" Kenapa kamu ada di luar sendirian, bagaimana kalau ada yang menculikmu" ucap Daren saat melihat Xaquil ada di luar ruangan. Ya, tadi memang Daren yang menjemput si kembar, dan mengantarnya ke rumah sakit untuk setor muka pada Ayahnya. Setelah koma Sean lebih cerewet dan itu membuat Daren kesal. " Xaquil malas berada di dalam, Ayah semakin tidak masuk akal tingkahnya" ucapnya sambil cemberut, bibir mungilnya langsung maju. Dan itu membuat Daren terkekeh melihat ponakannya yang terlihat imut sekali. " Memangnya apa yang diperbuat oleh Ayahmu? Katakan pada paman, biar kita bisa membalas dendam" ucap Daren. Huft! " Paman Joe sudah bangun, namun ingatannya hancur. Dia mengingat Ayah, tapi dia mengatakan jika kita adalah anaknya Paman Daren. Makanya Ayah kesal, dia tidak terima ingatan paman Joe seperti itu. Bukankah itu tidak masuk akal, dia bahkan mau mengatur memori otak orang lain. Memangnya dia siap?" ucap Xaquil dengan wajah yang serius. " Ayahmu kan memang tidak masuk akal, s
El terkejut melihat siapa yang datang, wajah yang sangat familiar untuknya. Namun dia hanya tersenyum smirk. El mendekati wanita itu dengan angkuh dan sombong. Seolah-olah memberitahukan pada wanita itu jika dirinya jauh lebih segalanya dibandingkan siapapun." Nyonya Zea, betulkah itu nama kamu? Ada urusan apa Anda memaksa saya untuk menemui Anda" tanya El dengan datar dan dingin.Wanita bernama Zea langsung mengangkat wajahnya dan melihat El, bibirnya menyuingkan senyuman yang lebar saat El mau menemui dirinya. Untuk Itu Zea langsung berdiri menyambut El." Salam kenal Nyonya Elvaretta, benar, nama saya Zea" ucap Zea dengan sangat sopan sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami El.El mengangguk namun dia enggan menerima uluran tangan dari Zea, dia langsung duduk di sofa depan Zea, sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.Benar-benar terlihat seperti wanita kejam!" Apa yang membuatmu untuk menemuiku tanpa sebuah janji? Apakah kamu kira saya tidak ada pekerjaan" ucap
Zea terkejut melihat Daren mendekatinya, apalagi aura Daren sangatlah dingin sekali. Sebisa mungkin Zea menenangkan dirinya untuk tidak gugup. Sebenarnya Daren adalah orang yang ingin dia hindari, tapi dia tidak menyangka, baru menginjakkan kakinya di Hill Corporation saja sudah langsung bertemu dengan Daren. ' Sial! Kenapa aku harus bertemu dengannya, dia salah satu orang yang sangat peka di antara orang lain. Selain itu dia terlalu kejam' batin Zea sambil meremas jari jarinya. " Kenapa kamu ada di sini? Apa yang ingin kamu lakukan?" Ucap Daren sambil terus menatap Zea dengan sangat tajam. Zea langsung berdebar jantungnya dia takut jika Daren sampai mengetahui siapa dirinya. Apalagi melihat tatapan kebencian dari Daren. ' Zea kamu harus tenang, jangan sampai mengundang kecurigaan pada manusia satu ini. Saya tidak mau bernasib buruk, saat ini tidak ada yang bisa membantu lagi. Orang yang bisa membantuku sekarang sudah berada di dalam penjara' batinnya mencoba untuk tenang.
