"Ada apa Martin?" Diana mendekat dan tak lupa membawa bayi mungil bersamanya itu. Martin tak langsung menyahut, tengah mendengar dengan seksama teriakan Angelo di ujung sana yang membuatnya detak jantungnya mendadak berhenti dan panik setengah mati."Angelo, kau di mana? Kenapa kau berteriak? Apa kau terluka? Kau baik-baik saja 'kan?" Martin melirik Diana sekilas. Memberi jawaban melalui gerakan mata. Diana semakin penasaran berharap anak lelakinya dalam keadaan baik-baik saja. Tak pelak perkataan Martin barusan mengundang rasa penasaran Angela dan Leo pula. Mereka saling lempar pandangan dengan kening berkerut amat kuat sekarang. Sementara itu di lain sisi, tepatnya di perbatasan benua dekat dengan hamparan laut, Angelo bersama tim khusus tengah berlindung di balik bebatuan besar. Suara debur ombak di bibir laut terdengar amat jelas di sekitar saat ini. Angelo malah tertawa pelan setelahnya. "Sorry Dad, biasa temanku nakal dia hampir membuat persembunyian kami terendus para mus
Setiap pria pasti memiliki wanita idamannya masing-masing. Begitupula dengan Angelo Martinez, putra kesayangan mafia kejam yang berasal dari Venezuela, trah rothschild family, mempunyai karakteristik wanita masa depannya. Angelo menginginkan wanita yang lemah lembut, tidak bawel dan jarang berbicara, itulah impiannya selama ini. Karena dia tidak menyukai wanita yang banyak berbicara dan berisik seperti adik kembarnya. Angelo ingin hidup damai dan tentram. Akan tetapi, nasib sial menimpanya ketika harus dihadapkan dengan seorang wanita yang terkena skizofrenia menganggapnya seorang pangeran. "Angelo, paman meminta tolong padamu, untuk sementara waktu tinggallah bersama wanita ini, dia menganggapmu pahlawan, pulihkan dia, paman yakin ingatannya sengaja dihilangkan oleh seseorang.""Tapi Paman, wanita ini gila, lagipula dia berisik Paman, aku tidak mau!""Oh come on boy, bantulah paman, walaupun dia gila tapi cantik bukan, tunggullah sampai ingatannya pulih. Paman akan berusaha juga me
Mendengar teriakan di ruangan lain, Ronald, Abigail dan Eros pun berlari lincah menuju sumber suara. "Angelo ada apa ...." Ronald membuka mulut lebar-lebar kala melihat Angelo ditindih wanita berpenampilan kumal saat ini. Dapat diyakini sosok yang wajahnya tak dapat mereka lihat sekarang adalah sandera yang mereka bebaskan. "Pangeranku, pangeranku, kau sudah datang uh! Aku sangat merindukanmu!" pekik wanita itu dengan tawa aneh berkumandang di sekitar.Wanita berambut panjang dan pakaiannya kotor itu duduk di atas Angelo, meracau-racau tak jelas sedari tadi. Angelo tampak panik, mendongak ke atas, meminta tolong pada ketiga temannya itu. Namun, Ronald, Eros dan Abigail hanya mengulum senyum, menahan geli mendengar wanita itu memanggil Angelo dengan sebutan pangeran. Angelo mendengus kasar, lalu kembali menahan dada wanita itu agar tak bersentuhan. Akan tetapi, kepanikannya naik dua kali lipat sebab wanita tanpa identitas itu menggesek-gesek kemaluan di perutnya, terlebih tangannya
