Sean berjalang berkeliling tempat itu, tidak jauh dari sana dia melihat sebuah istana kecil yang sangat indah sekali. Dan Sean yakin itu tempat tinggal Ayahnya. Untuk itu Sean langsung berlari masuk ke dalam bangunan yang indah. " Ayah, apakah ini negeri diatas awan? Kenapa sangat indah sekali, di sini semuanya serba ada, sehingga keperluan Ayah bisa terpenuhi" seru Sean saat masuk dan mengelilingi taman. Di depan ada air mancur, di sisi kiri ada air jernih yang mengalir sementara di sisi kanan airnya putih seperti susu. Sean mendekat ke Air yang berwarna, dia menjulurkan jarinya dan menyentuh air itu, lalu menjilatnya. " Wow ini benar susu, rasanya sangat manis dan juga beda dari susu biasanya aku temui. Pantas saja Ayah betah berada di sini, semuanya ada, Ayah tidak memerlukan uang lagi" ucap Sean dengan kagum. " Meskipun di sini lebih segalanya dibanding tempat tinggal kamu, tapi jika disuruh pilih, maka Ayah akan hidup bersama dengan kamu dan juga ibu kamu. Tapi, Ayah tidak bis
Genap satu bulan Sean dan Joe Koma, namun tidak ada perubahan sedikitpun. Sementara anggota keluarga masih berharap ada keajaiban yang terjadi pada Sean dan juga Joe.Namun, pagi ini semua orang dikejutkan dengan kondisi Sean yang kejang kejang, dan beruntungnya saat Daren dan El menjenguk sebelum mengantar anak anak ke sekolah. Semua orang dibuat khawatir dengan kondisi Sean. " Ibu apa yang terjadi pada Ayah, apakah Ayah baik baik saja. Qella takut jika Ayah akan mati, hiks....hiks..." ucap Xhaqella sambil menangis memeluk ibunya. El langsung memeluk anaknya dengan lembut, dia sendiri juga sebenarnya takut. Dia belum siap jika harus berpisah dengan Sean selamanya. " Kita doa ya sayang, semoga Ayah kamu baik baik saja" ucap El dengan suara parau.Xaquil memeluk Xavier, dia juga takut jika terjadi sesuatu dengan Ayahnya. ' Apakah aku harus kegilangan sosok Ayah sekali lagi? Kasihan adik adik pasti dia juga akan sedih sekali. Apakah gara gara aku mengancam Ayah makanya dia menjadi s
Dokter sedang memeriksa Sean sekali lagi, setelah Sean sadar El langsung memanggil dokter untuk memeriksa Sean. Dan setelah menunggu beberapa saat akhirnya dokter selesai memeriksa Sean. " Puji Syukur! Nyonya tidak perlu khawatir, Tuan Sean sudah sepenuhnya bangun dari komanya. Dan kondisinya sejauh ini sangat baik. Tinggal pemulihan saja, sekaligus terapi karena untuk tulang punggungnya" ucap Dokter memberitahukan El kondisi Sean. " Syukurlah Dok, terima kasih sudah merawat Sean dan Joe selama ini. Lalu bagaimana kondisi Joe, Dok? Apakah ada kemunginan dia juga bangun seperti Sean" ucap El, bagaimanapun juga Joe sudah baik dan mendampingi Sean dalam suka duka. Apalagi mantan suaminya selalu mengingat asisten pribadinya itu, bahkan saat tersadar pertama kalinya. " Semoga bisa segera bangun, karena kondisinya juga sudah berangsur-angsur membaik. Jadi lebih sering diajak berbicara supaya cepat untuk kembali" ucap Dokter. El mengangguk dan berterima kasih, setelah Dokter pergi, El l
Gaina akhirnya ikut masuk kedalam ruang Sean dan Joe dirawat. Minimal dia tidak akan mengintip lagi, meskipun dalam hatinya sedikit cemas. Gaina hanya takut jika Sean menyalahkan dia, yang selama ini meninggalkan dia sendirian berada didekat Marco. Gaina melihat Sean sedang menatap langit langit atap kamar, sepertinya anaknya sedang memikirkan sesuatu. ' Apa yang sedang dia pikirkan, kenapa seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat' batin Gaina. " Syukurlah Tuan Muda sudah bangun" sapa Bi Asih berjalan mendekati Sean. " Bibi, Sean kesulitan untuk menengok" ucap Sean lirih. " Nanti akan sembuh, yang penting Tuan muda tetap sabar dan mengikuti semua yang disarankan oleh dokter"ucap Bi Asih, kini dengan pelan memijat tangan Sean dengan lembut. " Bibi bersyukur, karena Tuan muda benar benar selamat dari kecelakaan maut itu" lanjutnya. " Iya Bi, Sean juga bersyukur. Tapi Bibi datang dengan siapa?" Ucap Sean saat melihat Gaina sedang berdiri di samping Bi Asih. " Dia orang yang me
