"Tapi, Mas. Ini honeymoon atau babymoon? Saya kan, lagi hamil. Mana ada honeymoon." Dara baru sadar, jika liburan untuk pertama kalinya ini membuatnya bingung.Dia baru menikah. Tapi sudah hamil. Pergi liburan ini, disebut apa. Honeymoon atau babymoon.Daffa terkekeh dibuatnya. "Double. Honeymoon dan babymoon. Dua-duanya sama aja. Sama-sama liburan."Dara mengangguk. "Iya, Mas. Mas Daffa bener. Tapi, Mas. Kok nggak bilang dulu ke saya, kalau mau liburan? Bener-bener dadakan, ya? Kenapa emangnya, Mas?"Tampaknya, Dara sedikit curiga pada Daffa yang dengan tiba-tiba pergi liburan. Padahal, sebelumnya Daffa tidak pernah membahas hal ini.Bahkan, Daffa tidak ada niat untuk liburan. Sebab, khawatir pada kondisi kehamilan Dara."Eeumm ... usul dari Fahri. Katanya, ajak kamu jalan-jalan. Biar nggak stress gara-gara kedatangan Daiva ke sini," ucap Daffa mencari alasan.Dan perempuan itu percaya begitu saja pada suaminya. Karena, Daffa tak pernah berbohong apa pun itu."Mas Fahri nggak ikut, M
Dara pun keluar dari villa. Berlari kecil menuju kolam renang yang luas dan bersih. Benar-benar membuat Dara terkagum-kagum.Tak lama setelahnya, panggilan dari Fahri. Baru ditinggal sebentar saja, dia sudah menghubunginya."Ya kenap--""Gue tanya sekali lagi ke elo ya, Fahri. Di mana Daffa berada? Kenapa nomor gue diblokir? Kenapa dia nikah sama perempuan lain?"Suara teriakan Julies di seberang sana."Julies. Stop untuk mengharapkan Daffa. Dia udah bahagia sama istrinya. Jangan jadi boomerang di rumah tangganya Daffa. Cowok masih banyak di luaran sana yang mau sama elo, Julies." Fahri berusaha untuk memberi tahu Julies.Sementara Daffa hanya bisa memijat keningnya.Terdengar suara isakan tangis yang dikeluarkan Julies."Gue cuma mau ketemu sama Daffa aja, Fahri. Please. Kasih tahu gue, di mana dia sekarang? Di mana alamat rumah barunya sama perempuan itu?""Julies. Istrinya Daffa lagi hamil. Jangan bikin dia stress dengan kehadiran elo. Kasihan. Bisa keguguran nanti, kalau kebanyaka
Tiba di rumah. Daffa memejamkan matanya. Melihat mobil Julies yang masih sama pada saat mereka masih menjalin hubungan.“Biar koper saya yang bawa, Mas. Mas Daffa temui Julies saja. Mobil Mas Fahri juga ada,” kata Dara mengambil alih koper yang ada di tangan Daffa.Kemudian perempuan itu melangkahkan kakinya sambil membawa koper. Masuk ke dalam tanpa menunggu Daffa terlebih dahulu.Saat tiba di dalam rumah. Julies menatap nanar wajah Dara. Kemudian menoleh pada bagian perut yang membuncit itu. Julies membuang napas jengah.Dara hanya memberikan senyum tipisnya. Lalu, melanjutkan langkahnya menuju kamar. Melewati Julies dan Fahri.Setelahnya, Daffa masuk ke dalam. Dan Julies menghampiri pria yang masih ia anggap sebagai kekasihnya. Namun telah menikahi wanita lain.Plak!!Julies menampar keras pipi Daffa. Menyalurkan semua amarahnya di sana. Air matanya sudah tak terbendung lagi.Sementara Daffa hanya pasrah. Terserah apa yang mau Julies lakukan padanya. Biarkan saja. Asal jangan perna
