Home / Romansa / Membuatmu Takluk Padaku / Jangan Berharap Lebih!

Share

Jangan Berharap Lebih!

Author: Kiki Miki
last update Last Updated: 2025-03-13 12:52:59

Akhirnya meski dengan sedikit usaha lebih mobil mereka bisa melewati para wartawan. Raya dan Kai bisa bernapas lega, begitupun dengan sopir yang ada di depan. Sementara itu pengawal yang dibawa Raya tadi berada di mobil berbeda di belakang mereka.

“Reaksimu kenapa begitu? Ngetawain apa?” tanya Kai ketika menangkap cibiran sinis dari Raya.

“Nggak, lucu aja sama aktingmu yang terakhir. Harus gitu kamu bilang kalau kamu mau disegerakan punya anak? Dih, jangan sampai ya perkataan menjadi doa. Amit-amit,” kata Raya merinding.

“Aku bilang ada niat, bukan berarti itu anak dari kamu kamu,” jawab Kai sinis.

“Oh, syukurlah,” balas Raya sambil membuang napas lega.

Kai melirik Raya tak suka ketika melihat mobil yang mereka tumpangi berbelok ke arah rumah dinas ayahnya.

“Ngapain kita ke rumah papa? Apa nggak bisa kamu berhenti caper sama papa? Mau ngadu? Cari muka?” tuding Kai bertubi-tubi pada Raya.

Apalagi kalau bukan? Salah satu hal yang membuat Kai paling muak kepada Raya dibandingkan hal lainnya adalah Raya selalu pintar mencari muka pada ayahnya, perempuan itu selalu menjadi kesayangan ayahnya, bahkan Raya diperlakukan seperti putri kandung kesayangan, bahkan melebihi dirinya.

Pastilah setelah kejadian ini Raya tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengadu pada ayahnya untuk menarik simpati pria itu kepadanya sebagai menantu yang terdzolimi. Ckck, licik sekali!

“Ya, memang mau cari muka. Habis gimana donk? Stok mukaku udah habis tercoreng karena kelakuan suami sendiri,” jawabnya dengan nada tak peduli.

Raya merapikan dandanannya sebelum bertemu dengan mertuanya. Ya, begitulah selama ini mama mertuanya mengajarkannya. Selalu well dress, berpenampilan menarik meski itu untuk bertemu dengan siapa saja, keluarga, teman, orang terdekat, bahkan pengemis sekalipun.

“Putar balik!” perintah Kai pada supir yang terlihat serius memperhatikan jalanan di depannya.

Sedikitpun pria itu tidak merasa terganggu dengan pertengkaran anak dari bosnya itu.

“Maaf, Kai. Pak Hartono yang suruh Bapak antar kamu sama Raya ke rumah dinas setelah urusan di apartemen Vero selesai,” kata Pak Budi, sopir lama Pak Hartono.

Kai kembali melirik Raya yang sudah selesai touch-up riasannya. Perempuan itu mengangkat pundaknya.

“See? Papa yang suruh aku datang jemput kamu di apartemen Vero karena Papa tau ada paparazi yang ngikutin kalian. Dan pas aku kesana ternyata benar, wartawan sudah pada ngumpul di sana. Jadi berhentilah bersikap seolah aku yang menguntitmu ke sana. Asal kamu tau, hubungan cintamu dengan Vero tidak menarik untukku,” jawab Raya.

“Lalu, yang menarik bagimu apa? Uang? Apa uang yang kau inginkan agar kau mau berpisah denganku?”

Raya bergeming. Kini mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan sebuah rumah dinas kementerian. Sejenak mobil itu berhenti untuk menunggu gerbang dibukakan oleh satpam.

“Kenapa tidak menjawab? Kau melakukan ini semata-mata karena menginginkan uang dan masa depan yang cerah kan? Berapa? Berapa uang yang kau inginkan? Aku sanggup memberi berapa pun yang kau inginkan,” kata Kai geram.

