Lukas menunggu Daren dengan perasaan campur aduk, dia sendiri masih bingung dengan keputusan yang dia ambil. Keputusan yang sangat besar yang akan membuat hidupnya berubah, pastinya setelah ini hubungannya dengan Daren tidak akan kembali seperti awal, begitupula hubunganya dengan Sean. ' Apakah keputusan ini sudah benar? Tapi jika aku membiarkan Allen sendirian, kasihan! Misalkan aku kembalikan pada keluarga Ayahnya, bagaimana kalau dia semakin menjadi dendamnya. Yang kutakutkan hanyalah dia merekrut orang baru dan merencanakan pembalasan untuk keluarga Sean, terutama ketiga kembar itu. Minimal kalau aku bawa pergi jauh, dia tidak punya kesempatan untuk merekrut orang baru. Dia tidak punya kekayaan lagi, perusahaannya sudah dibekukan' ucap Lukas dalam hati. ' Aku berharap ke depannya akan baik baik saja, tidak ada lagi korban dari Allen ataupun yang lain'batin Lukas. Tidak lama kemudian Daren masuk kedalam ruangan, dia melihat Lukas sedang melamun. Dia tahu perasaan Sahabatnya past
Daren kembali ke Atas dan melihat El sedang duduk di kursinya namun dia tidak melihat ponakan kecilnya. " Kamu sudah di sini, Ren?" Ucap El saat Daren masuk ke dalam ruangannya. " Sudah dari tadi, hanya saja tadi Lukas ingin bertemu denganku di bawah. Ke mana perginya ponakan imutku" ucap Daren sambil melihat ke kanan dan ke kiri. " Noh ,sedang membongkar lemari Sean, tadi dia menemukan ini, sepertinya dia lagi mencari kelemahan Sean" ucap El sambil tersenyum. Anak sulungnya memang sesuatu, tingakahnya tidak bisa ditebak, terkadang dia mengemaskan tapi di saat bersamaan dia bisa menjadi sangat dingin. " Bagus, itu namanya keponakan aku yang paling the best" ucap Daren kemudian berjalan ke sisi kanan dan menghampiri Xaquil yang duduk di lantai, sambil membungkan album foto yang disimpan oleh Sean di lemari. " Apa yang kamu dapatkan boy, apakah kamu menemukan aib Ayahmu, jadi kita bisa gunakan saat dia banyak tingkah" ucap Daren. Xaquil menoleh pada Daren, dan mengacungkan beberap
" Bagaimana keadaan anak saya Dok" tanya Gandhi pada dokter yang baru saja selesai memeriksa Joe. " Anak Tuan dalam keadaan baik, sudah banyak kemajuan, diajak bicara terus supaya dia bisa merespon dengan baik dan bisa kembali" ucap Dokter dengan ramah. " Baik, terima kasih Dok" ucap Gandhi sambil membungkuk hormat. ' Ayah harap kamu cepat sadar, nak! Setelah itu kita harus mencari keberadaan ibu dan kakak kamu' batin Gandhi. Setelah kejadian itu, Gandhi memang di buru, dan dia belum tahu keadaan istri dan anak sulungnya apakah selamat atau tidak? Ruang gerak Gandhi selama ini terbatas bahkan hingga sekarang. Karena Marco tahu jika Gandhi belum meninggal, jadi dia selalu memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaannya. Yang Gandhi takutkan, jika dia muncul sekarang secara terang-terangan, akan membahayakan keluarganya jika memang istri dan anaknya masih hidup. Meskipun Marco dipenjara pasti ada anak buahnya yang setia. " Percayalah, Joe akan bangun, dia tidak akan me
" Sean karena sudah malam aku pulang dulu ya, sekalian aku pamit, kita tetap berkomunikasi melalui ponsel ya seperti biasa" ucap Lukas pamit karena hari juga sudah malam, masih banyak yang akan dia kerjakan. " Baiklah Lukas, kita akan berteman seperti biasanya. Aku tidak marah padamu meskipun kamu masih sering bertemu dengan Allen, bagaimanapun juga kamu lebih dekat dengan dia. Selain itu kamu orang yang lembut" ucap Sean paham apa yang Lukas rasain. Mungkin sama halnya jika Joe melakukan kesalahan ke Lukas, pasti Sean juga tidak akan pernah meninggalkan Joe. Karena pada dasarnya manusia semuanya baik. Hanya terkadang jiwanya ditawan oleh iblis, sehingga perilakunya seperti iblis. " Terima kasih Sean, kamu memang teman yang sangat baik dan pengertian, tapi apapun itu, percayalah aku tidak akan mengkhianati kamu. Jika dari awal aku tahu Allen belok dari jalan kebenaran, maka aku sudah meluruskan sejak dulu" ucap Lukas penuh dengan penyesalan. " Mungkin semua ini sudah jalan dari