Di malam hari. Fahri sudah pulang ke rumahnya. Pun dengan Daffa. Sudah masuk ke dalam kamar. Sementara Dara masih berada di dapur untuk mengisi perutnya yang keroncongan.Hatinya gusar. Ingin menemui Julies dan memberi tahu semuanya. Jika janin yang ia kandung bukanlah anak Daffa. Melainkan anak Daiva.Masih ingin mengembalikan Daffa pada Julies. Walaupun harus merelakan rasa pedih bersarang di hatinya.“Aku merasa berdosa karena sudah memisahkan Mbak Julies sama Mas Daffa. Mereka saling mencintai. Aku harus menyatukan mereka kembali,” gumam Dara sambil mengusapi perutnya.“Di mana tempat tinggal Mbak Julies. Aku harus menemui Mbak Julies. Minta maaf dan bilang … kalau ini bukan anak Mas Daffa.”Setelah selesai bergelut dengan pikirannya, akhirnya Dara masuk ke dalam kamarnya. Melihat sang suami yang sudah terlelap dalam tidurnya.Tampak lelah. Ingin rasanya Dara membelai wajah Daffa. Tapi, tak mungkin ia lakukan. Daffa sedang dalam mode tidak baik-baik saja.Pikirannya kalut. Sama de
Julies tersenyum miring. “Begitu? Aku dengar, Daffa sudah tidak mencintaiku sebelum kamu hadir. Mungkin, saat aku berada di luar negeri, dia memang sudah tidak mencintaiku.“Bahkan, dia juga sudah menghamili perempuan lain. Itu artinya, sudah tidak ada cinta di hatinya Daffa untukku. Jangan seperti ini, Dara. Aku bisa mencari laki-laki lain, yang bisa menerima masa laluku.”Dara menggeleng. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Bercucuran hingga membuat Julies mengusap dahinya.“Saya sangat merasa bersalah karena sudah menerima Mas Daffa menjadi suami saya. Seharusnya saya menolaknya.”“Kenapa? Daffa harus berani bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan sama kamu. Pulang, Dara. Daffa pasti mencarimu.”Dara menggeleng kembali. “Janin ini … janin ini, bukan anaknya Mas Daffa. Kakaknya Mas Daffa-lah yang sudah menghamili saya.“Saya seorang pembantu di rumah orang tuanya Mas Daffa. Kemudian, pria itu memperkosa saya. Hingga membuat saya hamil.“Ini bukan anak Mas Daffa, Mbak. B
Julies terdiam. Memang bukan Daffa yang sudah mengajaknya melakukan itu, tapi Julies.“Maafkan aku, Daff. Aku akan mengembalikan Dara ke kamu. Sepertinya dia masih berada di lingkungan taman saat Dara menemukanku di sana.”Daffa bergeming. Masa bodoh dengan ucapan Julies yang katanya akan menemukan Dara. Hatinya sudah terlanjur tak bisa untuk berkata lembut lagi padanya.“Dara wanita polos. Aku bisa melihat itu. Wajar kalau kamu mencintainya. Maaf, aku pikir dia bukan wanita baik-baik karena mau-maunya kamu hamilin.“Waktu itu aku marah karena dengar dari Cheryl, kalian menikah karena Dara sudah mengandung. Ternyata, dia hamil oleh suaminya Cheryl. Memangnya, Cheryl nggak tahu … soal ini?”Daffa menggeleng pelan. “Dia sudah berani mengusik hidupku. Lihat saja, aku juga akan membuat mereka tak bisa tidur dengan tenang!”“Kenapa kamu tidak memberi tahu jika anak itu adalah suaminya Cheryl? Dia punya niat jahat ke kamu dan Dara, Daff.”Pria itu mengembuskan napasnya dengan panjang. Lalu
Daffa menghela napasnya dengan lelah. “Nggak ada, Ma. Aku gak akan menikahi Julies. Aku tetap menjadi suami Dara.”Melawati mendengus kesal. Lalu melipat tangan di dadanya.“Lalu ... kenapa kamu berdiam diri di sini, bukannya cari Dara!”“Aku baru selesai nyari Dara, Ma. Tapi, belum bisa ditemukan. Mau lapor polisi lagi?”Melawati menggeleng. "Tidak perlu. Kamu yang harus tanggung jawab. Cari Dara sampai ketemu. Usia kandungannya sudah masuk lima bulan, Daffa!”“Iya, Mama. Aku tahu. Jangan bikin runyam lagi. Aku akan cari Dara sampai ketemu!”Kehadiran Melawati membuat Daffa semakin stress."Di mana kamu, Dara. Pulanglah. Aku merindukanmu," lirih Daffa sambil menjambak rambutnya.“Seandainya terjadi sesuatu pada Dara, Mama tidak akan pernah memaafkan kamu, Daffa!” seru Melawati kembali.“Udahlah, Ma. Jangan buat aku semakin pusing. Sekarang Mama pulang aja. Nanti kalau Dara sudah ditemukan, aku akan mengabari Mama.” Daffa mulai lelah dengan protes Melawati.Sementara perempuan itu han
