Menurutku makna adil adalah itu. Karena pada dasarnya, manusia akan terus mencari keadilan sepanjang hidupnya. Namun sayangnya, dalam berpolitik, keadilan adalah sesuatu yang dapat dibeli dan dilabeli oleh kekuasaan.
Jika kalian tidak punya kuasa, maka kalian tidak akan mendapat keadilan. Kalian hanya bisa diam dan membisu. Belum ada atau jarang ada politik yang benar-benar adil. Hanya orang kelas bawah yang memperjuangkan keadilan, namun bagaimana dengan orang kelas atas? Mereka menganggap dunia ini sudah adil. Adil untuk siapa? Tentunya untuk mereka.
Keadilan hanya akan disuarakan oleh orang-orang yang mendapati keadilan tidak berpihak pada mereka. Sedangkan orang-orang yang diam jika keadilan itu dicurangi, maka sudah pasti ia telah merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan. Namun kenyataannya, yang mereka rasakan hanyalah keadilan bagi mereka, tidak dengan yang lain.
Indikator bahwa keadilan sedang dalam bahaya adalah jika suara penguasa selalu dianggap benar dan suara rakyat selalu tersingkirkan. Itu adalah indikasi bahaya, bahwa ketidakadilan telah menghinggapi negeri itu.
Yang ketiga adalah pasangan. Ya, pasangan. Kenapa harus pasangan? Kenapa tidak yang lain? Tentu saja ada jawaban tersendiri untuk yang satu ini. Aku tidak tahu apa ini benar, namun aku rasa ini tepat untuk sebagian orang.
Pada dasarnya tugas manusia di dunia ini hanyalah untuk mencari. Mencari apapun yang dibutuhkannya. Begitu pula dengan pasangan. Manusia tidak lengkap rasanya jika tidak memiliki pasangan. Hati perlu dibagi, begitu pun dengan pikiran. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain.
Tanpa adanya orang lain, manusia bukanlah apa-apa. Ia mungkin hanya menjadi manusia yang tidak dikenal dan tidak dipentingkan. Namun dengan adanya orang lain, maka manusia itu menjadi penting dan menjadi di pentingkan dalam segala hal.
Akan menjadi pertanyaan sulit apabila di tanya tentang "tipe pasangan dan mau di usia berapa ingin punya pasangan" tentunya hal ini sangat sulit bagi beberapa orang atau bahkan semua dari kita menganggap hal ini sama sulitnya dengan ujian matematika di sekolah dulu.
Kita tidak akan tahu tipe pasangan yang tepat sampai kita berada di titik terendah dalam hidup. Pasangan yang baik akan tetap setia menemani di kala susah dan ia siap membantu pasangannya jika sedang membutuhkan ataupun sedang ingin didukung saat ingin melakukan sesuatu.
Sedangkan untuk usia, aku pikir semua orang sudah mengenal cinta sejak zaman remaja. Bahkan sekarang, anak-anak pun sudah mengenal yang namanya cinta. Tapi apakah itu cinta sejati? Tentu saja tidak. Mereka hanya ingin sayang-sayangan tanpa tahu makna dari sayang itu sendiri.
Ibaratnya, mereka ingin menetap di dalam gua. Tentu hal yang mustahil bukan? Kenapa harus gua? Kenapa tidak yang lain? Maksudnya adalah, ketika anak-anak tersebut mempunyai pasangan, mereka hanya masuk tanpa tahu akibatnya. Hanya menjalankan tanpa merencanakan.
Apa orang dewasa bisa merasakan hal itu? Bisa saja. Orang itu tidak mempersiapkannya dengan matang. Ego yang tinggi, hawa nafsu yang masih liar dan emosi yang tidak stabil. Semua itu adalah hal yang akan menghancurkan hubungan. Bayangkan, jika sebuah pasangan mempunyai semua sifat itu, betapa hancurnya hubungan yang mereka bangun.
Oleh karena itu, manusia sebagai mahluk yang diberi akal oleh Tuhan harus bisa memikirkan bagaimana dan dampak apa yang akan timbul. Itulah tujuan mengapa manusia diberikan akal oleh Tuhan. Yaitu untuk berpikir dan merenung.
Seseorang akan dapat merasakan cinta yang sesungguhnya jika ia menemukan orang yang tepat. Bahkan sebenarnya, orang yang tidak mempunyai pengalaman pacaran pun bisa saja lebih dewasa daripada seseorang yang sudah beberapa kali pacaran. Karena orang itu berpikir serta belajar dari sekitar.