Raya menghela napas. Bahkan Pak Budi yang berada di depan, mendengar segala tudingan Kai kepada istrinya hanya turut menghela napas melihat betapa kerasnya hati Kai memperlakukan istrinya. Andai itu perempuan lain, Pak Budi yakin, perempuan itu akan menangis tersedu-sedu mendengar setiap ucapan kejam yang dilontarkan Kai padanya.

Namun Raya berbeda, seperti biasa, Raya hanya menanggapi kata-kata Kai dengan wajah cuek dan tidak peduli, seakan omongan pria itu tak berpengaruh apa pun padanya. Setangguh itu mental Raya.

“Jika kamu kira aku bertahan karena ingin memiliki masa depan cerah, sedari awal aku tidak akan menikah denganmu. Kamu itu nggak ada cerah-cerahnya. Buram!” jawab Raya sambil tersenyum sinis.

“Lalu apa? Kalau bukan karena masa depan cerah, lantas kamu anggap aku apa? Neraka? Hahaha? Terus kenapa masih denganku? Sana! Urus perceraian sana!!”

Mesin mobil itu kini berhenti. Raya membuka pintu mobil.

“Jawab aku, Raya! Apa kamu tidak dengar aku bertanya!”

Kai mengejar langkah kaki Raya dan mensejajarinya.

“Berhentilah bersikap kekanak-kanakan, Kai! Aku tidak ingin Papa melihat kita ribut terus seperti ini! Setidaknya kalau kamu mau ribut, lakukan di rumah!”

“Aku tidak peduli! Biarkan saja Papa lihat, biar dia tahu kamu tidak selembut menantu yang dia pikir selama ini!”

“Kau tidak peduli, terserah! Tapi aku peduli! Papa sudah seperti ayahku sendiri. Seperti ayahku yang menjaga papa dari sejak lama, aku juga ingin menjaga papa sebisa yang aku mampu!” kata Raya seraya berjalan lebih dulu.

Kai mengusap rambutnya ke belakang sambil tertawa mengejek. Dia terlihat tampan saat melakukan itu, seperti villain dalam drama-drama korea.

“Ooh, jadi alasannya itu. Kau ingin menjaga ayahku seperti ayahmu dulu menjaga ayahku. Ckck, ternyata alasannya karena jiwa babu itu! Baik, tetaplah di sisiku sampai ayahku pergi suatu hari nanti!"

"Tapi jangan pernah berharap lebih. Jangan berharap aku akan mencintai kamu! Sampai matipun itu tidak akan terjadi! Dan jangan menyalahkan aku kalau waktumu terbuang sia-sia. Saat kau sadar pernikahan ini sia-sia, mungkin saja umurmu sudah menua!” seru Kai pada Raya yang sudah berjalan di depannya.

***

“Kalian sudah datang?” sambut Bu Irma saat melihat anak dan menantunya itu masuk ke dalam rumah beriringan.

Raya mengulas senyum pada ibu mertuanya itu.

“Papa mana, Ma?”

“Ada. Papa sudah nungguin kalian sedari tadi,” kata Bu Irma.

“Oh, nungguin buat marah-marahin aku pasti!” tebak Kai dengan raut wajah kesal.

“Kai!! Mama pengen bicara dulu sama kamu sebelum kamu ketemu Papa. Ray, kamu temuin Papa kamu duluan! Papa lagi di ruang keluarga sedang menonton televisi,” pinta Bu Irma pada menantunya itu.

“Baik, Ma,” sahut Raya sembari ia langsung melongos pergi.

Tentu perempuan itu punya maksud mengatakan itu karena ada tujuannya. Dia ingin agar menantu kesayangan mereka itu, membujuk suaminya untuk tidak memarahi Kai secara berlebihan.

Raya seperti diminta, langsung menemui ayah mertuanya di ruang keluarga dan memberi salim seperti kebiasaannya jika bertemu keluarga yang lebih tua.