Hanya membutuhkan waktu lima menit saja hingga akhirnya Dara tiba di minimarket itu.Sementara di seberang sana. Di bangku taman, Julies menghampiri Fahri. Dengan menghentakkan kakinya karena kesal.“Fahri!” panggil Julies pada sahabat Daffa yang tengah melamun, menatap kosong pohon-pohon hias di depannya.Fahri menoleh ke belakang. “Kenapa, Juls?”“Elo tuh, ya. Dari tadi bukannya pantengin si Dara, malah enak-enakan makan di sini.” Julies tampak kesal kepada Fahri.“Jangan kesel gitu ah. Nanti suka, lagi.” Fahri menggoda perempuan itu.Lantas membuat Julies memutar bola matanya dengan malas. “Ayok! Si Dara udah keluar tuh.”Fahri beranjak dari duduknya. Menarik tangan Julies dan melangkahkan kakinya dengan lebar. “Mana? Dara udah keluar? Mau ke mana dia?” tanya Fahri dengan semangat.Julies menunjuk Dara di seberang sana. “Masuk ke minimarket. Bener, kan. Si Dara ada di kontrakan itu. Hhhh ... untung gue pantengin terus ini kontrakan.”Julies berkacak pinggang sambil menatap punggung
"Dara ke mana sih? Kenapa nggak temenin Mama di sini?" tanya Daffa setelah menyadari jika istrinya tidak ada di sana."Mau mandi dulu katanya," jawab Melawati."Oh. Tadi olahraga dulu sih dia. Kemudian, Daffa menoleh kembali pada Melawati. "Mama ke sini mau ngomongin itu doang?"Melawati mengangguk. "Mama mau ke Amerika. Jenguk Daiva, sama Papa juga. Kamu dan Dara mau ikut juga, nggak? Sekalian babymoon.""Udah gede kandungannya, Ma. Harusnya bulan lalu. Dara gak bakalan mau pergi jauh-jauh. Terlalu cinta dengan Indonesia."Mama sama Papa aja yang pergi. Titip salam aja buat Daiva. Sekalian tanyakan, udah dapat jodoh lagi atau belum."Melawati memutar bola matanya dengan pelan. "Ya sudah kalau begitu. Mama dan Papa saja yang ke sana. Mau kasih kejutan."Melawati pun pamit pergi dari rumah anaknya.Lalu, Dara yang baru selesai mandi itu pun keluar sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. "Lho. Mamanya ke mana, Mas?" tan
Fahri hanya mengulas senyumnya. Kemudian menggaruk hidungnya. "Mungkin gitu, Daff. Si Dara punya penyakit shock. Kayaknya itu penyakit lebih parah dari jantung deh."Bisa bikin pingsan orang dengan tiba-tiba. Sedangkan jantung.... biasanya bengek dulu Baru pingsan. Kalau shock, langsung pingsan saat itu juga.Daffa menoleh dan menatap Fahri dengan tajam. "Elo jangan nakut-nakutin gue dong! Kasih solusi yang bener. Jangan malah bikin makin runyam ini masalah."Fahri mengusap belakang kepalanya. "Hal gak guna, dan bikin gue selalu ikut campur dalam urusan elo. Bahkan, merelakan waktu gue buat kencan sama Julies. Gak seru kalau nggak bisa menemukan titik terangnya."Daffa mengangguk. "Bukan elo doang yang waktunya terbuang sia-sia. Gue juga.""Yang bikin masalah elo, Daffa. Wajar, kalau elo membuang waktu elo untuk ngurusin kayak beginian. Emang paling demen nyari penyakit elo tuh, yaa."Daffa menghela napasnya dengan panjang. Lalu, memijat ken