Angelo tak serta-merta langsung menanggapi. Keningnya berkerut samar, tengah menimbang-nimbang tawaran Eliot. Ia tak menyangka Eliot mengetahui perasaannya pada Claudia. Wanita bersahaja yang berhasil membuat jantungnya berdegup kencang setiap kali wanita itu melintas di sekitarnya. Meskipun begitu, dia tak menunjukkan ketertarikannya pada Claudia.Selama ini Claudia kerap kali mengajaknya berbicara. Namun, Angelo berpura-pura bersikap cuek karena tak mampu berdiri terlalu lama di dekat wanita tersebut. Claudia adalah sosok wanita idamannya. Agak segan Angelo bila bercakap dengan Claudia, wanita berpenampilan elegan dan juga pintar itu benar-benar membiusnya. "Jadi bagaimana?" Eliot membuka suara lagi tatkala melihat Angelo bergeming dengan mulut terkatup rapat."Berarti sampai ingatan wanita itu pulih?" tanya Angelo sambil menarik napas dalam sejenak. "Iya, sampai ingatannya pulih, kau memiliki keluarga mahir di bidang kesehatan bukan, tanyalah pada mereka bagaimana caranya mengemb
"Angelo, suara siapa itu?!" Mata Angelo langsung melebar ketika bibirnya dikecup wanita asing ini. Ponsel yang digenggamnya pun langsung terjatuh ke lantai. Tentu saja ia marah karena ciuman pertamanya diambil paksa oleh wanita yang tidak dicintainya. Ini sudah keterlaluan, pikir Angelo. Seharusnya yang mengecup bibirnya adalah Claudia bukan wanita di hadapannya sekarang. Tanpa pikir panjang Angelo menyentak kasar dada wanita tersebut."Argh ...." Pemilik mata hazel itu terpental jauh hingga membuat keningnya membentur sudut meja. Seketika, sebuah kalimat pendek dan bernada lemah meluncur bebas dari bibir mungilnya. "Maaf, aku minta maaf ...." Ia langsung menundukkan kepala kemudian memeluk lututnya erat-erat, tanpa disadarinya darah mulai menetes dari dahinya perlahan-lahan.Angelo terbelalak. "Astaga, apa yang aku lakukan?" Ia tampak syok, tak menyangka akan menyakiti seorang wanita. Buru-buru mendekat lalu berjongkok di hadapan sosok tersebut."Hei kau tidak apa-apa 'kan?" tany
Angelo diserang kepanikan mendadak lantas membalikkan badan dengan cepat."Kenapa kau keluar tidak memakai pakaian hah?! Masuklah ke toilet sekarang!" titah Angelo. Namun, bukannya menurut wanita itu malah melangkah perlahan mendekati Angelo dalam keadaan tubuh bugil. "Tapi Pangeran, aku tidak—""Aku bilang masuk!" Angelo semakin menegang tatkala mendengar bunyi langkah kaki di belakang. Tubuh elok wanita itu menari-nari di benaknya sedari tadi. Perkataan Angelo membuat langkah kaki wanita tersebut langsung terjeda. "Baiklah aku akan masuk tapi ajari aku mandi ya," ucapnya lalu berlari kencang menuju toilet.Angelo menarik napas dalam-dalam setelahnya. Kemudian secara perlahan memutar tumit ke belakang. "Astaga, apa yang harus aku lakukan? Mengajarinya mandi, yang benar saja."Angelo tercenung sesaat membayangkan hal-hal negatif. Dengan cepat ia menggelengkan kepala. Mengusir pikiran liar yang mulai merasuk otak besarnya itu."Ah sudahlah, biarkan, sebaiknya aku membersihkan rumah i
Gleg!Angelo meneguk ludah berulang kali karena tak sengaja memegang buah dada wanita tersebut saat ini. Akibat lantai licin membuat ia kehilangan keseimbangan tadi, alhasil keduanya bertabrak barusan. Angelo bergeming dengan pupil mata melebar sedikit melihat tubuh wanita mungil ini yang menantang dan menggoda iman. "Pangeran, mau mandi sama aku?" Bukannya marah ia malah terkikik-kikik. Busa-busa sabun yang berada di ruangan membuat wajahnya sedikit tenggelam. Angelo menggeleng cepat lalu dengan tergesa-gesa bangkit berdiri. "Aku sudah mandi! Pakai handukmu!" titahnya sambil melangkah mendekati kaca bulat hendak mematikan air. Tanpa banyak tanya wanita itu pun patuh. Berkali-kali Angelo membuang muka dan sesekali memejamkan mata saat tanpa sengaja memandang ke arah wanita tersebut."Sudah Pangeran, sekarang apa?" "Keluarlah dulu, aku harus membersihkan kamar mandi ini!" Angelo menahan sabar, melihat seluruh ruangan dipenuhi busa sekarang. Tak pelak membuat tubuhnya juga terkena.