Sean mengerutkan keningnya, bingung dengan perkataan anaknya, sementara Bi Asih langsung memalingkan wajahnya ke tempat lain seolah-olah sedang menikmati pemandangan tembok kosong. Sedangkan, Xhaqella tidak merasa bersalah sama sekali, wajahnya malah berbinar saat membicarakan rahasia pada Ayahnya. ' Aduh, Nona muda kalau sedang bersama Ayahnya dia sangat cerewet sekali. Bagaimana bisa dia memberitahukan rahasia ini pada Tuan muda Sean? Semoga Tuan muda tidak punya penyakit jantung' batin Bi Asih. Sementara itu, Gaina kini sedang was-was. Takut jika Xhaqella mengatakan jika dia adalah ibu dari Sean. ' Bagaimana kalau Sean marah padaku? Apa yang harus aku lakukan?' Batinnya sambil menunduk, jari jemarinya saling meremas kerena dia gelisah. " Kakek Buyut siapa? Dan di mana sekarang dia tinggal?" Tanya Sean. Xhaqella merasa sangat dibutuhkan untuk menjelaskan, untuk itu dia langsung membenarkan duduknya." Di rumah kita, sebelum kecelakaan Ayah kan mau ke rumah kita kan?" Ucap Xhaq
Sementara itu di tempat lain, di rumah sakit yang berbeda dari tempat Sean. Allen sedang duduk menghadap jendela. Di luar jendela dia bisa melihat beberapa pasien yang sedang ada di taman sedang bersama keluarganya. Sedang menikmati waktu untuk menyembuhkan diri yang sakit. Sedangkan dirinya, sendirian dengan kaki yang lumpuh. Sudah beberapa kali Allen histeris dan ingin mengakhiri hidupnya namun selalu gagal. Pepatah mengatakan, orang jahat jangan dibiarkan untuk menemui ajalnya. Karena itu terlalu mudah, kematian adalah anugerah bagi orang yang jahat. Tapi sebenarnya Tuhan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali pada jalan kebenaran. Penderitaan yang akan dia alami adalah hukuman atas perbuataannya. Tergantung orangnya apakah mau berubah atau tidak.Allen merasa tidak berguna dan tidak punya siapapun, anak buah yang bersamanya sudah tiada dalam kecelakaan itu. Kedua orang tuanya sudah berada di dalam penjara, dan kemungkinan sangatlah sulit untuk bisa keluar. Max,
Lukas sudah sampai di rumahnya, dia mendorong kursi roda Allen memasuki kamar yang ada di lantai bawah. Beberapa pelayan datang untuk menyambut Lukas, dan mereka langsung membantu Lukas mendorong Allen masuk kedalam kamar tamu yang sudah dipersiapkan oleh mereka. Mereka semua memang mengenal Allen, karena sejak dulu Allen sering main ke rumah Lukas, bahkan hanya untuk sekedar bermain game hingga pagi. Namun, setelah berita Allen naik ke publik, para pelayan kini sedikit berbeda, meskipun tidak mencaci Allen, tapi mereka lebih banyak diam tidak seperti dulu yang peduli. ' Tuan Muda Lukas memang sangatlah baik, semoga, manusia muka dua ini tidak memanfaatkan Tuan muda dan kembali Jahat. Dan semoga Tuan Allen tidak pernah sembuh, saya hanya takut jika dia akan membabi buta ketika sembuh' batin pelayan Lukas. ' Tuan Muda Lukas, memang sangat baik hati, dia pemaaf, sepertinya Tuan memang sudah menganggap Tuan Allen sahabatnya. Karena memang temannya Tuan muda tidak banyak' batin Pelaya
Marco terkejut saat melihat siapa orang yang datang mengunjungi dirinya. Untuk apa? Apakah dia ingin memberikan informasi padanya? Pikir Marco karena tidak menyangka akan bertemu dengan orang ini lagi. " Untuk apa kamu menemui saya?" Ucap Marco dengan datar dan dingin. Pria yang tadi menunduk memainkan ponselnya itu, langsung mengangkat kepalanya dan melihat Marco. Setelahnya dia langsung tersenyum sangat lebar. " Halo Tuan besar kita bertemu lagi, tapi saya turut prihatin karena kondisi Tuan sangat mengejutkan. Kusam, kotor dan jelek" ucapnya dengan sebuah senyuman menghiasi wajahnya. Wajah Marco langsung mendung mendapatkan hinaan yang terus terang seperti ini. Terlebih lagi hinaan ini berasal dari seorang anak buah Sean yang dulu pernah diancam oleh Allen, dan ibunya Allen sandra.Ya, dia adalah Rizky yang datang mengunjungi Marco, tapi sepertinya Rizky punya dendam sendiri dengan Marco, Dendam terbesarnya adalah pada Allen, tapi karena Allen tidak bisa dia hajar, dia mendatang