Angelo diserang kepanikan mendadak lantas membalikkan badan dengan cepat."Kenapa kau keluar tidak memakai pakaian hah?! Masuklah ke toilet sekarang!" titah Angelo. Namun, bukannya menurut wanita itu malah melangkah perlahan mendekati Angelo dalam keadaan tubuh bugil. "Tapi Pangeran, aku tidak—""Aku bilang masuk!" Angelo semakin menegang tatkala mendengar bunyi langkah kaki di belakang. Tubuh elok wanita itu menari-nari di benaknya sedari tadi. Perkataan Angelo membuat langkah kaki wanita tersebut langsung terjeda. "Baiklah aku akan masuk tapi ajari aku mandi ya," ucapnya lalu berlari kencang menuju toilet.Angelo menarik napas dalam-dalam setelahnya. Kemudian secara perlahan memutar tumit ke belakang. "Astaga, apa yang harus aku lakukan? Mengajarinya mandi, yang benar saja."Angelo tercenung sesaat membayangkan hal-hal negatif. Dengan cepat ia menggelengkan kepala. Mengusir pikiran liar yang mulai merasuk otak besarnya itu."Ah sudahlah, biarkan, sebaiknya aku membersihkan rumah i
Gleg!Angelo meneguk ludah berulang kali karena tak sengaja memegang buah dada wanita tersebut saat ini. Akibat lantai licin membuat ia kehilangan keseimbangan tadi, alhasil keduanya bertabrak barusan. Angelo bergeming dengan pupil mata melebar sedikit melihat tubuh wanita mungil ini yang menantang dan menggoda iman. "Pangeran, mau mandi sama aku?" Bukannya marah ia malah terkikik-kikik. Busa-busa sabun yang berada di ruangan membuat wajahnya sedikit tenggelam. Angelo menggeleng cepat lalu dengan tergesa-gesa bangkit berdiri. "Aku sudah mandi! Pakai handukmu!" titahnya sambil melangkah mendekati kaca bulat hendak mematikan air. Tanpa banyak tanya wanita itu pun patuh. Berkali-kali Angelo membuang muka dan sesekali memejamkan mata saat tanpa sengaja memandang ke arah wanita tersebut."Sudah Pangeran, sekarang apa?" "Keluarlah dulu, aku harus membersihkan kamar mandi ini!" Angelo menahan sabar, melihat seluruh ruangan dipenuhi busa sekarang. Tak pelak membuat tubuhnya juga terkena.
Secara perlahan Angelo mengendurkan cekalan. Dia mulai tertegun, menatap Sugar dengan mata sayu-sayu. Bagaimana tidak Sugar saat ini tidak memakai pakaian sama sekali. Sehingga lekukan tubuhnya terlihat amat jelas sekarang. Lelaki mana yang tidak naik birahinya, melihat seorang wanita bertelanjang bulat. Angelo kucing dan Sugar adalah ikannya. "Sugar lepas bajunya, soalnya panas hihi, Sugar tidur di sini ya, ada AC," ucap Sugar jujur. Sedari tadi dia bolak-balik di atas sofa, karena hawa di kota Toronto malam ini lumayan panas. Terlebih, jaket hoodie milik Angela yang dia pakai membuatnya semakin gerah. Karena tak mampu menahan rasa panas, Sugar terpaksa melepas seluruh pakaiannya. Namun, ide cemerlang melintas di benaknya seketika. Sugar memilih masuk mengendap-endap ke kamar Angelo. Angelo tak menyahut, tengah menatap wajah mungil Sugar yang menurutnya imut di matanya sekarang. Tanpa dia sadari bola mata cokelat itu tak berkedip-kedip sedari tadi, memandangi warna mata hazel Suga
Iris mata Angelo melebar sejenak."Iya, benar ini aku." Sugar melirik Angelo dan wanita di hadapannya ini secara bergantian. Wajahnya yang semula terlihat gembira mendadak mendung. "Aku tidak menyangka akan bertemu kau di sini." Wanita tersebut mengulas senyum tipis sambil menyelipkan anak rambutnya ke telinga. "Iya aku juga Clau." Angelo memalingkan mata ke samping, menghalau jantungnya yang mendadak berdetak kencang seolah-olah akan melompat dari dalam sana. Claudia — wanita pujangga sekaligus permata bagi Angelo, berdiri di depannya dengan memakai dress panjang berwarna putih. Tampak anggun dan elegan dia. "Kau pergi bersama siapa?" Claudia melirik sekilas Sugar. Angelo berdeham rendah sejenak demi mengatasi rasa gugup yang melandanya. Ia toleh ke kanan, memberi bahasa isyarat pada Sugar untuk memperkenalkan diri. Tetapi, Sugar tak mengerti. Sepertinya Angelo mendadak lupa akan kondisi psikis Sugar. Sugar hanya diam dengan mata memancarkan kesedihan. "Sugar, dia adik—""Aku k
"Aduh, panas!" Claudia langsung berdiri sambil mengibas bagian dada yang disiram Sugar barusan dengan kopi panas. Sedari tadi ringisan pelan keluar dari bibir Claudia, menahan perih karena kulitnya melepuh. Berulang kali ia meniup-niup dadanya. Matanya pun mulai nampak berkaca-kaca sekarang.Angelo panik lalu memandang Sugar dengan mata berkilat-kilat menyala seketika. "Dia penjahat, Pangeran!" seru Sugar."Kau yang penjahat bukan Claudia!" bentak Angelo, membuat Sugar terlonjak kaget untuk ke sekian kalinya. Tubuhnya pun gemetar dan sorot matanya memancarkan ketakutan. Sebab untuk pertama kali melihat Angelo marah besar.Keributan yang terjadi di sekitar tak pelak membuat para pengunjung cafetaria memusatkan perhatian ke arah mereka."Tapi ...." Sugar tergugu, dadanya mulai terasa sesak sekarang. Sebab, Angelo menatapnya dingin kini. Tanpa sadar ia langsung meremas dadanya seketika.