Secara perlahan Angelo mengendurkan cekalan. Dia mulai tertegun, menatap Sugar dengan mata sayu-sayu. Bagaimana tidak Sugar saat ini tidak memakai pakaian sama sekali. Sehingga lekukan tubuhnya terlihat amat jelas sekarang. Lelaki mana yang tidak naik birahinya, melihat seorang wanita bertelanjang bulat. Angelo kucing dan Sugar adalah ikannya. "Sugar lepas bajunya, soalnya panas hihi, Sugar tidur di sini ya, ada AC," ucap Sugar jujur. Sedari tadi dia bolak-balik di atas sofa, karena hawa di kota Toronto malam ini lumayan panas. Terlebih, jaket hoodie milik Angela yang dia pakai membuatnya semakin gerah. Karena tak mampu menahan rasa panas, Sugar terpaksa melepas seluruh pakaiannya. Namun, ide cemerlang melintas di benaknya seketika. Sugar memilih masuk mengendap-endap ke kamar Angelo. Angelo tak menyahut, tengah menatap wajah mungil Sugar yang menurutnya imut di matanya sekarang. Tanpa dia sadari bola mata cokelat itu tak berkedip-kedip sedari tadi, memandangi warna mata hazel Suga
"Angelo, aku mencintaimu, kembalilah padaku!" Kalimat yang dikeluarkan Claudia barusan. Membuat rahang Angelo semakin mengetat. Kini wajah wanita itu terlihat kumal dan kusam. Pakaian tahanan melekat dengan sempurna di tubuhnya saat ini. Claudia memandang Angelo dengan tatapan memuja. Angelo menebak bila Claudia melarikan diri dari penjara. Dia menahan kesal mengapa Claudia bisa meloloskan diri. Namun, mengingat ayah Claudia juga memiliki latar belakang di kemiliteran. Hal itu bukanlah hal yang sulit untuk Claudia bisa melarikan diri. Terlebih, saat ini ia dapat melihat sedikit bercak darah di pakaian Claudia. "Apa kau sudah gila! Aku sudah menikah!" seru Angelo dengan mata berkilat. Mendengar hal itu, mata Claudia yang semula berseri-seri langsung menyala bak kobaran api. Dengan napas mulai memburu ia pun berteriak,"Iya aku sudah gila, dan itu semua karena ulahmu! Aku tidak peduli, kau harus menjadi milikku!"Sesudah menanggapi, terdengarlah suara tawa keras di sekitar. Claudia t
Kening Jane lantas mengernyit. "Ada apa?" tanyanya. Amat penasaran ia, mengapa mimik muka Angelo mulai berubah menjadi lebih dingin sekarang, seolah-olah tengah marah pada seseorang. Angelo tak membalas, sejak tadi mendengar dengan seksama penjelasan Eliot. Di mana Adam, papa Claudia merupakan salah satu tersangka yang terlibat di dalam penculikan Jane."Pantas saja kita kesulitan mencari letak lokasi tempat penyekapan Jane, ternyata lelaki bedebah itu yang menutupinya, mama tiri Jane benar-benar gila! Seandainya saja kalau dia masih bernapas aku akan membakarnya hidup-hidup." Di ujung sana Eliot memberi pendapat. Tarikan napas berat pun terdengar bersamaan. Ia begitu kesal karena orang dipercayainya telah berkhianat dan membuat proses penyelamatan sempat terhambat kemarin. Angelo enggan menanggapi, namun dari sorot matanya berkabut kekecewaan mendalam pada Adam.Eliot menarik napas panjang kemudian, memahami Angelo yang masih diam di balik ponsel. "Dan satu lagi, pasti ini akan m