Pria itu mengusap kepala menantunya seperti memperlakukan putri kecilnya.

“Dimana Kai?” tanyanya.

“Masih di depan sama Mama, Pa,” jawab Raya.

“Pasti Mama kamu lagi briefing anaknya agar tidak melawan Papa kalau dikasih tau. Padahal biarkan sekali saja dia melakukannya biar Papa punya alasan nonjok dia sekalian,” kata Pak Hartawan dengan geram.

“E eh, kok Papa malah marah-marah? Nanti darah tingginya kumat loh. Pasti sekarang leher dan pundak Papa lagi kaku ya? Mau Raya pijitin?” tanya Raya menawarkan diri.

Pak Hartawan menggeleng sambil melepaskan kaca matanya.

“Tidak usah. Kamu pasti capek habis jemput Kai ke apartemen perempuan itu. Papa itu kadang nggak habis pikir, sebenarnya maunya anak itu apa sih? Dikasih istri yang baik malah mau perempuan murahan seperti Veronica itu!” umpat Pak Hartawan.

“Nggak capek. Jemput Kai doang mah gampang-gampang aja, Pak. Mereka juga nggak ngapa-ngapain di apartemennya Vero. Wartawan juga sudah diatasi dengan baik, jadi Papa jangan khawatir lagi. Sekarang sini Raya pijitin pundaknya!”

Raya memijat pundak mertuanya itu sambil ia mencari-cari chanel televisi yang sekiranya bisa dia tonton sambil memijat pundak mertuanya.

Sebisa mungkin Raya menghindari siaran berita maupun gosip selebriti, takut ada hal yang bisa memicu darah tinggi mertuanya kumat lagi.

“Stop, stop! Coba kamu mundurin lagi siaran TV-nya ke saluran nomor enam! Ya itu! Benar!”

***

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Membuatmu Takluk Padaku   Pertengkaran

    Raya terhenyak melihat apa yang ingin ditonton oleh mertuanya. Sedari tadi dia ingin melewatkan salura berita infotainment itu, namun ternyata mertuanya sangat jeli.“Nggak usah nonton ini, Pa. Nonton yang lain masih banyak,” bujuk Raya lirih.“Ssst …” Pak Hartawan menyuruh Raya untuk diam agar ia bisa mendengar apa yang disampaikan oleh pembawa beritaitu.“Satu lagi berita terhangat, Pemirsa. Kali ini berita datang dari pesinetron dan aktor layar lebar Kai Prabaswara. Pria yang membintangi sinetron kejar tayang Madu untuk Maudy ini dikabarkan memiliki hubungan terlanggar dengan managernya sendiri, Veronica Castaro.Hal ini dikuatkan dengan tersebarnya foto-foto mesra Veronika dengan seorang pria yang diduga adalah Kai di sebuah kolam renang hotel bintang lima di Bali beberapa waktu lalu.Meski beberapa kali menampik pemberitaan itu, namun anak dari Bapak Menteri Hartawan Prabaswara itu lagi-lagi tertangkap kamera datang hanya berdua saja dengan Veronika ke apartemennya.”Pak Hartawan

    Last Updated : 2025-03-13
  • Membuatmu Takluk Padaku   Kalap

    Perjalanan dari rumah dinas Pak Hartawan normalnya memakan waktu sekitar dua puluh menit, namun Kai yang membawa mobil itu secara ugal-ugalan mampu menempuh perjalanan kurang dari lima menit karena amarahnya.Sesampainya di rumah, Kai langsung turun dari mobil dan menarik tangan Raya dengan paksa dan menyeretnya ke dalam kamarnya.“Kai, kamu mau ngapain?” tanya Raya berusaha bersikap tenang ketika ia melewati pintu kamarnya sendiri.Ya, selama ini Raya dan Kai tinggal dalam kamar terpisah. Kamar Kai berada di lantai dua paling pojok.Meski tidak yakin terhadap apa yang ingin dilakukan Kai, namun Raya tahu bahwa Kai hanya ingin mengintimidasinya.“Kamu mau tau aku mau ngapain kan? Sini biar aku kasih tau!” katanya sambil menarik Raya masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan pintu kamar dengan keras.“Kamu sudah sejauh ini, Raya! Kamu bersikap seolah kamu adalah istri sungguhan. Kamu membuat ayah dan ibuku membenci aku anaknya sendiri! Kau dengar tadi? Papa bilang aku tidak usah mengan