Tanpa ada akal, tidak mungkin manusia dapat membangun peradaban yang maju seperti sekarang. Tanpa ada akal, manusia akan hidup layaknya binatang. Bisa jadi kita jalan dengan cara merangkak, bukan berdiri?
Terkadang aku heran, dengan orang yang mempermainkan wanita. Apa ia tidak berpikir bahwa wanita itu punya perasaan? Apa ia tidak berpikir apa yang akan terjadi dengan wanita tersebut nantinya? Apa memang pria itu tidak mempunyai perasaan? Apa hatinya telah mati?
Jika kalian tahu, wanita mempunyai dua sisi yang berbeda. Khususnya Bunga. Ia bisa sekuat laki-laki dan selemah perempuan. Bahkan ia bisa menjadi lebih kuat daripada laki-laki namun terkadang lebih lemah daripada perempuan.
Wanita itu unik. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya kepada dia. Terlalu acak dan tidak tersusun. Namun itu yang membuat wanita istimewa. Tak ayal jika wanita lebih tinggi derajatnya dibandingkan pria.
Setelah aku jelaskan ketiga hal diatas kepada Bunga. Bunga pun nampak seperti bingung. Karena aku pada saat menelepon dia, aku menggunakan fitur video call agar aku dapat melihat wajah indahnya.
"Ohh gitu mas, tapi menurut kamu, tipe manusia apa yang paling terbaik?"
"Manusia paling terbaik? Maksudnya?"
"Maksud Bunga, siapa yang terbaik yang bisa menyeimbangkan ketiga poin tadi?"
"Aku tidak tahu. Aku belum menemukan manusia seperti itu."
"Kalau menurut aku, kamu bisa menyeimbangkan ketiganya."
"Hah? Mana mungkin. Aku tidak seperti itu Bunga. Kamu salah. Aku tidak seperti apa yang kamu ekspetasikan."
"Hmmm....oh iya, ngomong-ngomong soal ekspetasi, menurut kamu, apa yang membuat manusia patah hati? Aku pernah dengar, dari kamu kalau gak salah, kalau sebenarnya manusia itu tidak dikecewakan oleh pasangan, namun oleh ekspetasinya sendiri."
Dan sekali lagi. Aku sebagai mahasiswa prodi filsafat kembali di uji dengan pertanyaan seperti ini. Apa mungkin nanti aku akan ditanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dan Agama olehnya? Aku harap tidak. Karena itu terlalu sulit, terlebih lagi aku kuliah di negara barat.
Akhirnya, aku pun kembali menjawab pertanyaan yang mungkin aku sudah mencari jawabannya sejak masih remaja dulu. Memang benar, jika kita patah hati atau merasa terpuruk, bukan orang lain atau hasil yang membuat kita terpuruk.
Namun ekspetasi atau angan. Kita terlalu mengandalkan ekspetasi sehingga saat ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan, kita langsung terpuruk, jatuh dan cenderung menyalahkan orang lain atau hal yang berkaitan dengan itu.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa ini memang sifat naluriah manusia. Manusia cenderung akan menyalahkan sesuatu jika mendapati kegagalan. Manusia cenderung tidak ingin menyalahkan diri sendiri karena ia ingin membuat pembenaran bahwa apa yang dilakukannya sudah benar dan sesuai.
Jarang sekali ada manusia yang mau menginstropeksi kesalahannya sendiri. Apa yang telah ia perbuat sehingga ia bisa seperti ini. Oleh karena itulah alasan mengapa aku mengatakan bahwa ekspetasilah yang membuat diri kita hancur.
Begitupun dengan pasangan. Sebelum mempunyai hubungan, masing-masing dari pasangan itu berekspetasi bahwa hal-hal indah akan terjadi ketika mereka mempunyai hubungan. Namun jika ada salah satu dari mereka yang tidak sesuai dengan ekspetasi sebelumnya. Ia akan cenderung kecewa dan menyalahkan pasangannya.
Rumit memang. Manusia memang tidak ingin disalahkan dan tidak ada yang mau disalahkan. Namun terkadang kita harus menampar diri kita sendiri agar kita tersadar. Itu perlu dan wajib di lakukan. Agar kedepannya, kita tidak lagi berekspetasi terlalu tinggi.
Sebab, jika kita terlalu tinggi dalam berekspetasi, maka kita akan merasakan sendiri, ekspetasi itu akan menyakiti diri kita lebih dari orang lain menyakiti kita.
"Ohh begitu mas. Berarti apa yang kamu bilang dulu, itu bener ya mas. Aku beruntung banget."