Hari terus berlalu dengan sangat cepat tanpa disadari. Kehidupan yang kemarin penuh dengan liku liku, kini sudah mulai membaik. Mereka yang jahat juga sudah mendapatkan jatah untuk jatuh.Hari ini Sean dan Joe sudah bisa pulang, mereka pulang ke rumah Sean dengan penjagaan yang ketat. Semua anak buah Aland kini menjaga kediaman Sean. " Selamat datang kembali Tuan muda Sean dan Tuan muda Joe" ucap Bibi Asih menyambut kedatangan Sean. " Terima kasih Bi" ucap Sean sambil tersenyum, di belakangnya ada Ibunya yang mendorong kursi rodanya. Sean langsung terdiam saat melihat sosok yang berada di kursi roda. Selama di rumah sakit memang Tuan Aland belum pernah menjenguknya, jadi ini adalah pertemuan Sean yang pertama dengan kakeknya. Xaquil dan Xavier berada di kedua sisi kakeknya. Kedua anak itu terlihat begitu menyayangi kakeknya. ' Apakah ini Kakek? Meskipun dia sudah tua tapi masih terlihat gurat kegagahannya' batin Sean sambil melihat Tuan Aland. Gaina langsung mendorong kursi Sean
Joe terkejut saat mendengar Tuan Gandhi mengatakan jika Joe adalah anaknya. Meskipun beberapa detik tadi Joe sudah menduganya. Semua tidak pernah dia bayangkan jika dia benar-benar bisa bertemu dengan orang tuanya. Dulu saat kecil Joe sering berharap punya orang tua kandung, ada yang mengambilnya dari panti asuhan. Setiap kali ada orang kaya datang untuk merayakan ulang tahun anak mereka di panti asuhan. Hati Joe merasa sakit, tidak sekali dia merasa iri. Ingin berada diposisi itu. Tapi saat itu tidak ada satupun keluarganya yang datang untuk menjemputnya. Dan sekarang keluarganya datang, Joe tidak tahu harus berbuat apa. Mau marahpun juga tidak bisa, dia bisa memahami apa yang Ayahnya dulu rasakan. Dia dikejar untuk dibun*h oleh Marco, karena tinggal Ayahnya yang masih hidup, dari keluarga Gaina. Dan yang membuatnya tidak habis pikir, dia dan Sean ternyata sepupuan. Pantas saja selama ini dia tidak bisa mengkhianati Sean meskipun beberapa kali ditawari oleh Allen, meskipun Sea
Daren berada di balkon rumah Sean, dia memandang hamparan yang luas di belakang sana. Di sampingnya ada Jerry yang menundukan kepalanya. Sudah ada lima belas menit mereka terdiam, tidak ada sepatah kata yang keluar dari keduanya. Kecuali hanya helaan napas yang terdengar sangat berat. " Apakah kamu sudah membulatkan tekad kamu untuk pergi dari aku?" Ucap Daren setelah berdiam dalam waktu lama. Daren terlihat murung karena anak buah yang paling cekatan mau meninggalkan dirinya. Tapi Daren juga harus menghargai keputusan dari Jerry. Mungkin saja ada yang ingin dilakukan oleh anak buahnya itu. Jerry menganggukan kepalanya dengan cepat, tanpa berani memandang Daren. " Betul Tuan, saya ingin keluar dari anak buah Tuan, tapi kita bisa berteman, jika ada yang bisa saya bantu, maka Tuan tinggal mengatakan pada saya" ucap Jerry sebenarnya merasa bersalah karena harus memutuskan untuk keluar dari tim Daren. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa apa. Jerry hanya tidak mau berbohong pada Daren
Tteeng! Teenng! Suara jam bergema sembilan kali, menandakan jika waktu sudah menunjukan jam sembilan malam. Xhaqella langsung melihat ke atas, asal dari suara itu. Kediaman Sean memang di design seperti istana. Namun, Sean tidak pernah menyalakan jam supaya berbunyi di hari harinya. Ini pertama kalinya suasana istana hidup setelah kepergian El.Tapi, karena Xhaqella ada di sini maka dia membuat suasana rumahnya seperti sebuah istana pada umumnya. Bahkan malam ini Xhaqella mengunakan baju princess. " Time to sleep princess Qella" ucapnya sambil terkikik geli, dia malam ini berlagak seperti seorang putri kerajaan. Yang hidupnya sangat teratur dan disiplin. Sean senang melihat anaknya ceria, dia langsung mengelus pipi tembem Xhaqella dengan penuh kasih sayang. " Hum, kamu memang harus tidur Princess" ucap Sean lembut. Sejak bertemu dengan kembar Sean memang berubah. " Malam ini apakah Qella boleh tidur dengan Ayah? Rasanya aku ingin seperti temanku yang kadang tidur bersama Ayah me
Xaquil dan Daren terkejut saat melihat Xavier yang melantur seperti orang mabuk. Selain itu tingkahnya sangatlah aneh. Jadi keduanya langsung mendekati Xavier. Daren langsung cek keadaan Xavier dia mencium mulut anak itu. Tidak ada bau alkohol sama sekali, selain bau daging dan jus jeruk. Tapi kenapa dia bertingkah sangatlah aneh. Apa yang membuat ponakannya ini bertingkah tidak masuk akal? Mungkin kah ada sesuatu yang ditaruh di dalam daging? Pikir Daren. Dia langsung mencium semua daging dan semua makanan yang ada di meja. Namun tidak ada satupun yang bermasalah. Daren jadi bingung sendiri. " Bagaimana paman apakah ada yang bermasalah? Kenapa adik bisa seperti ini?" Ucap Xaquil. " Aku baik baik saja Kak, marilah kita bersenang-senang, semua beban sudah pergi. Saatnya kita mabook sampai pagi" ucap Xavier sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan tangannya melambai lambai di atas. Gawat! " Paman bagaimana ini, apakah ada orang jahat diantara kita yang memasukan obat dalam