    Last Updated : 2025-03-13
  • Membuatmu Takluk Padaku   Nyonya Besar

    Kai terbangun di sore hari dan menemukan dirinya dalam keadaan polos di bawah selimut. Ia meraba sisi sebelahnya namun tak menemukan siapa-siapa di sana.Dimana Raya? Apa dia sudah bangun? Kai duduk untuk melihat sekitarnya. Istrinya itu tak ada lagi di sana, padahal tadi Kai sempat terbangun dan masih melihat Raya yang tertidur kelelahan di sebelahnya sebelum ia melanjutkan tidurnya kembali. Sekarang Raya sudah tidak ada. Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya.Hoaaaaam … Kai menguap dan membuka mulutnya lebar-lebar sambil meregangkan ototnya. Saat ia menyingkap selimut, pandangan matanya tertumbuk noda merah kecoklatan di seprai. Kai tertegun. Berarti tadi siang, ia sudah berhasil menjebol kesucian istrinya itu. Raya pasti sangat terpukul saat ini. Kai juga merasa sedikit menyesal.Ia kini mengusap wajahnya kasar. Andai saja ia bisa lebih mengontrol emosi, pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Padahal selama ini Kai tidak pernah sedikitpun terpikir ingin menggauli gadis itu me

    Last Updated : 2025-04-23
  • Membuatmu Takluk Padaku   Kamu Cinta Dia?

    “Itu Kai! Itu Kai!”Segerombolan wartawan segera datang menyongsong mobil Vero begitu keduanya tiba di area parkir gedung resepsi di mana pesta pernikahan putri Abhi Seta sang sutradara kondang berlangsung.“Kamu siap?” tanya Vero menguatkan Kai.Kai merapikan pakaiannya dan mengangguk. Sepanjang perjalanan tadi ia dan Vero memang sudah sepakat untuk tidak berusaha menghindari wartawan karena semakin mereka menghindar akan semakin gencar para wartawan itu menyerang mereka.“Lihat! Lihat! Mereka datang bersama!” “Kai! Kai!!”Dalam sekejab beberapa wartawan langsung mengerubungi mereka.“Kai!! Boleh jawab beberapa pertanyaan kami Kai?”Kai menghela napas.“Oh, ayolah! Aku bahkan belum bertemu pengantinnya,” keluhnya.“Hanya sebentar, Kai. Kenapa anda tidak datang bersama Raya, istri anda? Kenapa malah datang bersama Vero?”“Raya lagi tidak enak badan. Lagi pula memangnya kenapa kalau aku datang bersama Vero? Kami berteman, apa tidak boleh teman datang bersama?” jawab Kai santai.Vero b

    Last Updated : 2025-04-23
  • Membuatmu Takluk Padaku   Kekanakan

    Kai masih menatap tajam Raya dan Daniel yang sedang asyik bercerita sambil tertawa di meja yang lain. Sesekali dia tampak melihat keduanya saling menawarkan makanan yang mereka punya kepada satu sama lain.“Wow, aku nggak tau kalau Raya punya sahabat sedekat itu. Lihat mereka! Mereka terlihat dekat, eh maksudku lebih kelihatan ke mesra. Bagaimana menurutmu, Kai?”Pertanyaan Vero terdengar seperti memprovokasi. Kai tidak bereaksi apa pun. Bahkan pandanganya pun masih terpaku pada meja bundar yang berjarak beberapa meja dari tempatnya berdiri.“Maksudku, kamu percaya nggak sih kalau mereka hanya sahabat? Jangan-jangan sebelum menikah denganmu mereka sebenarnya adalah sepasang kekasih? Aghhh, atau jangan-jangan diam-diam di belakang semua orang mereka … Ck! J*lang itu!”“Stop it! Vero, jangan mengada-ada. Saat ini saja sudah banyak sekali wartawan yang mencari-cari sesuatu yang bisa menjatuhkan aku. Tolong jaga kata-katamu! Jika ada yang mendengar, nama baikku juga yang dipertaruhkan!” t