"Ehhmm,,,iya benar. Aku mengatakan hal itu sesuai dengan apa yang aku alami dan aku pelajari. Aku tidak ingin membuat asumsi. Walaupun, ada sedikit bumbu fantasi dalam setiap orientasi yang aku katakan. Hahaha."
"Hehehe, gapapa mas. Kamu kan anak filsafat. Jadi wajar aja kalau bisa bilang itu. Ditambah lagi, kamu suka banget pelajaran sastra. Komplit deh pokoknya."
"Iya juga ya. Aku gak kepikiran tentang itu, hahaha." Ucapku dengan nada yang masih sama.
"Oh iya mas, minggu depan, kayanya kita gak bisa ketemuan dulu deh."
"Kenapa?" Tanyaku dengan penuh rasa heran.
"Minggu depan, aku ada studi banding ke Belanda. Mungkin sekitar 4 hari aku di sana."
"Oh iya? Hmm....gapapa kok. Lagipun itu juga bagian dari matkul-kan."
"Iya mas, andai saja aku bisa ajak kamu. Pasti udah aku ajak."
"Gak mungkin. Aku kan bukan jurusan kedokteran. Hahaha."
"Ya sudah, mungkin nanti aku akan ada studi banding juga. Tapi entah kapan."
"Iya mas. Aku rasa pasti ada. Tidak mungkin tidak ada."
Sungguh berat memang. Entah kenapa setelah mendengar kabar itu, hatiku merasa hampa. Padahal, dia juga masih di sini dan belum berangkat ke Belanda. Namun, tiba-tiba hatiku langsung terasa hampa. Apa aku memang benar-benar mencintainya. Huft, sungguh merepotkan.
Aku tidak pernah berpikir bahwa aku benar-benar mencintainya. Aku masih takut. Aku masih ragu akan keputusanku sendiri. Bahkan aku tidak yakin jika seandainya hubunganku dengan Bunga akan berlanjut sampai ke jenjang yang lebih serius. Namun disisi lain, aku tidak bisa melepaskannya. Aku ingin dia tetap berada di sampingku. Aku ingin menjaganya sampai akhir hayatku.
Entah dorongan apa yang bisa membuatku sampai berpikir demikian. Namun itulah kenyataannya. Mungkin aku hanya diliputi rasa takut yang berlebihan. Mungkin aku cemburu. Mungkin aku curiga dan mungkin juga aku khawatir. Ah, sungguh menyebalkan jika sedang dalam situasi yang seperti ini.
Keesokan harinya, aku kembali menjalani aktifitas seperti biasa. Bangun pagi, membuat sarapan dan menonton siaran ulang berita tadi malam. Ya, kali ini aku tidak melihat siaran bola, namun berita. Mengapa? Karena tim favoritku tidak bermain malam itu. Apa kalian tahu tim sepakbola favoritku? Ya tentu saja The Gunners. Mungkin kalian sudah tahu julukan tersebut mengacu kepada siapa.
Hari ini, di kelasku, aku mengikuti mata kuliah philosophy of ideology. Ya, semacam mata kuliah yang membahas tentang per-ideologi-an yang pernah ada di dunia seperti liberal, komunis, sosialis. Ketiga ideologi besar yang pernah menguasai dunia di masa lalu. Walaupun sekarang hanya tersisa dua saja yaitu liberal dan komunis. Dari kedua idelogi tersebut, liberal adalah ideologi yang paling sukses di seluruh dunia.
Kita tahu bahwa ideologi komunis sudah tidak sekuat saat Uni Soviet berdiri. Walaupun sampai sekarang masih ada beberapa negara yang menerapkan ideologi komunis seperti China, Korea Utara dan beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin. Namun, ideologi kiri tersebut kalah pamor dibandingkan ideologi yang di ciptakan oleh para politisi dan filsuf barat.
Walaupun sebenarnya, ideologi komunis berasal dari orang Eropa juga, akan tetapi, pemikirannya sangat berbeda. Karl Max adalah otak dari ideologi kiri tersebut. Ia menciptakan ideologi ini karena ia ingin melawan ideologi yang telah dibuat oleh John Locke, Adam Smith dan beberapa politisi barat lainnya.
Ideologi ini sebenarnya mempunyai maksud dan tujuan yang baik. Dan tentu ideologi ini awalnya di tentang oleh banyak pihak. Karena pada masa itu, sistem feodalisme atau kerajaan yang mengikat masih sangat kuat. Rata-rata, negara Eropa menganut sistem feodalisme ini. Dan hal ini yang membuat para pencetus ideologi liberalisme ini tergugah untuk membuat sebuah ideologi yang di dalamnya menganut kebebasan bagi setiap individu.
