Waktu terus berlalu, begitupula masalah yang membelit manusia, perlahan-lahan sudah mulai bisa diselesaikan. Sebersit cahaya terang juga mulai terlihat dalam kasus keluarga Hill. Dengan ditemukan bukti kejahatan Marco, kini Daren sudah mulai bisa bernapas dengan lega. Kini dia memberikan bukti itu pada Darius Faaz, pengacara baru Sean. Namun sebelum memberikan bukti itu, Daren sudah menduplikasi. Jadi sewaktu waktu ada hal yang tidak diinginkan, maka dia masih punya duplikatnya. Daren memang orang yang sangat detail, selain itu dia paling tidak suka jika pekerjaannya hancur sia sia. Untuk itulah dia selalu membuat duplikat apa yang dia kerjakan. Tok! Tok! Daren mendengar ketukan halus pada pintu ruang kerjanya di perusahaan. " Masuk" teriak Daren, dia yakin jika itu adalah asistennya atau sekretarisnya. Ceklek! Seorang wanita masuk kedalam ruangan Daren, dia menunduk hormat sebelum menyampaikan sesuatu pada Daren. " Katakan apa yang ingin kamu sampaikan" ucap Daren yang sebena
Di rumah keluarga Matteo, istrinya sedang bersiap-siap, dia memasukan beberapa keperluannya ke dalam koper. " Nak apakah kalian sudah selesai semuanya" ucap Rebecca pada anak yang paling besar. " Sudah Ibu, saya sudah siap, tinggal membantu adik untuk mengemas barang barangnya" ucap Gryceline anak sulung Matteo dan juga Rebbeca. " Bawa seperlunya saja Nak! Kita tidak punya banyak waktu. Nanti kita bisa beli saat sampai di tempat Nenek" Ucap Rebecca pada anak bungsunya. " Baik Ibu, kita sudah hampir selesai" ucap Arsean anak bungsunya. Ting....tong..... Rebecca terkejut ketika mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Rebecca hanya takut jika yang datang adalah orang yang salah. " Siapa yang datang? Apakah ini orang yang dikirim suamiku? Atau yang lain. Bukankah dia mengatakan jika dia meminta bantuan pada Tuan Daren" ucap Rebbeca bermonolog. Kemudian dia berjalan ke sisi rumah dan melihat melalui monitor dan dia melihat orang yang berbadan tinggi besar ada di depan pagar rum
Dunia kriminal tidak ada henti-hentinya, kali ini dunia maya dikejutkan dengan berita yang menyeret nama pejabat negara. Dan itu membuat semua orang langsung mengecamnya. Kemarahan semua orang sudah tidak bisa dibendung lagi, saat semua media, memberitakan pengeroyokan yang berujung kematin pada salah satu anak remaja. Dan saat ini banyak beredar bukti jika dalang dari kejadian itu adalah anak dari Benyamin Albani. Tentu saja hal itu membuat semua orang langsung murka, bagaimana bisa pengayom masyarakat membuat kecurangan, apalagi tidak ada hukuman untuk anaknya. Dari kasus ini masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan Ben. Ha....ha....ha...ha...Daren tertawa puas setelah melihat respon dari masyarakat mengenai video dan beberapa bukti yang dia sebar. " Tenyata sangat menyenangkan, rasa-rasanya aku ingin melihat wajah Ben saat ini. Beberapa hari ini pasti dia sedang menyusun rencana untuk membebaskan Marco dan ingin mengunakan Matteo sebagai kambing hitam. Tapi hari ini, dia akan
Di kediaman Ben Albani malam itu sedang dalam kekacauan, berita yang beredar telah membuatnya hancur. Bahkan bisa dipastikan, dia tidak akan bisa mengelak lagi. Braaak! Prang! Suara benda benda yang dilempar terdengar nyaring. Tidak ada satupun orang yang berani mendekati Ben, bahkan istrinya juga tidak berani. Saat ini dia lebih memilih untuk menemani putranya yang sedang ketakutan didalam kamarnya. Aaaarrrrrggghhh!" Sialan! Siapa yang berani mengacaukan aku, dan dari mana mereka mendapatkan semua bukti itu, aku telah menghapusnya" ucap Ben dengan sangat kesal. Sedangkan di sampingnya ada anak buahnya sedang menunduk. " Apakah kalian tidak mengetahui masalah ini, siapa yang telah menjatuhkan aku? Apakah ini ada hubungannya dengan Matteo" ucap Ben, entah kenapa dia tidak pernah percaya dengan Matteo, apalagi dia sering kali protes ini dan itu. Dan saat kasus itu sedang ramai, Matteo lah yang bersikeras untuk menyelidiki. Tapi saat itu Ben bisa mengendalikan Matteo, dan kasus ana
