Hari begitu gelap, nampaknya hujan akan datang hari ini di kota paling padat serta paling sibuk di Eropa ini. Orang-orang berlalu-lalang nampak tidak peduli dengan sekitarnya. Mereka hanya fokus kepada apa yang mereka tuju. Tentu hal itu menjadi pemandangan yang sangat biasa disini, mengingat ini adalah kota peradaban modern di dunia barat.
Kota dengan sentuhan abad pertengahan yang masih sangat kental ini menyimpan banyak rahasia sejarah dunia dan sekaligus kemajuan peradaban dunia dari waktu ke waktu. Mengingat dulu Britania Raya adalah salah satu penjajah tersukses yang berhasil menguasai separuh dunia dari ujung barat hingga ujung timur.
Aku disini, untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang dewi nirwana-ku. Siapa lagi kalau bukan Bunga? Tentu aku akan menghabiskan waktu bersamanya mengingat sekarang sudah memasukan liburan musim dingin. Aku sudah merencanakan hal ini jauh sebelum liburan musim dingin datang.
Dan untungnya Bunga setuju dengan rencanaku. Jadi aku menetapkan bahwa aku dan Bunga akan tinggal di London untuk berlibur sambil bekerja. Aku menginap di sebuah hotel murah di pinggir jalan untuk menghemat bujet. Lagipula gaji part-time ku tidak akan cukup untuk membayar hotel di tengah kota.
Jadi aku memutuskan untuk tinggal di sebuah hotel kecil namun nyaman untuk ditinggali oleh kami berdua. Kami bekerja di tempat yang sama yaitu sebuah Non-Governmental Organisation yang berkantor di pusat kota London. NGOs itu berfokus di bidang pendidikan dan pembangunan karakter anak muda di seluruh dunia.
Dan NGOs itu sudah memiliki banyak kantor perwakilan di lebih dari 60 negara di dunia yang kini akan mengadakan pertemuan secara langsung yang akan berlokasi di London, Inggris. Dalam summit itu, semua anggota maupun struktur organisasi di seluruh belahan dunia akan bertemu dan berjumpa di satu tempat yaitu London, Inggris.
Serta aku dengar, akomodasi para peserta summit itu ditanggung oleh pemerintah Inggris dan di dukung penuh oleh Ministry of Education disini. Saat mendengar itu, aku sontak kaget karena jarang sekali ada pemerintah yang mau atau rela melakukan hal itu. Tentunya sangat jarang sekali.
Aku benar-benar salut kepada pemerintah Inggris yang mau menyumbang tidak sedikit dana untuk menghelat acara ini. Jika hal itu terjadi di seluruh negara di dunia, maka tentu akan banyak sekali perubahan yang terjadi.
Sebagai pemuda yang visioner serta berorientasi pada masa depan, aku memang benar-benar akan salut dengan usaha-usaha seperti ini. Aku membayangkan betapa hebatnya Indonesia seandainya melakukan hal yang sama dengan pemerintah Inggris.
Disana, aku menjabat sebagai Staff of International Affairs sedangkan Bunga menjabat sebagai Staff of Healthy and Medicare. Tentunya kami mendaftar magang sesuai dengan jurusan kami masing-masing. Aku dibidang soshum sedangkan Bunga tetap di bidang kesehatan.
"Mas, kita istirahat dulu ya hari ini, aku capek banget hari ini, tapi seneng karena capek-nya sama kamu hehehe."
"Bucinn, bucinnn.....hahahaha."
"Ihh gapapa kan? Kalau gak boleh, yaudah deh gak jadi bucinnya."
"Ehh gak gitu, iya gapapa Bunga, aku kan cuman ngeledekin kamu doang, abisnya kamu kalo lagi cape atau pengen istirahat tuh lucu, pasti deh bucin dulu hahaha."
"Iyaa soalnya itu yang bisa bikin aku gak terlalu capek sih mas. Terus juga aku suka kalau bucinnya sama mas hehehe."