Akan tetapi, pada pelaksanaannya, ideologi ini mengalami penyimpangan. Banyak orang kaya dan berkuasa malah memanfaatkan ideologi ini sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri dan melindungi diri sendiri dari berbagai ancaman musuh. Atas nama "Kebebasan" lah mereka berlindung.
Dan hal itu tidak disukai oleh Karl Max. Ia yang melihat nasib kaum buruh dan rakyat kelas bawah tertindas oleh para korporat yang mementingkan diri sendiri pun membuat sebuah ideologi tandingan. Walaupun pada awalnya kurang sukses, namun akhirnya ideologi inilah yang membuat lahirnya sebuah negara komunis pertama di dunia, Uni Soviet namanya.
Revolusi Bolshevik menjadi tolak awal bangkitnya ideologi kiri. Memang pada dasarnya, ideologi komunis ini adalah pecahan dari ideologi sosialis. Namun komunis tidak ingin tunduk sama sekali dengan ideologi kapitalis. Sehingga cara-cara yang ditempuh cenderung "Radikal" dan tidak mematuhi norma hukum yang ada.
Ada yang pernah bertanya, apa perbedaan dari ideologi sosialis dan komunis? Secara garis besar keduanya memiliki visi dan misi yang sama yaitu untuk membuat masyarakat marginal, proletar dan borjouis setara dan tidak menindas satu sama lain. Akan tetapi, cara yang di tempuh oleh penganut sosialis lebih persuasif dan cenderung jarang melakukan cara-cara kekerasan.
Sedangkan komunis, cenderung melakukan jalan-jalan yang "radikal" untuk dapat menempuh tujuannya. Lalu bagaimana dengan Hitler dengan Nazi-nya? Cukup klise untuk menjawabnya. Jika diceritakan akan menimbulkan kebingungan. Dari sudut pandang sejarah, Hitler sangat membenci kaum sosialis dan komunis. Namun ia, mempunyai tujuan yang sama dengan kaum sosialis, namun ia benci sosialis. Membingungkan bukan? Pastinya.
Aku saja masih tidak paham tentang ini. Dosen ku juga demikian. Bahkan dosen ku bilang seperti ini
It isn't important to know the background or the reasons why Hitler was not a socialist, but remember this, how Hitler achieved his goals was the same as that of socialists. Don't make excuses yourself if you're all arguing. Just keep this message to yourself.
Jadi, aku putuskan untuk diam saja. Jika aku ditanya oleh seseorang, aku akan jawab secara garis besar, dan aku tidak mau berdebat tentang hal itu. Karena hal yang klise bisa menimbulkan perpecahan dan perseteruan.
Dan setelah kelas berlangsung selama 3 jam dengan berbagai pertanyaan dan sedikit perdebatan yang seru antar mahasiswa. Akhirnya kelas pun selesai dan dosen ku kembali memberikan sedikit advice untuk para mahasiswanya.
All of you will graduate from this university. Is good to know. But after you graduate, remember that you still a student, even though you're not on campus. All of you would always learn, and this is how the way my student would think.
Tentunya aku akan selalu mengingat perkataan dosen ku itu. Bahkan aku mencatat perkataan itu di dalam notebook ku. Aku merasa sangat beruntung bisa masuk jurusan yang memang sesuai dengan minatku. Dan aku akan sedikit memberi saran kepada kalian yang masih duduk di bangku SMA. Aku sarankan kalian pilih jurusan terlebih dahulu sebelum kalian memilih kampus.
Memang memilih kampus itu penting, namun jurusan lebih penting. Karena kalian tidak akan orang hebat dengan nama kampus kalian. Kalian akan menjadi hebat dengan nama kalian sendiri. Di manapun kalian belajar, selalu sempatkan untuk mencari tahu tentang apa yang kalian ingin tahu. Kesempatan sangat terbuka lebar bagi kalian yang ingin terus mencari.
Aku pulang dari kampus sekitar pukul 2 siang. Masih terlalu dini jika aku harus kembali ke asrama. Jadi, aku memutuskan untuk pergi ke perpustaakan dan spent my time in there. Bagiku, belajar adalah hal yang menyenangkan. Aku selalu ingin tahu sesuatu yang belum pernah aku tahu. Bahkan kemarin, di London Square, aku belajar. Belajar apa memangnya?