Pagi harinya, Daffa bergegas pergi menuju cafe. Karena waktu sudah menunjuk angka sepuluh pagi."Sayang, aku berangkat sekarang, yaa!" ucapnya sambil melambaikan tangannya pada Dara"Iya, Mas. Hati-hati.”Daffa mengangguk lalu keluar dari rumah itu. Masuk ke dalam mobilnya lalu melajukan mobil tersebut dengan kecepatan tinggi.Ingin segera sampai ke cafe dan mulai memecahkan misi barunya lagi bersama Fahri. Pesan tersebut sudah membuatnya pusing tujuh keliling. Ditelepon tidak diangkat, bahkan nomornya pun sudah tidak aktif lagi.Tiba di cafe. Daffa segera masuk ke dalam ruang kerjanya yang sudah ditunggu Fahri di dalam sana."Ada apa sih. Daff? Kelihatannya gundah-gulana gitu," tanya Fahri kemudian kembali fokus menatap laptopnya.Pria itu kemudian menutup laptop milik Fahri. "Jangan dulu fokus sama kerjaan, bantu gue dulu ini harus segera diselesaikan.""Kenapa lagi sih lo, Daff? Perasaan, tiap hari bikin masalah mulu,"
Hingga lima belas menit kemudian. Daffa mengakhiri permainan itu Sesuatu yang hangat menyembur di bawah sana. Sangat terasa kala Dara rasakan.Daffa mengejang, kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping Dara. Sambil mengatur napasnya yang tersengal.Pun dengan Dara. Dadanya naik turun, tengah mengatur napasnya agar kembali normal.Lalu, menoleh ke arah Daffa. "Mas?" panggilnya kemudian.Daffa menoleh. "Heeum. Kenapa, Sayang?""Kenapa milik Mas Daffa tiba-tiba on? Langsung berdiri, dan baru kali ini saya melihatnya."Daffa bingung harus jawab apa. Mana mungkin ia menjawab jika ada yang usil sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya di acara ulang tahun tadi.Kemudian, Daffa memutar otak untuk mencari alasan yang lebih logis."Tidak perlu ada penetrasi terlebih dulu. Milik pria akan on dengan sendirinya hanya karena melihat lekuk tubuh perempuan. Dan, aku tadi melihat kamu lagi nggak pakai apa-apa."Dan akhirnya,
Kemudian, pria itu menghempaskan tangan Prissa dengan kasar. "Ngapain sih, ke sini? Masih banyak tempat yang bisa elo kunjungi, Prissa!"Perempuan itu mengulas senyumnya. "Santai aja, Daffa. Kenapa sih, sensi banget. Lagi pula, di sini nggak ada istri kamu. Santai saja, okay?"Daffa pun duduk di kursi yang ada di sana. Pun dengan Fahri, yang ikut duduk di depan Daffa."Apa kabar, Priss? Udah lama banget nggak nongol. Ke mana aja sih?" tanya Fahri basa-basi."Melanglang buana gue, Ri. Nyari pengganti yang lebih dari Daffa. Tapi, belum ketemu."Fahri lantas terkekeh. "Elo sih... sok-sokan selingkuh. Kena batunya kan."Fahri yang tahu tentang masa lalu Daffa dan Prissa, lantas tahu di mana Prissa meninggalkan Daffa karena memilih pria lain."Gak usah dibahas lagi, Ri. Gak penting!" ucapnya kemudian meneguk minuman yang sudah disediakan di sana.Dering ponsel Fahri berbunyi. Panggilan dari Julies. "Gue angkat dulu. Panggilan dari I
Dua bulan kemudian.Usia kandungan Dara sudah memasuki tujuh bulan. Semakin membuncit dan tentunya sangat sehat, karena ibu hamil tersebut selalu makan makanan yang bergiziDipasok terus menerus oleh Daffa agar ibu dan bayinya selalu sehat sampai menjelang lahiran nanti. Dua hari yang lalu, Dara dan Daffa telah melakukan acara syukuran tujuh bulan kandungan."Sayang. Nanti malam ada acara ulang tahun termanku. Mau ikut, nggak?" tanya Daffa setelah menyelesaikan acara sarapannya.Dara menggeleng. "Mau antar Mbak Julies belanja, Mas. Sama siapa ke acara ulang tahunnya?""Sendiri. Mungkin sama Fahri juga. Karena teman sekampus dulu yang ulang tahunnya.""Oh. Ya sudah. Kayaknya nggak bisa ikut deh, Mas. Langsung pulang, kalau acaranya sudah selesai.""Baik, Tuan Putri. Kakanda akan langsung pulang setelah acaranya selesai. Ngapain juga lama-lama di sana. Mending kelonin kamu. lya, nggak?"Dara menyunggingkan bibirnya. Lalu, mengamb