"Yaudah, yaudah, sekarang istirahat dulu, besok kan kita harus mulai kerja. Lumayan pagi sih berangkatnya, kemarin aku dikasih tahu katanya harus udah disana jam 8 pagi buat nyiapin berkas-berkas yang belum lengkap."
"Ya itu mah tugas kamu, kalau aku mah beda lagi, aku disuruh ngecek alat kesehatan yang bakal dipake pas hari-H."
"Iyasih emang beda, yaudah gapapa, tapi kamu juga harus berangkat pagi kan?"
"Hmm, kemarin sih bilangnya jam 9 gapapa. Soalnya agak nyantai sih emang kalau belum hari-H mah."
"Iyaa berarti kamu harus tetep ikut aku berangkat pagi. Emang kamu mau berangkat sendiri dari sini ke sana?"
"Hehehe iya mas, iya, aku berangkatnya pagi kok."
"Oke sip, bagus, pinter sayang aku ini." Aku pun mencubit kedua pipinya dengan gemas.
"Ihh mas jangan kenceng-kenceng, nanti pipi aku melar kaya bapau."
"Abisan gemesin banget pipinya hahaha. Udah, udah, tidur yuk sekarang, biar besok ada tenaga."
"Oke mas."
Setelah mengobrol bersama dengan waktu yang cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk tidur, begitupun dengan dia. Kami tidur di ranjang yang berbeda, karena memang kami memesan kamar dengan tipe 2 kasur. Walaupun aku tinggal dan hidup di negara liberal, namun aku tetap mempertahankan budaya timur.
Kami melewati malam yang gelap nan dingin itu di sebuah kamar kecil yang nyaman. Setidaknya nyaman untuk ukuran 2 orang. Aku tidak tahu jika kamar itu dimasuki lebih dari 2 orang, apa akan tetap nyaman atau tidak.
"Malam itu gelap, secercah sinar kecil dari atas sana menyinari daratan hingga serangga yang ada di bawah tanah tersinari. Tuhan memang adil, ia bisa menerangi walaupun berada di tengah gelapnya malam, melalui mahluk ciptaannya, ia bisa menyebarkan pengaruh yang luar biasa."
-Max Helgaar
Pagi itu aku bangun. Sekitar pukul 5 pagi. Aku membangunkan Bunga untuk melaksanakan shalat. Setelah itu, aku pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan melaksanakan shalat. Setelah selesai, aku dan Bunga pergi ke dapur untuk melihat sesuatu yang bisa dimasak. Namun yang tersedia hanya roti serta selai yang diberikan kepada kami kemarin oleh petugas.
Dan yah, kamipun terpaksa harus memakan itu, dan hanya itu karena kami belum sempat pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan makanan. Lagipula, sepotong roti serta selai didalamnya menurutku tidak terlalu buruk. Setelah selesai sarapan, aku langsung bersiap-siap untuk mandi dan memakai baju kemeja untuk berangkat.
Setelah selesai, waktu menunjukan pukul 07.05. Pikirku, jam segini belum telat untuk berangkat ke halte bus. Karena memang bus baru beroperasi pukul 7 disini. Tidak seperti di kota Cambridge yang dimana bus beroperasi pukul 6 pagi. Entah kenapa bisa berbeda namun aku tidak menghiraukannya.
Kamipun berangkat ke halte bis dan sesampainya di sana, bis sudah menunggu dan kami langsung naik. Sepanjang perjalanan, kami tidak berbicara sama sekali, mungkin masih ngantuk akibat kelelahan kemarin. Saat kulihat, Bunga tertidur di pundak ku. Aku yang melihatnya begitu senang, entah kenapa.
Tidak sampai 20 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di halte tujuan. Untungnya halte bus-nya tepat berada di depan kantor. Setelah sampai, aku langsung cepat-cepat membangunkan Bunga yang masih tertidur lelap. Setelah turun dari bus aku langsung menyeberang jalan dan sampailah di kantor yang aku tuju.
