Gaina akhirnya ikut masuk kedalam ruang Sean dan Joe dirawat. Minimal dia tidak akan mengintip lagi, meskipun dalam hatinya sedikit cemas. Gaina hanya takut jika Sean menyalahkan dia, yang selama ini meninggalkan dia sendirian berada didekat Marco. Gaina melihat Sean sedang menatap langit langit atap kamar, sepertinya anaknya sedang memikirkan sesuatu. ' Apa yang sedang dia pikirkan, kenapa seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat' batin Gaina. " Syukurlah Tuan Muda sudah bangun" sapa Bi Asih berjalan mendekati Sean. " Bibi, Sean kesulitan untuk menengok" ucap Sean lirih. " Nanti akan sembuh, yang penting Tuan muda tetap sabar dan mengikuti semua yang disarankan oleh dokter"ucap Bi Asih, kini dengan pelan memijat tangan Sean dengan lembut. " Bibi bersyukur, karena Tuan muda benar benar selamat dari kecelakaan maut itu" lanjutnya. " Iya Bi, Sean juga bersyukur. Tapi Bibi datang dengan siapa?" Ucap Sean saat melihat Gaina sedang berdiri di samping Bi Asih. " Dia orang yang me
Sean mengerutkan keningnya, bingung dengan perkataan anaknya, sementara Bi Asih langsung memalingkan wajahnya ke tempat lain seolah-olah sedang menikmati pemandangan tembok kosong. Sedangkan, Xhaqella tidak merasa bersalah sama sekali, wajahnya malah berbinar saat membicarakan rahasia pada Ayahnya. ' Aduh, Nona muda kalau sedang bersama Ayahnya dia sangat cerewet sekali. Bagaimana bisa dia memberitahukan rahasia ini pada Tuan muda Sean? Semoga Tuan muda tidak punya penyakit jantung' batin Bi Asih. Sementara itu, Gaina kini sedang was-was. Takut jika Xhaqella mengatakan jika dia adalah ibu dari Sean. ' Bagaimana kalau Sean marah padaku? Apa yang harus aku lakukan?' Batinnya sambil menunduk, jari jemarinya saling meremas kerena dia gelisah. " Kakek Buyut siapa? Dan di mana sekarang dia tinggal?" Tanya Sean. Xhaqella merasa sangat dibutuhkan untuk menjelaskan, untuk itu dia langsung membenarkan duduknya." Di rumah kita, sebelum kecelakaan Ayah kan mau ke rumah kita kan?" Ucap Xhaq
Sementara itu di tempat lain, di rumah sakit yang berbeda dari tempat Sean. Allen sedang duduk menghadap jendela. Di luar jendela dia bisa melihat beberapa pasien yang sedang ada di taman sedang bersama keluarganya. Sedang menikmati waktu untuk menyembuhkan diri yang sakit. Sedangkan dirinya, sendirian dengan kaki yang lumpuh. Sudah beberapa kali Allen histeris dan ingin mengakhiri hidupnya namun selalu gagal. Pepatah mengatakan, orang jahat jangan dibiarkan untuk menemui ajalnya. Karena itu terlalu mudah, kematian adalah anugerah bagi orang yang jahat. Tapi sebenarnya Tuhan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali pada jalan kebenaran. Penderitaan yang akan dia alami adalah hukuman atas perbuataannya. Tergantung orangnya apakah mau berubah atau tidak.Allen merasa tidak berguna dan tidak punya siapapun, anak buah yang bersamanya sudah tiada dalam kecelakaan itu. Kedua orang tuanya sudah berada di dalam penjara, dan kemungkinan sangatlah sulit untuk bisa keluar. Max,
Lukas sudah sampai di rumahnya, dia mendorong kursi roda Allen memasuki kamar yang ada di lantai bawah. Beberapa pelayan datang untuk menyambut Lukas, dan mereka langsung membantu Lukas mendorong Allen masuk kedalam kamar tamu yang sudah dipersiapkan oleh mereka. Mereka semua memang mengenal Allen, karena sejak dulu Allen sering main ke rumah Lukas, bahkan hanya untuk sekedar bermain game hingga pagi. Namun, setelah berita Allen naik ke publik, para pelayan kini sedikit berbeda, meskipun tidak mencaci Allen, tapi mereka lebih banyak diam tidak seperti dulu yang peduli. ' Tuan Muda Lukas memang sangatlah baik, semoga, manusia muka dua ini tidak memanfaatkan Tuan muda dan kembali Jahat. Dan semoga Tuan Allen tidak pernah sembuh, saya hanya takut jika dia akan membabi buta ketika sembuh' batin pelayan Lukas. ' Tuan Muda Lukas, memang sangat baik hati, dia pemaaf, sepertinya Tuan memang sudah menganggap Tuan Allen sahabatnya. Karena memang temannya Tuan muda tidak banyak' batin Pelaya