Jane terlonjak kaget kala Claudia berhasil membuatnya terhuyung-huyung ke belakang dan hampir saja terjatuh. Beruntung dirinya dapat menahan diri meski kakinya sekarang terkena pecahan kaca. "Mati kau!" pekik Claudia lagi. "Kau yang mati!" Cukup sudah, Jane habis kesabaran. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Claudia hingga wanita tersebut terpental jauh, di mana punggung dan kepala bagian belakangnya membentur dinding. Claudia pun langsung pingsan di tempat. "Ck, menyusahkan sekali!" kata Jane sembari menarik napas lega. "Jane!"Perhatian Jane teralihkan kala mendengar suara Angelo di sekitar. Ia alihkan matanya ke arah pintu utama apartment, di mana Angelo berdiri dengan mimik muka terkejut dan panik."Baby!" Dengan hati-hati Angelo mendekat lalu menuntun Jane ke sisi yang aman. Usai itu, tanpa mengucapkan satu patah kata lelaki tersebut memeluk dan mencium kening Jane berkali
Jane mencoba untuk tetap tenang. Sebab sosok di hadapannya auranya tak seperti dahulu. Terakhkir kali bertemu, wajahnya nampak teduh. Namun, sekarang terasa dingin dan hitam pekat. Ada sesuatu yang tidak dapat Jane jelaskan sendiri."Apa maumu, Clau?" tanya Jane sembari memundurkan langkah kaki perlahan-lahan hendak mengambil pisau di dapur. Pasalnya saat ini Claudia tengah memegang pisau. Bukannya menjawab, wanita berambut panjang tersebut malah melangkah maju, sambil melayangkan tatapan mengintimidasi. Namun, Jane sama sekali tidak takut. Mungkin karena latar belakangnya dari keluarga mafia. Menjadikan dia tak gentar sama sekali.Jane tersenyum mengejek setelahnya. "Apa kau belum bisa menerima kalau Angelo memilih aku daripada kau?" ujarnya, sengaja memancing emosi Claudia.Kalimat yang dilontarkan Jane barusan membuat napas Claudia menderu cepat dan matanya pun langsung melotot tajam."Kalau kau sudah tah
"Astaga, kita melupakan Jane, oh ya selamat Jane, semoga kau tahan dengan sikap Angelo. Kami senang ingatanmu sudah pulih sekarang," ucap Eros seketika. Keasikan mengobrol membuat mereka melupakan wanita mungil di samping Angelo. Yang sejak tadi tersenyum kecil, mendengarkan mereka berbincang-bincang. Jane mengulum senyum. "Terima kasih, tenanglah aku sudah terbiasa dengan sikapnya, katanya seraya melirik Angelo sekilas. Angelo balas dengan mengulas senyum kecil."Oh ya, nanti malam jangan terlalu cepat kasihan anak orang," kelakar Ronald membuat semburat merah di kedua pipi Jane langsung muncul. "Ya, pelan-pelan Angelo, aku tahu ini pertama kalinya bagimu," timpal Eros sembari tertawa pelan. Sontak Angelo dan Jane saling lempar pandangan. Seandainya saja teman-temannya tahu bila mereka sudah bercinta kemarin. Maka dapat dipastikan akan dijadikan bahan olok-olokkan oleh ketiga pria jahil di depan."Hei, sepertinya tawa kita membuat orang risih." Eros melirik ke segala arah kala
Martin nampak syok ketika melihat Angelo berdiri dalam keadaan dada terbuka. Dapat dipastikan anak sulungnya tersebut baru saja selesai berhubungan badan. Jane pun berbaring di atas kasur sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Gurat kepanikan tergambar jelas di wajahnya sekarang.Dengan muka tak berdosa, Angelo melirik Jane sekilas, memberinya kode untuk tetap diam di tempat dan jangan bergerak. Jane mengerti, membalas melalui gerakan mata. Mengatakan takut pula pada Angelo. Namun, Angelo memberi bahasa isyarat untuk jangan takut. "Biadap!" murka Georgio, lantas mendekat kemudian melayangkan tamparan kuat pada pipi kanan Angelo. Kepala Angelo bergerak ke kanan seketika. Pipinya pun langsung memerah. Sambil memegang pipi, Angelo menoleh ke depan."Apa kau sudah gila hah?!" jerit Georgio."Maafkan aku Tuan Georgio, aku memang sudah gila. Kalau aku tidak melakukan ini. Kau pasti tidak akan merestui hubungan kami! Jadi, lebih baik aku hamili anakmu dulu!" seru Angelo tegas, hin