"Daiva pasti akan segera kembali. Dia hanya ingin mengubah hidupnya agar menjadi lebih baik. Setelah itu, dia akan kembali pada kita. Mama jangan khawatir. Daiva pasti akan kembali."Adicandra menenangkan istrinya, yang sedari tadi terus menangisi kepergian anaknya.Melawati mengangguk dengan pelan. "lya, Papa. Mama pasti akan selalu menunggu kepulangan anak kita. Semoga dia benar-benar berubah dan tidak kembali pada sifatnya yang dulu."Kemudian keempat orang itu berlalu pergi meninggalkan bandara, setelah Daiva sudah terbang menuju Amerika serikat.Tiba di rumah. Dara tampak melamun. Semenjak kepergian Daiva, hatinya sedikit sedih. Entah kenapa dia merasa kehilangan pria yang sudah menanam benih di perutnya itu.Hingga akhirnya Daffa menghampiri Dara yang tengah melamun di ruang tengah. Menatap kosong ke arah televisi yang ia nyalakan."Melamunnya biasa aja, Dara. Daiva pasti akan segera pulang kok. Udah kangen, sama ayahnya anak kamu itu,
Satu minggu berlalu.Daiva sudah membaik. Sudah dibolehkan pulang hari ini. Daffa juga Dara ikut menemani Daiva untuk pulang ke rumah orang tuanya.Bukan ke rumah miliki mendiang istrinya. Sebab, semua barang-barang milik Daiva sudah dibawa ke rumah orang tuanya.Rumah itu sudah tidak berpenghuni. Bahkan, akan dijual oleh mamanya Cheryl. Karena kasus Cakrawisnu yang sudah memalsukan dokumen, perusahaannya terancam bangkrut.Anak-anaknya pun tidak ada yang mau meneruskan perusahaan tersebut karena sudah mendapat nilai E dari semua investor yang bekerja sama dengan perusahaan itu."Gue minta maaf karena ulah Cheryl dan orang tuanya, elo sempat ditahan. Sekarang, Wisnu kena getahnya. Semoga dia jera dan mau bertobat," kata Daiva setelah tiba di rumah.Daffa mengangguk. "Ya. Semuanya udah selesai. Gue udah bisa bernapas lega karena keluarga kita udah nggak ada urusan lagi sama mereka."Elo juga udah nggak jadi budak Wisnu dan Cheryl. Semo
Daffa mengangguk. Kemudian, memberikan rekaman video yang sudah la ambil kemarin malam. Lalu, Ahmad dengan fokus mendengarkan obrolan mereka berempat di dalam video sana.Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Keterlaluan! Pak Anggi!" teriak Ahmad memanggil salah satu staff kepolisian di sana."Siap, Pak!""Panggil Ari, Wibowo, dan Ilham ke sini!" titah Ahmad kepada Anggi."Baik, Pak!" Anggi keluar untuk memanggil ketiga petugas kepolisian tersebut.Tak lama setelahnya, ketiga orang itu tiba di ruangan Ahmad. Lalu, Ari mengerutkan keningnya. Sebab melihat Fahri dan Daffa ada di sana.Lagi apa mereka di sini? Memangnya, mereka kenal dengan Pak Ahmad, ucap Ari dalam hati."Lihatlah! Apakah kalian mengenal tiga orang itu?" Ahmad memberikan rekaman video itu kepada mereka bertiga.Saat melihatnya, lantas membuat tiga orang itu membolakan matanya dengan sempurna. Kaget bukan main kala melihat rekaman video, berisikan mereka berempat di sana."Bisa jelaskan, kenapa kalian menerima suap u