    Last Updated : 2025-04-23
  • Membuatmu Takluk Padaku   Ikut

    “Jadi, kamu sahabatnya Raya?”Setelah beberapa waktu di meja itu ada drama tak jelas antara Kai dan Raya, akhirnya Vero berinisiatif membuka percakapan dengan Daniel agar situasi tidak begitu canggung sekaligus ia juga ingin mengorek apakah ada hubungan lain dan istimewa antara Daniel dan Raya yang bisa dia manfaatkan untuk memisahkan kekasihnya dan istrinya itu.“Ya, begitulah,” jawab Daniel seadanya.“Oh ya? Sahabat bagaimana? Terus terang kami juga agak sedikit terkejut. Ngomong-ngomong saya juga sudah kenal lama dengan Raya dan Kai tapi tidak pernah mendengar kalau dia punya sahabat dekat. Kamu juga nggak tau kan, Kai?” Vero meminta dukungan pada Kai untuk memperkuat statementnya.Kai berdehem malas.“Ya nggak perlu juga sih dikasih tau. Aku rasa kamu dan Kai sudah cukup sibuk untuk sekedar perlu diberi tahu siapa-siapa yang jadi teman dekatku. Penting nggak sih?” jawab Raya tak bisa menyembunyikan keberatan atas kekepoan Vero terhadap urusan pribadinya.“Gua cuma nanya. Takut ama

    Last Updated : 2025-04-24
  • Membuatmu Takluk Padaku   Kau Tidak Seperkasa Itu!

    “Rumah kamu sebelah mananya rumah ibunya Raya?” tanya Kai memecahkan keheningan di antara mereka bertiga dalam perjalanan pulang ke rumah mertuanya itu.Daniel memerlukan waktu beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Kai karena ia sedang membelokkan mobil ke arah kanan.“Persis di sebelahnya,” jawab Daniel.“Kanan atau kiri?”Raya yang duduk persis di belakang mereka berdesis sebal.“Kalau datang dari pintu masuk kompleks rumah Raya duluan,” jawab Daniel.“Oh,” jawab Kai singkat.Pria itu sepertinya sedang mengingat-ingat bentuk-bentuk rumah di sekitar tempat tinggal Raya. Seingatnya tidak ada rumah yang begitu besar di sana, tetapi entahlah, Kai juga tidak bisa memastikan karena dia sendiri hampir tidak pernah ke sana kecuali kalau lebaran, itu pun kalau mama dan papanya memaksanya untuk pergi ke sana.Namun ternyata tidak seperti dugaannya, karena saat Daniel menurunkan mereka tepat di depan rumah Raya, Kai da

    Last Updated : 2025-04-24
  • Membuatmu Takluk Padaku   Sama-sama Enak

    “Ray? Kamu tadi bukannya pergi sama …”Ibunya Raya tidak meneruskan pertanyaannya setelah mempertimbangkan bahwa tidak baik ia menyebut nama laki-laki lain sebagai orang yang pergi bersama dengan putrinya di depan menantunya sendiri.“Kamu bisa barengan sama Kai …” Perempuan itu lagi-lagi ragu melontarkan kalimat lagi.“Humm … ketemu di undangan. Rupanya Daniel ngajak aku ke undangannya Silvya, anaknya Pak Abhi, sutradaranya Kai,” jawab Raya datar.Bu Sari, ibunya Raya melirik khawatir pada Kai. Menantunya itu pasti marah makanya sampai ikut pulang ke rumahnya, begitu pikir Bu Sari. Meskipun Bu Sari bukannya tidak tahu kalau rumah tangga anak dan menantunya itu dari sejak awal tidak harmonis, tetapi tetap saja dia memaklumi jika seorang suami pasti marah jika melihat istrinya pergi dengan lelaki lain.“Nak Kai, ayo masuk! Jangan berdiri di situ saja!” ajak Bu Sari sambil menarik tangan menantunya itu agar masuk ke dalam rumah.Ka