Aku belajar ikhlas dalam menerima keputusanku sendiri untuk menjalin hubungan dengan Bunga. Itu namanya belajar juga kan? Tentu saja. Aku yakin, setiap hal yang kupelajari di dunia ini akan berdampak bagi kehidupanku di masa depan. Ya mungkin untuk saat ini aku akan belajar tentang hal yang berkaitan dengan jurusanku. Namun walaupun begitu, aku tetap ingin belajar hal lain. Karena aku tahu, di masa yang akan datang, ilmu yang kudapat dari sini bukanlah satu-satunya ilmu yang dipakai, namun juga setidaknya aku harus mempelajari ilmu lainnya yang tentunya berguna untukku nanti.
Akhirnya aku ,melangkahkan kakiku ke perpustakaan. Tidak lama setelah aku sampai di sana, aku langsung mengambil salah satu buku di rak dan mengambil tempat duduk yang paling nyaman menurutku. Ya! di pojok ruangan yang sepi. Aku membaca buku tersebut sembari melihat pemandangan sekitar. Aku mencatat setiap hal yang sekiranya perlu kucatat dari buku itu. Aku juga mencoba merangkum intisari dari buku tersebut.
Selain menyukai buku bergenre filsafat, aku pun menyukai buku-buku sastra. Sastra? Ya tentu saja. Aku pernah membaca beberapa karya sastra, yang bisa di katakan bahwa ini merupakan karya sastra klasik. Salah satunya adalah novel yang berjudul "Ziarah" karya Iwan Simatupang. Buku itu memiliki makna tersendiri bagiku.
Bagaimana tidak, sebuah karya sastra dan filsafat dipadukan dalam buku itu. HAH? APA?! disatukan? Tentu saja, kalian terkejut kan? Aku pun merasakan hal tersebut pada awalnya. Namun saat aku menyelam lebih dalam, aku baru mengerti makna dan tujuan dari buku itu.
Setelah menyelami beberapa buku di perpustakaan. Aku pun memutuskan untuk meminjam beberapa buku untuk di bawa pulang. Karena aku belum selesai membacanya. Untungnya penjaga perpustakaan baik dan sudah mengenaliku. Jadi aku di perbolehkan untuk meminjam beberapa buku dan boleh di pulangkan jika sudah selesai dibaca. Hahaha, sungguh sangat menyenangkan sekali.
Akhirnya aku pulang ke asrama. Sendirian sembari menghirup udara yang menenangkan pikiran. Dingin memang, namun kali ini, terasa hangat. Karena aku merasa jiwaku dihangatkan oleh kasih sayang dari kekasihku. Hahaha. Berlebihan memang, tapi aku merasa nyaman. Apa ini yang dirasakan oleh seseorang jika sedang kasmaran?
Sore itu langit tampak cerah, mungkin sedikit lebih cerah dari kemarin-kemarin. Mentari mengintip sedikit, melihat apa yang sedang dilakukan oleh para robot bernyawa. Robot? Ya kelihatannya seperti itu. Senja kali ini lebih indah dari kemarin, andai saja aku dapat menikmatinya dengannya, sembari menyeruput secangkir kopi, dalam dekapan hangat serta pelukan kasih sayang bersamanya. Namun sayang, ia sedang tidak di sini. Ternyata studi bandingnya di percepat menjadi hari ini.
Akhirnya hari ini, tadi pagi ia berangkat ke Belanda. Yah, apa daya aku harus menikmatinya sendirian. Senja dalam dekapan rindu dan sendu. Sedih, bahkan pohon saja kulihat menunduk, daun berguguran menandakan ketiadaan hangatnya kasih dan hanya menyisakan kenangan.
Setelah berjalan selama 20 menit, akhirnya aku sampai di tempat yang kusebut sebagai "rumah". Entah berapa lama lagi aku akan tinggal di sini, di tempat aku mengeluh, tempat aku menangis, tempat aku riang, tempat aku gelisah, merasa ketakutan. It's so complicated.
Aku tidak mempunyai motivasi untuk bangkit dari peristirahatanku. Aku sangat lelah. Entah apa yang membuatku lelah. Apa ini efek samping dari kehampaan yang sedang kurasakan? Aku harap tidak. Lagipula hanya di tinggal sebentar saja. 3 hari atau 4 hari lagi juga dia akan kembali pulang. Hanya butuh kesabaran saja sebenarnya, namun kenyataannya sangat berat.
Aku pun kembali menghempaskan tubuhku ke kasur. Menghela napas panjang serta melirik jam yang terus berdentang. Ternyata sudah jam 6 sore. Tidak terasa waktu jika ku habiskan di perpustakaan. Benar-benar habis waktu ku di sana.