Hari ini Lukas akhirnya kembali ke negara dia tinggal sambil membawa Allen. Sebelum berangkat tadi dia mampir ke rumah sakit untuk menengok Sean. Karena dia juga tidak tahu kapan dia akan kembali ke sini lagi. Kini Lukas dan beberapa orang yang membantunya sudah berada di bandara. Dia mendorong kursi roda milik Allen yang mengunakan masker dan topi. Lukas mengunakan pesawat pribadi milik keluarga Daren, jadi tidak banyak orang yang tahu jika dia membawa Allen pergi dari negara ini. Allen terdiam duduk di kursi roda, namun pikirannya tidak karuan. ' Entah kapan aku bisa kembali lagi ke negara ini, apakah aku bisa pulih kembali atau tidak? Apakah aku bisa melihat Papa dan Mama lagi? Semuanya hancur begitu saja. Kenapa cuma ingin bahagia saja susah sekali, sejak kecil tidak bisa bertemu dengan Papa, begitupula dengan sekarang. Papa dan Mama ada di dalam lapas, sementara aku akan pergi jauh dengan keadaan yang cacat' batin Allen saat pelan pelan dia meninggalkan negara di mana dia lahi
Kondisi Sean saat ini sudah jauh lebih baik, nanun dia masih harus duduk di kursi roda, karena kakinya masih belum bisa digunakan untuk jalan. Dia harus terapi supaya kakinya bisa seperti semula." Apakah sudah mau tidur lagi, biar Paman bantu kamu" ucap Gandhi pada Sean, tadi Gaina mengajak Sean menghirup udara segar di taman yang ada di lantai itu. Di lantai VVIP memang ada taman kecil, supaya pasien bisa menghirup udara segar dan tidak bosan." Nanti saja Paman, Sean ingin bersama Joe" Ucap Sean dia mendekati sahabatnya yang masih betah tidur." Joe, kenapa kamu lama sekali tidur, jangan bilang kamu betah berada di alam sana, pastinya lebih indah dibandingkan di sini. Tapi aku mohon kembalilah Joe, kita masih punya tanggung jawab yang besar. Kita sudah lama meninggalkan Hill Corporation. El selalu sinis padaku karena kelelahan setelah menggantikan aku, sementara posisimu diganti sama Iblis kecil itu" ucap Sean sambil memegangi tangan Joe.Selama mereka berdua bersama, tidak ada sa
Hari ini Joe bangun, dan sudah diperiksa memang tidak ada yang dikhawatirkan. Namun dokter mengatakan jika Joe masih dalam proses setelah koma, ada kemungkinan Joe agak lambat dalam mengenali lingkungannya. Terlihat tadi Joe sangat bingung. “ Tuan Gandhi, sebaiknya jangan mengatakan terlebih dahulu mengenai status Anda, takutnya membuat kesembuhan Tuan Joe terhambat” ucap Dokter pada Gandhi saat menunggu di luar ruangan. “ Baik Dokter,saya akan mengikuti semua arahan, yang terpenting anak saya sudah bangun. Itu sudah sangat bersyukur” ucap Gandhi. Setelah Dokter pergi, Gandhi menjatuhkan tubuhnya ke bangku. Dia menangis penuh syukur, anaknya sudah bangun. Apapun keadaannya dia akan menerimanya, meskipun Joe tidak mengenali dirinya atau pahitnya tidak mau mengakui dirinya sebagai Ayah. Selama Joe berada di tempat Aman, itu sudah sangat cukup. “ Syukur Joe sudah bangun, percayalah dia anak yang baik, pasti teman kamu mengajarkan dia jadi anak yang sopan dan menghormati orang
" Kenapa kamu ada di luar sendirian, bagaimana kalau ada yang menculikmu" ucap Daren saat melihat Xaquil ada di luar ruangan. Ya, tadi memang Daren yang menjemput si kembar, dan mengantarnya ke rumah sakit untuk setor muka pada Ayahnya. Setelah koma Sean lebih cerewet dan itu membuat Daren kesal. " Xaquil malas berada di dalam, Ayah semakin tidak masuk akal tingkahnya" ucapnya sambil cemberut, bibir mungilnya langsung maju. Dan itu membuat Daren terkekeh melihat ponakannya yang terlihat imut sekali. " Memangnya apa yang diperbuat oleh Ayahmu? Katakan pada paman, biar kita bisa membalas dendam" ucap Daren. Huft! " Paman Joe sudah bangun, namun ingatannya hancur. Dia mengingat Ayah, tapi dia mengatakan jika kita adalah anaknya Paman Daren. Makanya Ayah kesal, dia tidak terima ingatan paman Joe seperti itu. Bukankah itu tidak masuk akal, dia bahkan mau mengatur memori otak orang lain. Memangnya dia siap?" ucap Xaquil dengan wajah yang serius. " Ayahmu kan memang tidak masuk akal, s