Ternyata kantornya lebih luas daripada yang aku kira. Letaknya berada di pinggir jalan utama dan mempunyai 7 tingkat keatas. Pada saat aku lihat, aku mengira ini adalah bangunan yang pasti mewah. Dan benar saja dugaanku, memang NGOs ini sudah sangat lama berdiri sehingga dapat mempunyai kantor yang megah seperti ini.
Sesampainya aku di bagian resepsionis, kami pun memperkenalkan diri kepada resepsionis tersebut dan mengatakan bahwa kami adalah pegawai magang. Untungnya pegawai resepsionis tersebut sudah diberitahu sebelumnya oleh atasannya bahwa nanti akan ada pegawai magang yang baru bekerja disini.
Dan tanpa berlama-lama, aku dan Bunga pun langsung diantarkan ke ruangan tempat kami akan bekerja. Setelah diperkenalkan kepada beberapa staff yang ada disana dan diberitahu beberapa ruangan yang mungkin nantinya aku dan Bunga akan gunakan selama disini, akhirnya aku sampai di ruangan tempat aku bekerja nantinya.
Aku dan Bunga berpisah karena memang ruangan tempat kerjaku berbeda dengan ruangan tempat kerja Bunga. Dan pada saat aku sampai di ruangan tempatku bekerja, aku langsung bertemu dengan founder sekaligus pimpinan organisasi ini. Aku langsung diperkenalkan kepada beberapa orang yang tidak kukenal.
Dan aku rasa mereka pun bukan staff di sini, dan aku kira mereka ada investor atau perwakilan pejabat pemerintah Inggris. Tanpa berlama-lama di sana, aku langsung bergegas untuk memulai pekerjaanku. Aku dipandu oleh seorang staff wanita, dan kebetulan memiliki tugas yang sama denganku.
Akhirnya akupun langsung bergegas melakukan segenap pekerjaanku yang ternyata sudah cukup menumpuk. Setelah aku dipandu oleh pegawai staff tadi, aku langsung bekerja hingga waktu istirahat makan siang tiba. Aku tidak berhenti bekerja sejak pagi hingga saat waktu istirahat makan siang tiba.S
Saat waktu makan siang tiba, aku pun menghampiri Bunga untuk mengajaknya lunch di luar kantor. Namun pada saat kuhampiri ke ruangan tempat ia bekerja, aku tidak dapat menemukannya bahkan tidak ada seorangpun disana. Lantas akupun langsung menelepon dia melalui W******p.
Tidak lama, Bunga pun mengangkat teleponku.
"Halo mas, kenapa?"
"Ohh, gak kok, aku pengen ngajak kamu lunch bareng. Kamu bisa gak?"
"Ehh, ehmm, maaf ya mas, aku lagi lunch sama temen-temen aku di luar. Maaf aku gak ngabarin kamu dulu tadi."
"Ohh gitu, it's okay gapapa, yaudah aku mau lunch dulu ya."
"Maaf ya mass.....kamu bakal lunch sama siapa?"
"Iya sendiri lah, tadi sih temen-temen kantor ngajak bareng, tapi aku bilang aku gak bisa karena mau lunch sama kamu kan. "
"Ya ampun....maaf banget ya masss...aku janji nanti dinner kita bareng.'
"Gapapa, gak usah, langsung pulang aja, aku juga lagian udah capek jam pulang kerja tuh, jadi langsung pulang aja sekalian nanti lewat beli makan."
"Beneran mas? Mas gak marah kan?"
"Enggak kok, tenang aja."
"Ehmm oke, yaudah mas makan dulu ya, jangan sampai gak makan, aku nanti bawain sesuatu deh buat kamu."
"Hehehe, iya terserah kamu sih honey."
"Yaudah ya aku jalan dulu." Pungkasku.
"Oke mas, dadah..."