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Membuatmu Takluk Padaku   Curiga

    “Kamu tadi malam kemana aja?” tanya Vero pada Kai.“Aku nggak kemana-mana,” jawab Kai.“Kamu bohong! Kamu pergi sama dia kan?”Vero yang sedari tadi duduk di meja makan, kini berdiri dan menantang Kai dengan pandangan tajam.“Kamu itu apaan sih? Orang baru pulang kerja bukannya disambut dengan ceria malah banyak drama. Udah, aku capek! Aku mau mandi dulu!”Kai berjalan menuju sebuah pintu.“Tunggu! Kamu nggak bisa dong main pergi tanpa menjelaskan apapun padaku!”Kai menghela napas panjang.“Nggak ada yang perlu dijelasin,” jawab Kai singkat.“Ada! Ada banget! Kamu sekarang berubah! Kamu sekarang jujur sama aku. Kamu harus jelasin ke aku bagaimana perasaan kamu yang sebenarnya ke dia? Kamu cinta sama dia? Serius kamu mau menduakan aku?” teriak Vero histeris sambil memukul-mukul dada Kai.Kai memejamkan matanya sesaat sebelum ia menjawab pertanyaan perempuan yang ada di depannya itu dengan raut

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kenikmatan Yang Terulang

    Selama beberapa detik lamanya, Raya dan Kai saling tatap. Jarak mereka begitu dekat, mungkin hanya berjarak sekitar lima centimeter saja.Kai melihat wajah Raya dengan sorot mata menantang dan senyum smirk yang begitu menyebalkan. Tentu saat ini Kai merasa menang. Raya kini masuk perangkapnya lagi. Hanya mereka berdua di dalam kamar yang tidak begitu luas ini, Raya bisa apa? Tidak mungkin dia menjerit-jerit minta tolong sementara ibunya ada di bawah bukan?Raya mengernyitkan kening ketika Kai dengan begitu berani dan tak ada aba-aba mulai menarik kepalanya dan bermaksud menciumnya.Oh, tapi tentu tidak lagi kali ini!Buggh!!!Tanpa diprediksi oleh Kai, Raya tiba-tiba membenturkan kening mereka berdua sekeras-kerasnya.“Arggggh!!!”Kai memekik kesakitan merasakan hantaman dari adu jotos kepala mereka. Ia memegangin kepalanya dengan kedua tangan.Raya sendiri ikut memijat-mijat dahinya merasakan sedikit pusing aki

  • Membuatmu Takluk Padaku   Sama-sama Enak

    “Ray? Kamu tadi bukannya pergi sama …”Ibunya Raya tidak meneruskan pertanyaannya setelah mempertimbangkan bahwa tidak baik ia menyebut nama laki-laki lain sebagai orang yang pergi bersama dengan putrinya di depan menantunya sendiri.“Kamu bisa barengan sama Kai …” Perempuan itu lagi-lagi ragu melontarkan kalimat lagi.“Humm … ketemu di undangan. Rupanya Daniel ngajak aku ke undangannya Silvya, anaknya Pak Abhi, sutradaranya Kai,” jawab Raya datar.Bu Sari, ibunya Raya melirik khawatir pada Kai. Menantunya itu pasti marah makanya sampai ikut pulang ke rumahnya, begitu pikir Bu Sari. Meskipun Bu Sari bukannya tidak tahu kalau rumah tangga anak dan menantunya itu dari sejak awal tidak harmonis, tetapi tetap saja dia memaklumi jika seorang suami pasti marah jika melihat istrinya pergi dengan lelaki lain.“Nak Kai, ayo masuk! Jangan berdiri di situ saja!” ajak Bu Sari sambil menarik tangan menantunya itu agar masuk ke dalam rumah.Ka

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kau Tidak Seperkasa Itu!

