Pagi ini Daren dan El mengiring ke tiga kembar menuju ruang VVIP Healthy Care. Sebelum berangkat kerja dan sekolah, mereka menemui Sen dan Joe yang masih betah untuk tidur. " Kira kira hari ini Ayah dan paman Joe sudah bangun apa belum ya" ucap Xhaqella yang saat ini berada digendongan Daren. Sementara kedua kakaknya berjalan di depan Daren. Mereka berdua sudah seperti pasukan cilik saja. " Semoga, Ayah kamu bisa cepat bangun, dan dia bisa membayar hutang hutangnya pada Paman" ucap Daren sambil mengulum senyumnya. " Apakah Ayah punya utang sama Paman? Apa tidak bisa diikhlaskan saja, kan kasihan dia baru sembuh sudah harus ditagih hutang" ucap Xhaqella dengan serius. Sedangkan dua kembar hanya bisa terkikik mendengar ucapan adiknya. " Jadi ponakan paman yang cantik ini sudah tidak mendukung paman lagi, setelah punya Ayah, Hum" ucap Daren sambil mencium pipi Xhaqella. " Paman sudah ada Kak Xaquil yang akan mendukung paman, sedang kan Kak Xavier akan mendukung ibu. Kasihan kalau A
Gaina memandang anaknya yang tertidur tanpa bergerak sedikitpun, hanya napas lemah dan alat alat medis yang dipasang di tubuh Sean. " Ibu masih ingat, terakhir kali meninggalkan kamu ketika kamu masih bayi. Kamu anak yang hebat dan kuat, terima kasih sudah hidup dengan sangat baik. Dan maafkan ibu yang tidak mampu membesarkan kamu menggunakan tangan ibu sendiri" ucap Gaina sambil menggengam tangan Sean. " Bangunlah Nak, ibu sudah kembali, kamu tidak akan sendirian lagi. Semua orang menyayangi kamu. Maafkan Ibu, yang tidak berani menemui kamu selama ini. Namun, ibu lakukan semua itu demi keselamatan kamu" ucap Gaina sesunggukan sambil menelungkupkan kepalanya di samping Sean yang tidak bergerak sedikit pun. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika dia bisa sedekat ini dengan anaknya. Gaina mengira jika dia sudah tidak punya kesempatan lagi. Semua orang dalam keluarga Hill selama ini telah hidup penuh penderitaan. Hidup dalam kekhawatiran dan persembunyian. Tapi sekarang setelah semu
Hamparan bunga bunga terbentang luas, semerbak wangi dari kuncup yang sudah bermekaran, menari kesana kemari karena tertiup oleh angin. Sementara itu, di atas sana terbentang langit biru yang terasa begitu dekat, dihiasi oleh gumpalan awan seputih salju. Tidak ada hawa panas atau apa, udara terasa sangat menyejukan. Pohon seperti Jacaranda juga ikut memperindah suasana. Belum lagi buah apel merah mengantung seperti balon yang bergoyang goyang karena angin." Sungguh sangat cantik sekali, kenapa aku baru melihatnya sekarang. Kemarin kemana saja?" Ucap Sean menikmati suasana yang sangat indah, sesuatu yang tidak pernah dia lihat sebelumnya jika ada tempat yang begitu indah. " Rasanya semua beban yang selama ini aku pikul hilang sudah, aku sudah tidak merasakan sakit ataupun sedih lagi. Di sini benar benar sangatlah tenang, damai. Aku yakin jika Joe ada di sini dia tidak mau balik lagi" ucap Sean sambil terkekeh. Sean berjalan menyusuri hamparan luas, sambil sesekali dia memetik buah d
Sean berjalang berkeliling tempat itu, tidak jauh dari sana dia melihat sebuah istana kecil yang sangat indah sekali. Dan Sean yakin itu tempat tinggal Ayahnya. Untuk itu Sean langsung berlari masuk ke dalam bangunan yang indah. " Ayah, apakah ini negeri diatas awan? Kenapa sangat indah sekali, di sini semuanya serba ada, sehingga keperluan Ayah bisa terpenuhi" seru Sean saat masuk dan mengelilingi taman. Di depan ada air mancur, di sisi kiri ada air jernih yang mengalir sementara di sisi kanan airnya putih seperti susu. Sean mendekat ke Air yang berwarna, dia menjulurkan jarinya dan menyentuh air itu, lalu menjilatnya. " Wow ini benar susu, rasanya sangat manis dan juga beda dari susu biasanya aku temui. Pantas saja Ayah betah berada di sini, semuanya ada, Ayah tidak memerlukan uang lagi" ucap Sean dengan kagum. " Meskipun di sini lebih segalanya dibanding tempat tinggal kamu, tapi jika disuruh pilih, maka Ayah akan hidup bersama dengan kamu dan juga ibu kamu. Tapi, Ayah tidak bis