Marco terkejut saat melihat siapa orang yang datang mengunjungi dirinya. Untuk apa? Apakah dia ingin memberikan informasi padanya? Pikir Marco karena tidak menyangka akan bertemu dengan orang ini lagi. " Untuk apa kamu menemui saya?" Ucap Marco dengan datar dan dingin. Pria yang tadi menunduk memainkan ponselnya itu, langsung mengangkat kepalanya dan melihat Marco. Setelahnya dia langsung tersenyum sangat lebar. " Halo Tuan besar kita bertemu lagi, tapi saya turut prihatin karena kondisi Tuan sangat mengejutkan. Kusam, kotor dan jelek" ucapnya dengan sebuah senyuman menghiasi wajahnya. Wajah Marco langsung mendung mendapatkan hinaan yang terus terang seperti ini. Terlebih lagi hinaan ini berasal dari seorang anak buah Sean yang dulu pernah diancam oleh Allen, dan ibunya Allen sandra.Ya, dia adalah Rizky yang datang mengunjungi Marco, tapi sepertinya Rizky punya dendam sendiri dengan Marco, Dendam terbesarnya adalah pada Allen, tapi karena Allen tidak bisa dia hajar, dia mendatang
El masih sibuk dengan tumpukan dokumen yang ada di depannya. Sudah beberapa hari ini dia benar-benar banyak pekerjaan yang menumpuk. Namun dia tetap bersabar dengan semua yang dilakukan. Meskipun sebenarnya dia belum begitu terbiasa dengan pekerjaan ini lagi, setelah beberapa tahun dia berhenti dari dunia kerja kantor. Apalagi kebiasaannya sudah berubah dari dulu pekerja kantoran beralih menjadi tukang kue. Tapi sekarang dia banting setir lagi, menjadi CEO pengganti, membuat dunia El jadi seperti naik roller coaster.Krrriiinggg! Suara telepon interkom berdering membuat konsentrasi El terganggu, dia hanya mengangkat kepalanya ketika sang asisten pribadinya berjalan dan mengambil gagang telepon lalu dia tempelkan di telinga kecilnya. " Halo" sapanya dengan suara dingin. [...?]" Baiklah" ucapnya kemudian dia langsung meletakan gagang telepon kembali ke tempatnya, lalu dia berjalan mendekati El. " Ibu nanti jam empat ibu ada jadwal meeting dengan salah satu Klien di kantor ini" ucap
" Paman kira kamu sedang berada di rumah sakit, kabarnya Ayah kamu sudah sadar. Kata ibumu, Ayahmu sudah bangun tapi menyebalkan" ucap Daren sambil memangku ponakan kecilnya. " Apakah pernah Sean Hill tidak menyebalkan, kecuali dia sedang tidur" ucap Xaquil datar. " Justru sudah terbangun makanya aku tidak ke rumah sakit, sudah aku wakilkan pada Qella dan juga Arza. Membantu ibu jauh lebih penting, apa lagi ibu sering stress. Sejak tadi dia bergumam tidak jelas, dan terkadang menghela napas dengan sangat banyak" ucap Xaquil sambil melihat Daren. " Betul dia sangat menyebalkan, Padahal Ibumu dulu tidak pernah mengeluh saat bekerja, tapi sekarang dia banyak berubah" ucap Daren. " Itu karena ibu sudah lelah,mengurus tiga bayi dan mencari uang sangat tidak mudah. Apalagi kalau kita rewel bersamaan. Belum lagi membuat kue dan melayani pelanggan yang terkadang selalu menuntut harga murah tapi isi banyak. Ibu sangat lelah, dan begitu sampai di sini Ayah bersikap sangat menyebalkan. Harusn
Lukas menunggu Daren dengan perasaan campur aduk, dia sendiri masih bingung dengan keputusan yang dia ambil. Keputusan yang sangat besar yang akan membuat hidupnya berubah, pastinya setelah ini hubungannya dengan Daren tidak akan kembali seperti awal, begitupula hubunganya dengan Sean. ' Apakah keputusan ini sudah benar? Tapi jika aku membiarkan Allen sendirian, kasihan! Misalkan aku kembalikan pada keluarga Ayahnya, bagaimana kalau dia semakin menjadi dendamnya. Yang kutakutkan hanyalah dia merekrut orang baru dan merencanakan pembalasan untuk keluarga Sean, terutama ketiga kembar itu. Minimal kalau aku bawa pergi jauh, dia tidak punya kesempatan untuk merekrut orang baru. Dia tidak punya kekayaan lagi, perusahaannya sudah dibekukan' ucap Lukas dalam hati. ' Aku berharap ke depannya akan baik baik saja, tidak ada lagi korban dari Allen ataupun yang lain'batin Lukas. Tidak lama kemudian Daren masuk kedalam ruangan, dia melihat Lukas sedang melamun. Dia tahu perasaan Sahabatnya past