    “Rumah kamu sebelah mananya rumah ibunya Raya?” tanya Kai memecahkan keheningan di antara mereka bertiga dalam perjalanan pulang ke rumah mertuanya itu.Daniel memerlukan waktu beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Kai karena ia sedang membelokkan mobil ke arah kanan.“Persis di sebelahnya,” jawab Daniel.“Kanan atau kiri?”Raya yang duduk persis di belakang mereka berdesis sebal.“Kalau datang dari pintu masuk kompleks rumah Raya duluan,” jawab Daniel.“Oh,” jawab Kai singkat.Pria itu sepertinya sedang mengingat-ingat bentuk-bentuk rumah di sekitar tempat tinggal Raya. Seingatnya tidak ada rumah yang begitu besar di sana, tetapi entahlah, Kai juga tidak bisa memastikan karena dia sendiri hampir tidak pernah ke sana kecuali kalau lebaran, itu pun kalau mama dan papanya memaksanya untuk pergi ke sana.Namun ternyata tidak seperti dugaannya, karena saat Daniel menurunkan mereka tepat di depan rumah Raya, Kai da

  • Membuatmu Takluk Padaku   Ikut

    “Jadi, kamu sahabatnya Raya?”Setelah beberapa waktu di meja itu ada drama tak jelas antara Kai dan Raya, akhirnya Vero berinisiatif membuka percakapan dengan Daniel agar situasi tidak begitu canggung sekaligus ia juga ingin mengorek apakah ada hubungan lain dan istimewa antara Daniel dan Raya yang bisa dia manfaatkan untuk memisahkan kekasihnya dan istrinya itu.“Ya, begitulah,” jawab Daniel seadanya.“Oh ya? Sahabat bagaimana? Terus terang kami juga agak sedikit terkejut. Ngomong-ngomong saya juga sudah kenal lama dengan Raya dan Kai tapi tidak pernah mendengar kalau dia punya sahabat dekat. Kamu juga nggak tau kan, Kai?” Vero meminta dukungan pada Kai untuk memperkuat statementnya.Kai berdehem malas.“Ya nggak perlu juga sih dikasih tau. Aku rasa kamu dan Kai sudah cukup sibuk untuk sekedar perlu diberi tahu siapa-siapa yang jadi teman dekatku. Penting nggak sih?” jawab Raya tak bisa menyembunyikan keberatan atas kekepoan Vero terhadap urusan pribadinya.“Gua cuma nanya. Takut ama

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kekanakan

    Kai masih menatap tajam Raya dan Daniel yang sedang asyik bercerita sambil tertawa di meja yang lain. Sesekali dia tampak melihat keduanya saling menawarkan makanan yang mereka punya kepada satu sama lain.“Wow, aku nggak tau kalau Raya punya sahabat sedekat itu. Lihat mereka! Mereka terlihat dekat, eh maksudku lebih kelihatan ke mesra. Bagaimana menurutmu, Kai?”Pertanyaan Vero terdengar seperti memprovokasi. Kai tidak bereaksi apa pun. Bahkan pandanganya pun masih terpaku pada meja bundar yang berjarak beberapa meja dari tempatnya berdiri.“Maksudku, kamu percaya nggak sih kalau mereka hanya sahabat? Jangan-jangan sebelum menikah denganmu mereka sebenarnya adalah sepasang kekasih? Aghhh, atau jangan-jangan diam-diam di belakang semua orang mereka … Ck! J*lang itu!”“Stop it! Vero, jangan mengada-ada. Saat ini saja sudah banyak sekali wartawan yang mencari-cari sesuatu yang bisa menjatuhkan aku. Tolong jaga kata-katamu! Jika ada yang mendengar, nama baikku juga yang dipertaruhkan!” t

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kamu Cinta Dia?