Tengtongtengtong!!
Tiba-tiba aku terperanjat karena ada sesuatu yang bergetar di celanaku. Ternyata ada panggilan telepon dari dewi-ku. Hahaha. Betapa bahagianya aku saat itu. Ia kembali menghubungiku. Apa dia sudah cukup rindu denganku? Aku harap begitu hahaha.
Tanpa basa-basi, aku langsung mengangkat teleponnya.
"Halo dewi-ku!"
"Hahahaha, tumben banget kamu manggil kaya gitu? Ada apa nih? Kamu kangen ya sama aku?"
Tanpa ragu aku langsung menjawab
"TENTU SAJA HAHAHA. AKU SANGAT MERINDUKANMU SAYANG."
"HAHAHAHA. Sudah kuduga itu mas, kamu pasti akan kangen. Tenang mas, 3 hari lagi aku akan pulang, dan setelah itu kita akan jalan-jalan ke Utara Inggris!"
"Hah? Serius? Kamu mau ke sana? Kamu gak capek apa?"
"Hahaha, selama itu sama kamu, aku gak ngerasa capek ataupun letih. Aku bakal happy mas."
"Oke oke, kita ke scotland berarti ya nanti. Hari sabtu nya aja deh, biar kamu ada waktu rest sehari. Gimana?"
"Hmm oke, tapi aku harus di jemput sama kamu di bandara nanti. Aku gak mau tau."
"Ehh, insyaallah ya, aku gak janji soalnya hehehe. Takut ada kelas. Dosenku biasanya suka dadakan ngabarinnya :)."
"Hmm oke deh, tapi pokoknya pas aku nyampe di sana, kita harus ketemu. Aku udah kangen berat soalnya hehehe."
"Iya, nanti kita ketemu. Aku juga udah kangen soalnya hehehe."
"Oke mas. Oh iya mas, kamu tahu gak? Kemarin pas aku berangkat, aku ketemu sama mantan aku di bandara."
"Hah? Mantan? Kok bisa?"
"Iya mas, aku ketemunya sih di Airport sini, bukan di Inggris. Dia lagi student exchange ternyata di sini. Iya dia yang nyapa duluan sih mas, aku kan spontan ya, jadinya ya langsung nyapa balik. Dan ya aku sempet ngobrol sebentar sama dia. Gak lama sih, cuman 15 menitan kayanya."
Mendengar cerita tersebut, aku kaget dan terbesit pikiran yang tidak-tidak. Namun aku cepat-cepat menghilangkan pikiran itu dan tetap positive thinking. Aku pun tahu bahwa Bunga adalah tipe orang yang tidak mungkin kembali ke pangkuan sang mantan. Aku percaya kepadanya.
"Mas, kok diam saja? Ada apa? Kamu cemburu?"
"Eh, gak kok, aku gapapa. Tadi aku abis buka chat dari dosen aku di grup. Katanya ada kelas tambahan besok pagi."
"Ohh gitu...iya mas, aku gak bakal balikan sama dia. Aku kan udah janji setia sama kamu. Aku gak mungkin khinatin janji aku sendiri. Aku yakin kamu percaya sama aku, dan aku juga percaya sama kamu mas. Kita harus saling percaya ya."
Mendengar perkataan itu, aku sedikit bernapas lega. Karena memang aku tahu, bahwa ia adalah wanita yang dapat kupercaya. Aku yakin dia tidak akan mengkhianatiku bagaimapun juga. Aku pun sama, aku juga tidak akan mengkhianatinya.
"Eh iya mas, aku udah ngirimin sesuatu ke kamu. Kayanya besok atau lusa nyampe deh paketnya. Di buka ya mas, tapi sebelum di buka, kamu harus video call aku ya mas. Janji ya?"
"Oh iya? Paket apa? Kamu ngirimin aku gift?"
"Iyaa, nanti aja, kamu buka aja dulu nanti. Kalau aku kasih tahu sekarang, gak surprise dong? Hehehe."
"Hmm, iya juga sih. Yaudah deh nanti aku tungguin aja paketnya hahaha."
"Oke sayang, hahaha."
"Hahaha, yaudah ya sayang, aku mau lanjut nugas dulu, nanti kita sambung lagi ya.."
"Hmm oke deh, bye-bye selamat mengerjakan tugas."
"Bye-bye mas..."
Tutt....
Huft. Entah kenapa aku sangat senang saat mendengar suaranya. Aku akui sekarang bahwa aku memang mencintainya. Perubahan yang ia tunjukkan kepadaku cukup membuktikan bahwa memang ia mencintaiku. Dan aku harus bisa membalasnya lebih dari itu. Aku bertekad bahwa aku akan menikahinya setelah lulus nanti.