Kepanikan Angelo bertambah berkali-kali lipat. Dia melirik sekilas ke samping, melihat Claudia juga mulai panik."Ayo kita cari dia!" seru Claudia seketika. Angelo mengangguk lalu bergegas keluar bersama Claudia. Mencari keberadaan Sugar yang tidak tahu di mana sekarang. Angelo memberi ide pada Claudia untuk berpencar mencari Sugar. Claudia menyetujui saran dari Angelo. Tak lupa mereka mengatur waktu mencari dan bersepakat akan bertemu di depan cafetaria jika tidak menemukan Sugar. Angelo mencari di lantai satu dan dua, sementara Claudia lantai tiga dan empat. Sejak tadi, gurat kepanikan terpatri amat jelas di wajah Angelo. Merasa bersalah karena telah meninggalkan Sugar. Sesekali gerutuan dan umpat kasar keluar dari mulutnya. "Kemana dia?! Argh, Sugar!" seru Angelo tak peduli lagi pandangan para pengunjung mall yang kebingungan melihat tingkah lakunya saat ini. Kepala Angelo memutar ke kanan da
Mata Eros merah menyala. "Tentu saja aku ada masalah, seharusnya pria sejati tidak bersikap kasar pada seorang wanita, terlebih Sugar, wanita yang istimewa!" Ia mengambil paksa tangan kiri Sugar, menariknya lalu menyembunyikan Sugar di belakang.Kening Sugar berkerut kuat, heran dengan situasi yang terjadi di depan matanya saat ini. Semakin mendidih darah Angelo saat melihat Sugar begitu dekat dengan Eros, tangannya mendadak terkepal kuat. "Bilang saja kau suka padanya!" serunya berapi-api.Eros menyungging senyum sinis. "Iya, memang benar aku suka pada Sugar, apa kau keberatan hah?!"Angelo tergugu, ada sensasi aneh menerpa hatinya kala mendengar perkataan Eros barusan. Sebuah rasa yang tak bisa dia jabarkan sama sekali. "Iya, aku keberatan karena dia adikku, kau harus meminta izin padaku terlebih dahulu!" Sugar yang tak mengerti arah pembicaraan kedua lelaki dewasa tersebut, hanya melirik Angelo dan Eros secara bergantian. Berbeda dengan Claudia, terdiam dengan tatapan aneh. Eros
Sugar melebarkan mata saat tangannya ditarik dan bibirnya dikecup Eros tiba-tiba. Detik selanjutnya, matanya berkedip-kedip pelan, heran dengan situasi saat ini. Sugar langsung mematung di tempat. Sedangkan Eros segera menjauhkan wajah karena melakukan sesuatu di luar kendalinya barusan. Dari tadi dia tak mampu, melihat bibir mungil Sugar yang menggoda tersebut."Maaf aku ...." Eros tersenyum kaku kemudian sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tanpa disadari kedua telinga Eros terlihat merah, menahan malu.Sugar tak menyahut, hanya menatap Eros dengan tatapan aneh. "Apa ini? Suka itu apa?" tanyanya sambil memiringkan kepala ke kanan sedikit. Eros malah tertawa keras. Kondisi kesehatan Sugar membuat wanita pemilik mata hazel itu tak mengerti dengan ciuman dan ungkapan hatinya tadi. Meskipun begitu, Eros memaklumi. Dia berharap Sugar dapat sembuh secepatnya. Sugar mengerutkan dahi, melihat Eros tergelak sambil memegang perut. Sedangkan dari kejauhan, Angelo terpaku dengan da