    “Itu Kai! Itu Kai!”Segerombolan wartawan segera datang menyongsong mobil Vero begitu keduanya tiba di area parkir gedung resepsi di mana pesta pernikahan putri Abhi Seta sang sutradara kondang berlangsung.“Kamu siap?” tanya Vero menguatkan Kai.Kai merapikan pakaiannya dan mengangguk. Sepanjang perjalanan tadi ia dan Vero memang sudah sepakat untuk tidak berusaha menghindari wartawan karena semakin mereka menghindar akan semakin gencar para wartawan itu menyerang mereka.“Lihat! Lihat! Mereka datang bersama!” “Kai! Kai!!”Dalam sekejab beberapa wartawan langsung mengerubungi mereka.“Kai!! Boleh jawab beberapa pertanyaan kami Kai?”Kai menghela napas.“Oh, ayolah! Aku bahkan belum bertemu pengantinnya,” keluhnya.“Hanya sebentar, Kai. Kenapa anda tidak datang bersama Raya, istri anda? Kenapa malah datang bersama Vero?”“Raya lagi tidak enak badan. Lagi pula memangnya kenapa kalau aku datang bersama Vero? Kami berteman, apa tidak boleh teman datang bersama?” jawab Kai santai.Vero b

  • Membuatmu Takluk Padaku   Nyonya Besar

    Kai terbangun di sore hari dan menemukan dirinya dalam keadaan polos di bawah selimut. Ia meraba sisi sebelahnya namun tak menemukan siapa-siapa di sana.Dimana Raya? Apa dia sudah bangun? Kai duduk untuk melihat sekitarnya. Istrinya itu tak ada lagi di sana, padahal tadi Kai sempat terbangun dan masih melihat Raya yang tertidur kelelahan di sebelahnya sebelum ia melanjutkan tidurnya kembali. Sekarang Raya sudah tidak ada. Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya.Hoaaaaam … Kai menguap dan membuka mulutnya lebar-lebar sambil meregangkan ototnya. Saat ia menyingkap selimut, pandangan matanya tertumbuk noda merah kecoklatan di seprai. Kai tertegun. Berarti tadi siang, ia sudah berhasil menjebol kesucian istrinya itu. Raya pasti sangat terpukul saat ini. Kai juga merasa sedikit menyesal.Ia kini mengusap wajahnya kasar. Andai saja ia bisa lebih mengontrol emosi, pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Padahal selama ini Kai tidak pernah sedikitpun terpikir ingin menggauli gadis itu me

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kalap

    Perjalanan dari rumah dinas Pak Hartawan normalnya memakan waktu sekitar dua puluh menit, namun Kai yang membawa mobil itu secara ugal-ugalan mampu menempuh perjalanan kurang dari lima menit karena amarahnya.Sesampainya di rumah, Kai langsung turun dari mobil dan menarik tangan Raya dengan paksa dan menyeretnya ke dalam kamarnya.“Kai, kamu mau ngapain?” tanya Raya berusaha bersikap tenang ketika ia melewati pintu kamarnya sendiri.Ya, selama ini Raya dan Kai tinggal dalam kamar terpisah. Kamar Kai berada di lantai dua paling pojok.Meski tidak yakin terhadap apa yang ingin dilakukan Kai, namun Raya tahu bahwa Kai hanya ingin mengintimidasinya.“Kamu mau tau aku mau ngapain kan? Sini biar aku kasih tau!” katanya sambil menarik Raya masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan pintu kamar dengan keras.“Kamu sudah sejauh ini, Raya! Kamu bersikap seolah kamu adalah istri sungguhan. Kamu membuat ayah dan ibuku membenci aku anaknya sendiri! Kau dengar tadi? Papa bilang aku tidak usah mengan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status