Genap satu bulan Sean dan Joe Koma, namun tidak ada perubahan sedikitpun. Sementara anggota keluarga masih berharap ada keajaiban yang terjadi pada Sean dan juga Joe.Namun, pagi ini semua orang dikejutkan dengan kondisi Sean yang kejang kejang, dan beruntungnya saat Daren dan El menjenguk sebelum mengantar anak anak ke sekolah. Semua orang dibuat khawatir dengan kondisi Sean. " Ibu apa yang terjadi pada Ayah, apakah Ayah baik baik saja. Qella takut jika Ayah akan mati, hiks....hiks..." ucap Xhaqella sambil menangis memeluk ibunya. El langsung memeluk anaknya dengan lembut, dia sendiri juga sebenarnya takut. Dia belum siap jika harus berpisah dengan Sean selamanya. " Kita doa ya sayang, semoga Ayah kamu baik baik saja" ucap El dengan suara parau.Xaquil memeluk Xavier, dia juga takut jika terjadi sesuatu dengan Ayahnya. ' Apakah aku harus kegilangan sosok Ayah sekali lagi? Kasihan adik adik pasti dia juga akan sedih sekali. Apakah gara gara aku mengancam Ayah makanya dia menjadi s
Dokter sedang memeriksa Sean sekali lagi, setelah Sean sadar El langsung memanggil dokter untuk memeriksa Sean. Dan setelah menunggu beberapa saat akhirnya dokter selesai memeriksa Sean. " Puji Syukur! Nyonya tidak perlu khawatir, Tuan Sean sudah sepenuhnya bangun dari komanya. Dan kondisinya sejauh ini sangat baik. Tinggal pemulihan saja, sekaligus terapi karena untuk tulang punggungnya" ucap Dokter memberitahukan El kondisi Sean. " Syukurlah Dok, terima kasih sudah merawat Sean dan Joe selama ini. Lalu bagaimana kondisi Joe, Dok? Apakah ada kemunginan dia juga bangun seperti Sean" ucap El, bagaimanapun juga Joe sudah baik dan mendampingi Sean dalam suka duka. Apalagi mantan suaminya selalu mengingat asisten pribadinya itu, bahkan saat tersadar pertama kalinya. " Semoga bisa segera bangun, karena kondisinya juga sudah berangsur-angsur membaik. Jadi lebih sering diajak berbicara supaya cepat untuk kembali" ucap Dokter. El mengangguk dan berterima kasih, setelah Dokter pergi, El l
Gaina akhirnya ikut masuk kedalam ruang Sean dan Joe dirawat. Minimal dia tidak akan mengintip lagi, meskipun dalam hatinya sedikit cemas. Gaina hanya takut jika Sean menyalahkan dia, yang selama ini meninggalkan dia sendirian berada didekat Marco. Gaina melihat Sean sedang menatap langit langit atap kamar, sepertinya anaknya sedang memikirkan sesuatu. ' Apa yang sedang dia pikirkan, kenapa seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat' batin Gaina. " Syukurlah Tuan Muda sudah bangun" sapa Bi Asih berjalan mendekati Sean. " Bibi, Sean kesulitan untuk menengok" ucap Sean lirih. " Nanti akan sembuh, yang penting Tuan muda tetap sabar dan mengikuti semua yang disarankan oleh dokter"ucap Bi Asih, kini dengan pelan memijat tangan Sean dengan lembut. " Bibi bersyukur, karena Tuan muda benar benar selamat dari kecelakaan maut itu" lanjutnya. " Iya Bi, Sean juga bersyukur. Tapi Bibi datang dengan siapa?" Ucap Sean saat melihat Gaina sedang berdiri di samping Bi Asih. " Dia orang yang me
Sean mengerutkan keningnya, bingung dengan perkataan anaknya, sementara Bi Asih langsung memalingkan wajahnya ke tempat lain seolah-olah sedang menikmati pemandangan tembok kosong. Sedangkan, Xhaqella tidak merasa bersalah sama sekali, wajahnya malah berbinar saat membicarakan rahasia pada Ayahnya. ' Aduh, Nona muda kalau sedang bersama Ayahnya dia sangat cerewet sekali. Bagaimana bisa dia memberitahukan rahasia ini pada Tuan muda Sean? Semoga Tuan muda tidak punya penyakit jantung' batin Bi Asih. Sementara itu, Gaina kini sedang was-was. Takut jika Xhaqella mengatakan jika dia adalah ibu dari Sean. ' Bagaimana kalau Sean marah padaku? Apa yang harus aku lakukan?' Batinnya sambil menunduk, jari jemarinya saling meremas kerena dia gelisah. " Kakek Buyut siapa? Dan di mana sekarang dia tinggal?" Tanya Sean. Xhaqella merasa sangat dibutuhkan untuk menjelaskan, untuk itu dia langsung membenarkan duduknya." Di rumah kita, sebelum kecelakaan Ayah kan mau ke rumah kita kan?" Ucap Xhaq