Setelah selesai teleponan, aku langsung bergegas mengambil remot tv dan kembali menonton serial drama di netflix. Aku tidak mempunyai judul drama favorit. Aku rasa semua serial drama di netflix adalah favoritku. Akhirnya aku menonton serial drama secara acak. Aku urutkan dari drama yang terakhir kali aku tonton. Mungkin sudah 3 atau 4 hari ini aku tidak menonton serial drama lagi. Karena aku tidak punya waktu untuk menontonnya.
Dan ketika waktu senggang seperti ini, aku tanpa basa-basi langsung menonton drama lagi. Karena, kalian tahu bahwa manusia butuh hiburan serta drama. Setidaknya aku tidak menjadi seperti robot hidup. Aku harus menjadikan diriku menjadi manusia seutuhnya.
Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satuquotesdalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan denganquotesitu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api. Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahag
Hari begitu gelap, nampaknya hujan akan datang hari ini di kota paling padat serta paling sibuk di Eropa ini. Orang-orang berlalu-lalang nampak tidak peduli dengan sekitarnya. Mereka hanya fokus kepada apa yang mereka tuju. Tentu hal itu menjadi pemandangan yang sangat biasa disini, mengingat ini adalah kota peradaban modern di dunia barat.Kota dengan sentuhan abad pertengahan yang masih sangat kental ini menyimpan banyak rahasia sejarah dunia dan sekaligus kemajuan peradaban dunia dari waktu ke waktu. Mengingat dulu Britania Raya adalah salah satu penjajah tersukses yang berhasil menguasai separuh dunia dari ujung barat hingga ujung timur.Aku disini, untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang dewi nirwana-ku. Siapa lagi kalau bukan Bunga? Tentu aku akan menghabiskan waktu bersamanya mengingat sekarang sudah memasukan liburan musim dingin. Aku sudah merencanakan hal ini jauh sebelum liburan musim dingin datang.Dan untungnya Bunga setuju dengan rencanaku. Ja
Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahu
Malam itu pun berlanjut. Ditemani hangatnya secangkir teh serta bercengkrama satu sama lain. Menyampaikan rasa, keluh, kesah, angan, tujuan bahkan pencapaian. Semua menjadi satu pada malam itu. Malam yang tidak pernah aku duga, malam yang tidak pernah aku dambakan serta malam yang tidak pernah aku ada didalamnya. Di tengah jalannya malam itu, tiba-tiba, akasha berceletuk "Eh dip, kapan mau jadian sama bunga? Sayang aja sih kalo kamu gak jad
Tidak lama kemudian, makanan kami pun sampai. Kedua menu yang kami pesan memanglah sama. Hanya minumannya saja yang berbeda. Bunga memesan jus, sedangkan aku memesan teh. Kami pun terus bersantap ria sembari mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Memang terkadang, menjalani hubungan dengan pasangan tidak melulu soal keseriusan dan masa depan. Aku akui bahwa aku lelah dengan semua itu. Jadi alangkah baiknya jika aku berbicara hal-hal yang ringan saja. Tentunya hal itu akan membuat suasana lebih cair dan hubungan kami berdua semakin erat. Selang 1 jam 30 menit kami berada di restoran tersebut, akhirnya akupun pulang dengan keadaan senang dan kenyang. Hati terisi, perutpun terisi. Huft, sungguh hari yang sangat membahagiakan sepanjang hidupku. Nampaknya, memang tidak salah lagi, Bunga ini memang jodohku.
Hari baru, impian baru, realita baru serta rasa sakit baru. Aku kembali menatap jam dinding yang terpampang dengan gagah di dinding. Ia terus bergerak melawan arus, bahkan walaupun gempa menerjangnya, ia mungkin akan terus bergerak selama masih ada penggerak. Ya, kupikir semua makhluk di dunia ini memerlukan hal lain untuk dapat membuatnya terus bergerak. Sama seperti manusia. Manusia butuh penggerak. Penggeraknya bisa dari dukungan keluarga, teman, sahabat atau bahkan pasangan! Untuk sekarang ini, aku pikir penggerak utama dalam hidupku adalah Bunga. Entah kenapa, namun memang ia sudah resmi menjadi pasanganku sekarang. Entah berapa lama hubunganku dengan dia akan bertahan. Namun aku harus berlangsung lama hingga pelaminan. Aku memang berencana menikah dengannya. Namun entah kapan.