Akupun lantas langsung mematikan telepon itu dan langsung bergegas mencari tempat makan di sekitar area kantor. Setelah 10 menit berjalan, akhirnya aku menemukan satu restoran yang sangat sesuai dengan seleraku. Restoran ini menyediakan makanan khas Turki dan juga masakan Prancis ada disini.
Sebenarnya aku ingin makan masakan Indonesia, namun berhubung tidak ada restoran Indonesia di sekitar daerah ini, maka aku lebih memilih untuk makan di restoran Turki yang aku rasa masih terjamin kehalalanya. Karena bagaimanapun, sebagai seorang muslim minoritas disini, aku agak sulit menemukan restoran halal.
Aku rasa restoran halal disini cukup banyak, namun aku tidak tahu letak dan tempatnya. Oleh karena itu, jika aku menemukan restoran Turki disini, maka aku sangat bersyukur dapat menemukan restoran yang menyediakan menu halal. Karena kebanyakan disini, orang asing yang tinggal di London adalah orang India dan Turki.
Mereka cukup banyak disini, tidak heran mengapa di Eropa dan Inggris sekalipun, banyak sekali restoran khas Turki. Itu karena memang letak Turki dan negara-negara di belahan Eropa lainnya sangat berdekatan dan juga banyak warga Turki yang mengadu nasibnya keluar dari negaranya.
Kesempatan mereka (warga Turki) untuk mendapatkan pekerjaan di negara-negara Eropa sama seperti yang lain, pastinya walaupun berlabel Islam dan masih ada beberapa warga Eropa yang mempunyai stigma negatif terhadap Islam, aku yakin masih banyak orang yang mempunyai stigma positif terhadap Islam.
Karena setiap kali aku bertemu dengan orang-orang disini, aku selalu dilayani dan disapa dengan ramah dan penuh kehangatan. Dan ketika aku ditanya darimana asalku, mereka pasti langsung menebak bahwa aku adalah seorang muslim.
Dan ketika mendengar langsung dariku bahwa aku adalah seorang muslim, pasti mereka langsung melontarkan kata-kata positif dan bangga terhadapku. Aku heran, dan pastinya sangat terharu mendengar dan mengetahui akan hal itu. Aku harap, London, Ibukota negara Inggris ini adalah tempat yang ramah bagi semua umat beragama.
Walaupun disini kebanyakan adalah umat kritiani, dan umat muslim menjadi minoritas, namun aku merasa bahwa umat muslim disini tidak mendapatkan persekusi atau cacian atau makian dari umat beragama lain. Sejauh yang aku tahu dan rasakan disini, menjadi seorang muslim di negeri minoritas muslim adalah hal yang paling berharga.
Sebab, secara pribadi, aku lebih mengerti apa itu Islam dan bagaimana menjadi Islam yang baik semenjak aku pindah ke London. Aku juga banyak menemukan buku-buku filsafat karya para filsuf muslim yang terkenal dulu. Dan tentunya, hal itu membuatku semakin tertarik untuk belajar tentang Agamaku sendiri.
Dan aku harap, teman-teman disini yang membaca buku ini juga lebih mempelajari agamanya masing-masing. Apapun agamanya dan apapun nama agamanya. Karena aku yakin setiap agama mengajarkan kebaikan untuk sesama manusia.
Tidak lama setelah aku menemukan restoran yang aku tuju, aku langsung memesan makanan dan makan di sana. Namun ada hal unik yang terjadi saat aku ingin memakan makan siangku itu.
Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahu
Malam itu pun berlanjut. Ditemani hangatnya secangkir teh serta bercengkrama satu sama lain. Menyampaikan rasa, keluh, kesah, angan, tujuan bahkan pencapaian. Semua menjadi satu pada malam itu. Malam yang tidak pernah aku duga, malam yang tidak pernah aku dambakan serta malam yang tidak pernah aku ada didalamnya. Di tengah jalannya malam itu, tiba-tiba, akasha berceletuk "Eh dip, kapan mau jadian sama bunga? Sayang aja sih kalo kamu gak jad
Tidak lama kemudian, makanan kami pun sampai. Kedua menu yang kami pesan memanglah sama. Hanya minumannya saja yang berbeda. Bunga memesan jus, sedangkan aku memesan teh. Kami pun terus bersantap ria sembari mengobrolkan hal-hal yang tidak penting. Memang terkadang, menjalani hubungan dengan pasangan tidak melulu soal keseriusan dan masa depan. Aku akui bahwa aku lelah dengan semua itu. Jadi alangkah baiknya jika aku berbicara hal-hal yang ringan saja. Tentunya hal itu akan membuat suasana lebih cair dan hubungan kami berdua semakin erat. Selang 1 jam 30 menit kami berada di restoran tersebut, akhirnya akupun pulang dengan keadaan senang dan kenyang. Hati terisi, perutpun terisi. Huft, sungguh hari yang sangat membahagiakan sepanjang hidupku. Nampaknya, memang tidak salah lagi, Bunga ini memang jodohku.
Hari baru, impian baru, realita baru serta rasa sakit baru. Aku kembali menatap jam dinding yang terpampang dengan gagah di dinding. Ia terus bergerak melawan arus, bahkan walaupun gempa menerjangnya, ia mungkin akan terus bergerak selama masih ada penggerak. Ya, kupikir semua makhluk di dunia ini memerlukan hal lain untuk dapat membuatnya terus bergerak. Sama seperti manusia. Manusia butuh penggerak. Penggeraknya bisa dari dukungan keluarga, teman, sahabat atau bahkan pasangan! Untuk sekarang ini, aku pikir penggerak utama dalam hidupku adalah Bunga. Entah kenapa, namun memang ia sudah resmi menjadi pasanganku sekarang. Entah berapa lama hubunganku dengan dia akan bertahan. Namun aku harus berlangsung lama hingga pelaminan. Aku memang berencana menikah dengannya. Namun entah kapan.
Menurutku makna adil adalah itu. Karena pada dasarnya, manusia akan terus mencari keadilan sepanjang hidupnya. Namun sayangnya, dalam berpolitik, keadilan adalah sesuatu yang dapat dibeli dan dilabeli oleh kekuasaan. Jika kalian tidak punya kuasa, maka kalian tidak akan mendapat keadilan. Kalian hanya bisa diam dan membisu. Belum ada atau jarang ada politik yang benar-benar adil. Hanya orang kelas bawah yang memperjuangkan keadilan, namun bagaimana dengan orang kelas atas? Mereka menganggap dunia ini sudah adil. Adil untuk siapa? Tentunya untuk mereka. Keadilan hanya akan disuarakan oleh orang-orang yang mendapati keadilan tidak berpihak pada mereka. Sedangkan orang-orang yang diam jika keadilan itu dicurangi, maka sudah pasti ia telah merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan. Namun kenyataannya, yang mereka rasakan hanyalah keadilan ba
Mungkin saat itu aku sedang berpikir tentang salah satuquotesdalam filsafat yaitu "Seni tertinggi dalam mencintai adalah membiarkan seseorang yang kau cintai itu pergi." Singkat memang, namun mempunyai makna yang cukup dalam bagiku. Aku lantas tidak hanya berhenti sampai disitu. Aku terus memikirkan kejadian yang bisa kukaitkan denganquotesitu. Aku pikir, sastra dan filsafat adalah dua hal yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Sama seperti langit dan bumi. Bulan dan Bumi serta air dan api. Kedunya memang memiliki sifat yang bertolak belakang, namun jika keduanya disatukan, sebuah ketentraman, kedamaian, kesejukan dan keseimbangan akan tercipta. Begitupun dengan cinta. Saat kita percaya bahwa cinta adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan, menurutku itu tidak serta-merta benar. Ada hal lain yang bisa saja menjadi sumber kebahag