21+++***(Maaf tidak sesuai ekspetasi) ~~~Sepasang mata bulat Jane langsung membola, hendak melawan. Namun, Angelo mengekang tubuhnya. Terlebih, bibirnya dibungkam Angelo sekarang. Kali ini Jane tak bisa menolak. Mungkin karena rindu yang mengebu-gebu. Dia mulai pasrah terhadap perlakuan Angelo.Bibirnya dikecup, disesap dan lidahnya pun dililit-lilit Angelo hingga keduanya saling bertukar saliva. Jane memejamkan mata, menikmati kecupan ganas yang dilakukan Angelo saat ini. Sementara Angelo amat tak tahan. Sejak tadi menahan diri, melihat bibir ranum Jane bergerak-gerak. Di mata Angelo, wanita bertubuh mungil ini amat menggemaskan. Kini lelaki bermata cokelat tersebut. Dengan mata menutup mencekal pergelangan tangan Jane. Napasnya memburu, jantungnya pun berdetak kencang, seakan-akan organ dalamnya akan meledak. Sampai pada akhirnya ia menjauhkan sedikit wajah kala mendengar Jane kesulitan mengambil napas. Angelo membuka mata, menatap seksama wajah Jane yang masih berusaha mera
Sampai keluar mata Angelo kala mendengar perkataan Martin barusan. Dia terperangah sejenak."Daddy." Angelo menahan geram karena Martin tak dapat diajak berkompromi saat ini. "Ck, berkerjasamalah denganku, Dad, ayo cepat ralat ucapan Daddy barusan."Martin tak menyahut, malah mendengus lalu melipat tangan di dada. Angelo menghela napas lelah kemudian. Dengan cepat ia menekan bell rumah lalu berkata,"Maaf Tuan Georgio, Daddyku hanya bercanda tadi, sebenarnya dia ingin meminta maaf pada Tuan.""Cih, aku tidak bercanda! Aku memang mengajakmu berduel, sialan!" protes Martin cepat membuat Angelo semakin kalang kabut.Angelo menatap tajam Martin, memberi bahasa isyarat untuk diam. Lagi dan lagi Martin balas dengan mengeluarkan dengkusan kesal.Tak ada tanda-tanda pagar akan terbuka. Angelo pun mulai memarahi Martin. Tak lupa ia berulang kali melontarkan kata maaf dengan berbicara melalui alat di dekat pagar, yang di mana itulah adalah kamera pengintai berupa suara yang terhubung ke dalam m
Jane terbelalak. Dengan cepat meloncat dari atas ranjang kemudian bergegas menghidupkan lampu ruangan. Angelo meringis pelan tatkala mendapat pukulan di rahangnya barusan. Seumur-umurnya baru kali ini dia dipukul oleh seorang wanita. Sambil memegangi pipi, dia memandang ke sudut ruangan, di mana Jane berdiri dengan raut wajah kebingungan. "Angelo, kenapa kau bisa di sini?" Jane heran mengapa Angelo bisa masuk ke dalam kamarnya. Padahal setahunya keamanan di mansion sudah diperketat Georgio. Namun, detik selanjutnya dia sadar bila Angelo adalah tentara yang memiliki kemampuan khusus di dunia militer. "Pergilah Angelo, sebelum ketahuan Daddyku," ujar Jane kemudian sambil membuang muka ke samping. Jujur saja, ia ingin sekali berlari kencang ke arah Angelo dan memeluknya erat-erat sekarang. Namun, mengingat pesan yang dikirim Claudia tadi, Jane urungkan. Angelo mendengus lalu menghampiri Jane hendak meraih tangan pujaan hatinya. Akan tetapi, Jane segera menepis tangannya dengan cepat