Hari begitu gelap, nampaknya hujan akan datang hari ini di kota paling padat serta paling sibuk di Eropa ini. Orang-orang berlalu-lalang nampak tidak peduli dengan sekitarnya. Mereka hanya fokus kepada apa yang mereka tuju. Tentu hal itu menjadi pemandangan yang sangat biasa disini, mengingat ini adalah kota peradaban modern di dunia barat.Kota dengan sentuhan abad pertengahan yang masih sangat kental ini menyimpan banyak rahasia sejarah dunia dan sekaligus kemajuan peradaban dunia dari waktu ke waktu. Mengingat dulu Britania Raya adalah salah satu penjajah tersukses yang berhasil menguasai separuh dunia dari ujung barat hingga ujung timur.Aku disini, untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang dewi nirwana-ku. Siapa lagi kalau bukan Bunga? Tentu aku akan menghabiskan waktu bersamanya mengingat sekarang sudah memasukan liburan musim dingin. Aku sudah merencanakan hal ini jauh sebelum liburan musim dingin datang.Dan untungnya Bunga setuju dengan rencanaku. Ja
Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satuquotesdalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan denganquotesitu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api. Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahag
Menurutku makna adil adalah itu. Karena pada dasarnya, manusia akan terus mencari keadilan sepanjang hidupnya. Namun sayangnya, dalam berpolitik, keadilan adalah sesuatu yang dapat dibeli dan dilabeli oleh kekuasaan. Jika kalian tidak punya kuasa, maka kalian tidak akan mendapat keadilan. Kalian hanya bisa diam dan membisu. Belum ada atau jarang ada politik yang benar-benar adil. Hanya orang kelas bawah yang memperjuangkan keadilan, namun bagaimana dengan orang kelas atas? Mereka menganggap dunia ini sudah adil. Adil untuk siapa? Tentunya untuk mereka. Keadilan hanya akan disuarakan oleh orang-orang yang mendapati keadilan tidak berpihak pada mereka. Sedangkan orang-orang yang diam jika keadilan itu dicurangi, maka sudah pasti ia telah merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan. Namun kenyataannya, yang mereka rasakan hanyalah keadilan ba
Hari baru, impian baru, realita baru serta rasa sakit baru. Aku kembali menatap jam dinding yang terpampang dengan gagah di dinding. Ia terus bergerak melawan arus, bahkan walaupun gempa menerjangnya, ia mungkin akan terus bergerak selama masih ada penggerak. Ya, kupikir semua makhluk di dunia ini memerlukan hal lain untuk dapat membuatnya terus bergerak. Sama seperti manusia. Manusia butuh penggerak. Penggeraknya bisa dari dukungan keluarga, teman, sahabat atau bahkan pasangan! Untuk sekarang ini, aku pikir penggerak utama dalam hidupku adalah Bunga. Entah kenapa, namun memang ia sudah resmi menjadi pasanganku sekarang. Entah berapa lama hubunganku dengan dia akan bertahan. Namun aku harus berlangsung lama hingga pelaminan. Aku memang berencana menikah dengannya. Namun entah kapan.
Tidak lama kemudian, makanan kami pun sampai. Kedua menu yang kami pesan memanglah sama. Hanya minumannya saja yang berbeda. Bunga memesan jus, sedangkan aku memesan teh. Kami pun terus bersantap ria sembari mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Memang terkadang, menjalani hubungan dengan pasangan tidak melulu soal keseriusan dan masa depan. Aku akui bahwa aku lelah dengan semua itu. Jadi alangkah baiknya jika aku berbicara hal-hal yang ringan saja. Tentunya hal itu akan membuat suasana lebih cair dan hubungan kami berdua semakin erat. Selang 1 jam 30 menit kami berada di restoran tersebut, akhirnya akupun pulang dengan keadaan senang dan kenyang. Hati terisi, perutpun terisi. Huft, sungguh hari yang sangat membahagiakan sepanjang hidupku. Nampaknya, memang tidak salah lagi, Bunga ini memang jodohku.
Malam itu pun berlanjut. Ditemani hangatnya secangkir teh serta bercengkrama satu sama lain. Menyampaikan rasa, keluh, kesah, angan, tujuan bahkan pencapaian. Semua menjadi satu pada malam itu. Malam yang tidak pernah aku duga, malam yang tidak pernah aku dambakan serta malam yang tidak pernah aku ada didalamnya. Di tengah jalannya malam itu, tiba-tiba, akasha berceletuk "Eh dip, kapan mau jadian sama bunga? Sayang aja sih kalo kamu gak jad
Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahu