan, namun bagaimana dengan orang kelas atas? Mereka menganggap dunia ini sudah adil. Adil untuk siapa? Tentunya untuk mereka. Keadilan hanya akan disuarakan oleh orang-orang yang mendapati keadilan tidak berpihak pada mereka. Sedangkan orang-orang yang diam jika keadilan itu dicurangi, maka sudah pasti ia telah merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan. Namun kenyataannya, yang mereka rasakan hanyalah keadilan ba

  • Memoar Rasa   Mimpi dan Realita

    Hari baru, impian baru, realita baru serta rasa sakit baru. Aku kembali menatap jam dinding yang terpampang dengan gagah di dinding. Ia terus bergerak melawan arus, bahkan walaupun gempa menerjangnya, ia mungkin akan terus bergerak selama masih ada penggerak. Ya, kupikir semua makhluk di dunia ini memerlukan hal lain untuk dapat membuatnya terus bergerak. Sama seperti manusia. Manusia butuh penggerak. Penggeraknya bisa dari dukungan keluarga, teman, sahabat atau bahkan pasangan! Untuk sekarang ini, aku pikir penggerak utama dalam hidupku adalah Bunga. Entah kenapa, namun memang ia sudah resmi menjadi pasanganku sekarang. Entah berapa lama hubunganku dengan dia akan bertahan. Namun aku harus berlangsung lama hingga pelaminan. Aku memang berencana menikah dengannya. Namun entah kapan.

  • Memoar Rasa   Aku Bersamanya

    Tidak lama kemudian, makanan kami pun sampai. Kedua menu yang kami pesan memanglah sama. Hanya minumannya saja yang berbeda. Bunga memesan jus, sedangkan aku memesan teh. Kami pun terus bersantap ria sembari mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Memang terkadang, menjalani hubungan dengan pasangan tidak melulu soal keseriusan dan masa depan. Aku akui bahwa aku lelah dengan semua itu. Jadi alangkah baiknya jika aku berbicara hal-hal yang ringan saja. Tentunya hal itu akan membuat suasana lebih cair dan hubungan kami berdua semakin erat. Selang 1 jam 30 menit kami berada di restoran tersebut, akhirnya akupun pulang dengan keadaan senang dan kenyang. Hati terisi, perutpun terisi. Huft, sungguh hari yang sangat membahagiakan sepanjang hidupku. Nampaknya, memang tidak salah lagi, Bunga ini memang jodohku.

  • Memoar Rasa   Perjalanan Waktu

    Malam itu pun berlanjut. Ditemani hangatnya secangkir teh serta bercengkrama satu sama lain. Menyampaikan rasa, keluh, kesah, angan, tujuan bahkan pencapaian. Semua menjadi satu pada malam itu. Malam yang tidak pernah aku duga, malam yang tidak pernah aku dambakan serta malam yang tidak pernah aku ada didalamnya. Di tengah jalannya malam itu, tiba-tiba, akasha berceletuk "Eh dip, kapan mau jadian sama bunga? Sayang aja sih kalo kamu gak jad

  • Memoar Rasa   Rentang Kenangan dan Angan

    Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahu

DMCA.com Protection Status