Pagi ini Daren dan El mengiring ke tiga kembar menuju ruang VVIP Healthy Care. Sebelum berangkat kerja dan sekolah, mereka menemui Sen dan Joe yang masih betah untuk tidur. " Kira kira hari ini Ayah dan paman Joe sudah bangun apa belum ya" ucap Xhaqella yang saat ini berada digendongan Daren. Sementara kedua kakaknya berjalan di depan Daren. Mereka berdua sudah seperti pasukan cilik saja. " Semoga, Ayah kamu bisa cepat bangun, dan dia bisa membayar hutang hutangnya pada Paman" ucap Daren sambil mengulum senyumnya. " Apakah Ayah punya utang sama Paman? Apa tidak bisa diikhlaskan saja, kan kasihan dia baru sembuh sudah harus ditagih hutang" ucap Xhaqella dengan serius. Sedangkan dua kembar hanya bisa terkikik mendengar ucapan adiknya. " Jadi ponakan paman yang cantik ini sudah tidak mendukung paman lagi, setelah punya Ayah, Hum" ucap Daren sambil mencium pipi Xhaqella. " Paman sudah ada Kak Xaquil yang akan mendukung paman, sedang kan Kak Xavier akan mendukung ibu. Kasihan kalau A
Gaina memandang anaknya yang tertidur tanpa bergerak sedikitpun, hanya napas lemah dan alat alat medis yang dipasang di tubuh Sean. " Ibu masih ingat, terakhir kali meninggalkan kamu ketika kamu masih bayi. Kamu anak yang hebat dan kuat, terima kasih sudah hidup dengan sangat baik. Dan maafkan ibu yang tidak mampu membesarkan kamu menggunakan tangan ibu sendiri" ucap Gaina sambil menggengam tangan Sean. " Bangunlah Nak, ibu sudah kembali, kamu tidak akan sendirian lagi. Semua orang menyayangi kamu. Maafkan Ibu, yang tidak berani menemui kamu selama ini. Namun, ibu lakukan semua itu demi keselamatan kamu" ucap Gaina sesunggukan sambil menelungkupkan kepalanya di samping Sean yang tidak bergerak sedikit pun. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika dia bisa sedekat ini dengan anaknya. Gaina mengira jika dia sudah tidak punya kesempatan lagi. Semua orang dalam keluarga Hill selama ini telah hidup penuh penderitaan. Hidup dalam kekhawatiran dan persembunyian. Tapi sekarang setelah semu
Hamparan bunga bunga terbentang luas, semerbak wangi dari kuncup yang sudah bermekaran, menari kesana kemari karena tertiup oleh angin. Sementara itu, di atas sana terbentang langit biru yang terasa begitu dekat, dihiasi oleh gumpalan awan seputih salju. Tidak ada hawa panas atau apa, udara terasa sangat menyejukan. Pohon seperti Jacaranda juga ikut memperindah suasana. Belum lagi buah apel merah mengantung seperti balon yang bergoyang goyang karena angin." Sungguh sangat cantik sekali, kenapa aku baru melihatnya sekarang. Kemarin kemana saja?" Ucap Sean menikmati suasana yang sangat indah, sesuatu yang tidak pernah dia lihat sebelumnya jika ada tempat yang begitu indah. " Rasanya semua beban yang selama ini aku pikul hilang sudah, aku sudah tidak merasakan sakit ataupun sedih lagi. Di sini benar benar sangatlah tenang, damai. Aku yakin jika Joe ada di sini dia tidak mau balik lagi" ucap Sean sambil terkekeh. Sean berjalan menyusuri hamparan luas, sambil sesekali dia memetik buah d
Sean berjalang berkeliling tempat itu, tidak jauh dari sana dia melihat sebuah istana kecil yang sangat indah sekali. Dan Sean yakin itu tempat tinggal Ayahnya. Untuk itu Sean langsung berlari masuk ke dalam bangunan yang indah. " Ayah, apakah ini negeri diatas awan? Kenapa sangat indah sekali, di sini semuanya serba ada, sehingga keperluan Ayah bisa terpenuhi" seru Sean saat masuk dan mengelilingi taman. Di depan ada air mancur, di sisi kiri ada air jernih yang mengalir sementara di sisi kanan airnya putih seperti susu. Sean mendekat ke Air yang berwarna, dia menjulurkan jarinya dan menyentuh air itu, lalu menjilatnya. " Wow ini benar susu, rasanya sangat manis dan juga beda dari susu biasanya aku temui. Pantas saja Ayah betah berada di sini, semuanya ada, Ayah tidak memerlukan uang lagi" ucap Sean dengan kagum. " Meskipun di sini lebih segalanya dibanding tempat tinggal kamu, tapi jika disuruh pilih, maka Ayah akan hidup bersama dengan kamu dan juga ibu kamu. Tapi, Ayah tidak bis